Tidak ada yang dapat memisahkan Karen dari internet. Setiap
hari, setiap waktu, ia selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi website
favortinya. Atau paling tidak, ia dapat memeriksa pesan masuk di kotak
emailnya, atau permintaan pertemanan di media sosialnya. Orang tuanya sudah
pernah mengatakan padanya bahwa internet suatu saat akan menyebabkan hal buruk
padanya. Akan tetapi, Karen mentah-mentah menolak pendapat itu.
Memangnya hal buruk apa yang
dapat terjadi karena internet? Ia sudah dewasa. 17 tahun sepertinya umur yang
cukup baginya untuk dapat membuat keputusannya sendiri tanpa bantuan orang tua.
Intinya, ia dapat mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan. Dan seperti yang
selalu ia pikirkan, internet tidak akan membunuhnya.
Karen terkikik geli saat membaca
pesan konyol yang dikirimkan oleh temannya melalui media sosial yang tengah
terbuka di layar komputernya. Jemari Karen dengan cepat bergerak diatas
keyboard, membalasa pesan temannya itu. Tanpa ia sadari, sudah ada dua jam ia
duduk di depan komputer. Kamar yang ia tempati terlihat gelap, karena Karen
malas bangkit dari tempat duduknya untuk menyalakan lampu.
Aktivitas yang tengah ia
lakukan sedikit terganggu saat seseorang secara tiba-tiba membuka pintu
kamarnya. Seorang wanita berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang,
mendecakkan lidah karena kesal dengan apa yang dilakukan putrinya.
“Kapan kau akan berhenti?”
tanya ibunya itu dengan nada sedikit kesal. Hal seperti ini bukanlah hal baru
bagi Karen. Gadis itu hanya mendecak kesal sembari menggerutu.
“Sebentar lagi.” Ucapnya.
“Aku berjanji aku akan segera mengerjakan pr-ku.”
Ibunya hanya dapat
menghembuskan nafas panjang. Ia tidak tahu akan jadi apa Karen nantinya, jika
ia hanya fokus pada internet, dan bukan pada pelajaran sekolahnya. Tapi…, apakah
Karen akan menepati janjinya itu?
Sulit. Ya. Bagi seseorang
yang sudah kecanduan internet, menutup browser merupakan satu hal yang sulit
dilakukan. Ketika Karen tidak bersentuhan dengan internet, meski hanya setengah
jam, ia langsung mendapatkan kecemasan. Bagaimana jika ada pesan masuk?
Bagaimana jika ia sampai ketinggalan berita terbaru? Bagaimana jika…
Terlalau banyak kata
‘bagaimana seandainya?’ di dalam kepalanya ketika tidak bersentuhan dengan
internet. Karena alasan itulah, Karen selalu memantau perkembangan pertemanan
onlinenya, baik lewat komputer atau ponselnya.
Karena kembali terkikik geli
saat menerima pesan balasan dari temannya, yang disertai dengan sebuah foto
konyol temannya. Insting internetnya mengatakan, bahwa ia harus segera membalas
pesan itu. Akan tetapi, satu hal aneh terjadi.
Karen mengernyitkan
keningnya saat satu hal yang tidak biasa terjadi pada komputernya. Ia
menggerakkan-gerakkan mouse komputernya, namun pointernya tidak bergerak sama
sekali. Ia mencoba menekan tombol di keyboard, namun tidak juga berhasil.
Seketika, komputernya berhenti bekerja. Layar komputernya masih menampilkan
halaman media sosial yang tengah ia gunakan. Akan tetapi, beberapa detik
kemudian muncul satu gambar yang datang tak terduga. Seperti gambar sebuah
jolly roger yang datang dengan begitu cepat, dan hilang begitu cepat. Hanya
seperti sebuah kilatan. Sisi baiknya, Karen dapat menggerakkan mousenya lagi.
Hal aneh kembali terjadi
beberapa detik setelah Karen mengirim pesan balasannya. Kotak masuknya secara
tiba-tiba terisi dengan begitu banyak pesan. Ada 29 pesan, dan seseorang yang
sama sekali tidak karena kenal. Karen sudah terbiasa mendapatkan permintaan
pertemanan dari orang yang tidak ia kenal, atau bisa disebut, pengagum
rahasianya. Namun ia belum pernah mendapatkan 29 pesan dari orang yang sama
sebelumnya. Karen yang penasaran dengan hal itu langsung membuka profil dari
sang pengirim pesan. Nama akun itu adalah,
“WILL1992”
Dari nama akunnya, Karen
hanya dapat menebak bahwa nama lelaki itu adalah William, yang lahir-mungkin-di
tahun 1992. Tidak ada yang mengejutkan dari nama itu, kecuali halaman akun dari
pengguna itu, yang Karen buka beberapa detik kemudian.
