Thursday, January 7, 2016

WORLD WIDE WEB



Tidak ada yang dapat memisahkan Karen dari internet. Setiap hari, setiap waktu, ia selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi website favortinya. Atau paling tidak, ia dapat memeriksa pesan masuk di kotak emailnya, atau permintaan pertemanan di media sosialnya. Orang tuanya sudah pernah mengatakan padanya bahwa internet suatu saat akan menyebabkan hal buruk padanya. Akan tetapi, Karen mentah-mentah menolak pendapat itu.
Memangnya hal buruk apa yang dapat terjadi karena internet? Ia sudah dewasa. 17 tahun sepertinya umur yang cukup baginya untuk dapat membuat keputusannya sendiri tanpa bantuan orang tua. Intinya, ia dapat mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan. Dan seperti yang selalu ia pikirkan, internet tidak akan membunuhnya.
Karen terkikik geli saat membaca pesan konyol yang dikirimkan oleh temannya melalui media sosial yang tengah terbuka di layar komputernya. Jemari Karen dengan cepat bergerak diatas keyboard, membalasa pesan temannya itu. Tanpa ia sadari, sudah ada dua jam ia duduk di depan komputer. Kamar yang ia tempati terlihat gelap, karena Karen malas bangkit dari tempat duduknya untuk menyalakan lampu.
Aktivitas yang tengah ia lakukan sedikit terganggu saat seseorang secara tiba-tiba membuka pintu kamarnya. Seorang wanita berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang, mendecakkan lidah karena kesal dengan apa yang dilakukan putrinya.
“Kapan kau akan berhenti?” tanya ibunya itu dengan nada sedikit kesal. Hal seperti ini bukanlah hal baru bagi Karen. Gadis itu hanya mendecak kesal sembari menggerutu.
“Sebentar lagi.” Ucapnya. “Aku berjanji aku akan segera mengerjakan pr-ku.”
Ibunya hanya dapat menghembuskan nafas panjang. Ia tidak tahu akan jadi apa Karen nantinya, jika ia hanya fokus pada internet, dan bukan pada pelajaran sekolahnya. Tapi…, apakah Karen akan menepati janjinya itu?
Sulit. Ya. Bagi seseorang yang sudah kecanduan internet, menutup browser merupakan satu hal yang sulit dilakukan. Ketika Karen tidak bersentuhan dengan internet, meski hanya setengah jam, ia langsung mendapatkan kecemasan. Bagaimana jika ada pesan masuk? Bagaimana jika ia sampai ketinggalan berita terbaru? Bagaimana jika…
Terlalau banyak kata ‘bagaimana seandainya?’ di dalam kepalanya ketika tidak bersentuhan dengan internet. Karena alasan itulah, Karen selalu memantau perkembangan pertemanan onlinenya, baik lewat komputer atau ponselnya.
Karena kembali terkikik geli saat menerima pesan balasan dari temannya, yang disertai dengan sebuah foto konyol temannya. Insting internetnya mengatakan, bahwa ia harus segera membalas pesan itu. Akan tetapi, satu hal aneh terjadi.
Karen mengernyitkan keningnya saat satu hal yang tidak biasa terjadi pada komputernya. Ia menggerakkan-gerakkan mouse komputernya, namun pointernya tidak bergerak sama sekali. Ia mencoba menekan tombol di keyboard, namun tidak juga berhasil. Seketika, komputernya berhenti bekerja. Layar komputernya masih menampilkan halaman media sosial yang tengah ia gunakan. Akan tetapi, beberapa detik kemudian muncul satu gambar yang datang tak terduga. Seperti gambar sebuah jolly roger yang datang dengan begitu cepat, dan hilang begitu cepat. Hanya seperti sebuah kilatan. Sisi baiknya, Karen dapat menggerakkan mousenya lagi.
Hal aneh kembali terjadi beberapa detik setelah Karen mengirim pesan balasannya. Kotak masuknya secara tiba-tiba terisi dengan begitu banyak pesan. Ada 29 pesan, dan seseorang yang sama sekali tidak karena kenal. Karen sudah terbiasa mendapatkan permintaan pertemanan dari orang yang tidak ia kenal, atau bisa disebut, pengagum rahasianya. Namun ia belum pernah mendapatkan 29 pesan dari orang yang sama sebelumnya. Karen yang penasaran dengan hal itu langsung membuka profil dari sang pengirim pesan. Nama akun itu adalah,
“WILL1992”
Dari nama akunnya, Karen hanya dapat menebak bahwa nama lelaki itu adalah William, yang lahir-mungkin-di tahun 1992. Tidak ada yang mengejutkan dari nama itu, kecuali halaman akun dari pengguna itu, yang Karen buka beberapa detik kemudian.
Warna dari halaman akun Will terlihat seperti darah. Merah pekat, dengan berbagai macam gambar-gambar mengerikan yang terpasang di setiap sudut halaman. Terdapat satu musik aneh ketika Karen membuka halaman akun itu. Terdengar seperti sebuah audio yang rusak, atau kaset yang kusut. Karen tidak dapat menggambarkannya. Karen mencoba melihat foro profil dari Will, namun ia tidak melihat adanya wajah. Melainkan, ia melihat lambang jolly roger sebagai foto profilnya.
Karen merasa tidak tenang sesaat setelah membuka akun misterius yang cukup mengerikan itu. Will, atau siapapun nama lelaki itu bukanlah orang biasa. Atau paling tidak, Karen berpikir bahwa lelaki itu mungkin memiliki gangguan jiwa. Siapa yang mau berteman dengan seseorang yang memasang begitu banyak gambar mengerikan di halaman profilnya? Sebagai tindakan terakhir, Karen mengabaikan seluruh pesan dari WILL1992.
Karen mencoba membicarakan hal ini dengan temannya yang lain. Mengenai akun WILL1992. Namun tidak ada satupun dari teman Karen yang tahu mengenai akun itu. Seharusnya Karen dapat melupakan akun itu begitu saja. Akan tetapi, kenyataannya berbeda.
Karen begitu penasaran dengan pemilik akun mengerikan itu. Kenapa? Apa yang diinginkan oleh orang itu? Dan kenapa orang itu memilih dirinya?
Karen pergi tidur sambil membawa pertanyaan itu ke dalam mimpinya. Dan ia harus terbangun tengah malam saat ia mendengar ponselnya berdering. Karen, dengan mata mengantuk, mencoba melihat siapa yang meneleponnya malam-malam. Begitu ia lihat layar ponselnya, ia melonjak ngeri. Jantungnya berdegup dengan kencang saat sebuah nama tertera di layar ponselnya.
“WILL1992”
Kenapa hal itu bisa terjadi? Karen tidak pernah menyimpan nama itu di buku telepon ponselnya. Seharusnya nama itu tidak bisa muncul begitu saja. Keanehan yang terjadi ini memaksa Karen untuk tidak tidur semalaman, dan terus memikirkannya. Ia mencoba mencari di internet mengenai akun misterius itu, tapi ia tidak menemukan satu hasil sekalipun.
Di sekolah, Karen mencoba untuk menceritakan hal ini pada teman-temannya. Sesuai dengan dugaannya, teman-temannya ternyata peduli dengan apa yang tengah ia hadapai. Beberapa dari mereka bahkan mengutarakan berbagai macam solusi.
“Sebaiknya kau bertanya.” Ucap salah seorang teman Karen.
Pesan-pesan aneh dari WILL1992 selalu masuk ke dalam ponsel Karen. Yang tentu saja membuat gadis itu semakin merasa gila. Siapa sebenarnya orang ini? Bukan hanya itu saja. Ketika Karen pulang ke rumah, ia lihat komputernya sudah menyala. Dan apa yang tertera di layarnya adalah halaman akun dari WILL1992 yang penuh dengan gambar-gambar menyeramkan.
“Berengsek!” Karen geram dengan ulah usil pemilik akun itu. Ia mencoba untuk menutup halaman akun milik WILL1992, tetapi beberapa detik setelah ia menutup browser, halaman akun itu kembali muncul. Ia tutup lagi, dan muncul lagi. Beberapa kali terjadi hal yang sama secara berulang-ulang. Hingga akhirnya terdapat satu pop-up di layar komputernya dengan tulisan,
“Kau sudah diperingatkan!”
Karen tidka mengerti dengan arti dari kata-kata itu. Pikirannya sudah dipenuhi dengans egala macam ketakutan yang ditimbulkan oleh akun aneh itu, yang kini seolah telah menjadi virus di komputernya.
Karen berteriak marah seraya menutup laptopnya dengan keras. Secara paksa, ia cabut baterai dari laptopnya itu. Dengan laptopnya dalam keadaan mati, tidak mungkin pemilik akun itu bisa mengganggunya lagi. Tapi…, benarkah begitu?
Karen sudah merasa lebih tenang dalam beberapa setelah kejadian itu. Ia tidak lagi membuka komputernya, meski keinginannya untuk online sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia mencoba untuk melampiaskan hasratnya dalam jejaring sosial dengan ponselnya. Namun ia rasa hal itu tidak cukup.
Barulah satu minggu kemudian, Karen berani menghidupkan kembali komputernya. Semuanya terlihat cukup normal, dan komputernya berjalan sebagai mana mestinya. Tidak ada tanda-tanda kerusakan meski ia telah mencabut baterai komputer itu secara paksa. Dan ia rasa, virusnya sudah hilang.
Karen nyaris lupa dengan tragedi mengerikan yang menimpanya seminggu yang lalu itu. Hingga akhirnya, sebuah pop-up muncul di halaman media sosialnya. Karen membaca tulisan,
“Kau anak nakal!”
Karen mengarahkan pointer mousenya ke arah tombol close. Namun ketika ia tekan, tidak terjadi-apa-apa. Halaman pop-up itu masih disana dan kini malah muncul berbagai amcam pop-up lain dengan kalimat yang berbeda-beda. Dengan tatapan nanar, Karen sempat membaca beberapa diantara.
“Jauhi dunia ini!”, “Kau sudah diperingatkan!”, “Kau tidak mau mendengar!”, “Kau telah menjadi budak!”
Dan yang terakhir,
“Kau tidak akan pernah bisa keluar dari alam maya.”
Karen merasakan jantungnya berdegub kencang saat itu. Dan tiba-tiba saja, listrik di rumahnya padam. Kini meninggalkan dirinya duduk di tengah kegelapan, menatap layar komputernya yang menyala dengan berbagai macam pesan mengerikan itu. Karen mencoba untuk mematikan komputernya, tapi…, komputernya berkedip dengan begitu cepat sambil mengeluarkan bunyi kaset kusut. Semakin keras, dan keras, dan keras, hingga pada akhirnya…
Tubuh Karen terlempar dari kursi saat layar komputer itu meledak, dan menghancurkan sebagian besar wajahnya.

***


No comments:

Post a Comment