Warna dari halaman akun Will
terlihat seperti darah. Merah pekat, dengan berbagai macam gambar-gambar
mengerikan yang terpasang di setiap sudut halaman. Terdapat satu musik aneh
ketika Karen membuka halaman akun itu. Terdengar seperti sebuah audio yang
rusak, atau kaset yang kusut. Karen tidak dapat menggambarkannya. Karen mencoba
melihat foro profil dari Will, namun ia tidak melihat adanya wajah. Melainkan,
ia melihat lambang jolly roger sebagai foto profilnya.
Karen merasa tidak tenang
sesaat setelah membuka akun misterius yang cukup mengerikan itu. Will, atau
siapapun nama lelaki itu bukanlah orang biasa. Atau paling tidak, Karen
berpikir bahwa lelaki itu mungkin memiliki gangguan jiwa. Siapa yang mau
berteman dengan seseorang yang memasang begitu banyak gambar mengerikan di
halaman profilnya? Sebagai tindakan terakhir, Karen mengabaikan seluruh pesan
dari WILL1992.
Karen mencoba membicarakan
hal ini dengan temannya yang lain. Mengenai akun WILL1992. Namun tidak ada
satupun dari teman Karen yang tahu mengenai akun itu. Seharusnya Karen dapat melupakan
akun itu begitu saja. Akan tetapi, kenyataannya berbeda.
Karen begitu penasaran
dengan pemilik akun mengerikan itu. Kenapa? Apa yang diinginkan oleh orang itu?
Dan kenapa orang itu memilih dirinya?
Karen pergi tidur sambil
membawa pertanyaan itu ke dalam mimpinya. Dan ia harus terbangun tengah malam
saat ia mendengar ponselnya berdering. Karen, dengan mata mengantuk, mencoba
melihat siapa yang meneleponnya malam-malam. Begitu ia lihat layar ponselnya,
ia melonjak ngeri. Jantungnya berdegup dengan kencang saat sebuah nama tertera
di layar ponselnya.
“WILL1992”
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karen tidak pernah menyimpan nama itu di buku telepon ponselnya. Seharusnya
nama itu tidak bisa muncul begitu saja. Keanehan yang terjadi ini memaksa Karen
untuk tidak tidur semalaman, dan terus memikirkannya. Ia mencoba mencari di
internet mengenai akun misterius itu, tapi ia tidak menemukan satu hasil
sekalipun.
Di sekolah, Karen mencoba
untuk menceritakan hal ini pada teman-temannya. Sesuai dengan dugaannya, teman-temannya
ternyata peduli dengan apa yang tengah ia hadapai. Beberapa dari mereka bahkan
mengutarakan berbagai macam solusi.
“Sebaiknya kau bertanya.”
Ucap salah seorang teman Karen.
Pesan-pesan aneh dari
WILL1992 selalu masuk ke dalam ponsel Karen. Yang tentu saja membuat gadis itu
semakin merasa gila. Siapa sebenarnya orang ini? Bukan hanya itu saja. Ketika
Karen pulang ke rumah, ia lihat komputernya sudah menyala. Dan apa yang tertera
di layarnya adalah halaman akun dari WILL1992 yang penuh dengan gambar-gambar
menyeramkan.
“Berengsek!” Karen geram
dengan ulah usil pemilik akun itu. Ia mencoba untuk menutup halaman akun milik
WILL1992, tetapi beberapa detik setelah ia menutup browser, halaman akun itu
kembali muncul. Ia tutup lagi, dan muncul lagi. Beberapa kali terjadi hal yang
sama secara berulang-ulang. Hingga akhirnya terdapat satu pop-up di layar
komputernya dengan tulisan,
“Kau sudah diperingatkan!”
Karen tidka mengerti dengan
arti dari kata-kata itu. Pikirannya sudah dipenuhi dengans egala macam ketakutan
yang ditimbulkan oleh akun aneh itu, yang kini seolah telah menjadi virus di
komputernya.
Karen berteriak marah seraya
menutup laptopnya dengan keras. Secara paksa, ia cabut baterai dari laptopnya
itu. Dengan laptopnya dalam keadaan mati, tidak mungkin pemilik akun itu bisa
mengganggunya lagi. Tapi…, benarkah begitu?
Karen sudah merasa lebih
tenang dalam beberapa setelah kejadian itu. Ia tidak lagi membuka komputernya,
meski keinginannya untuk online sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia mencoba untuk
melampiaskan hasratnya dalam jejaring sosial dengan ponselnya. Namun ia rasa
hal itu tidak cukup.
Barulah satu minggu
kemudian, Karen berani menghidupkan kembali komputernya. Semuanya terlihat
cukup normal, dan komputernya berjalan sebagai mana mestinya. Tidak ada
tanda-tanda kerusakan meski ia telah mencabut baterai komputer itu secara
paksa. Dan ia rasa, virusnya sudah hilang.
Karen nyaris lupa dengan
tragedi mengerikan yang menimpanya seminggu yang lalu itu. Hingga akhirnya,
sebuah pop-up muncul di halaman media sosialnya. Karen membaca tulisan,
“Kau anak nakal!”
Karen mengarahkan pointer
mousenya ke arah tombol close. Namun ketika ia tekan, tidak terjadi-apa-apa.
Halaman pop-up itu masih disana dan kini malah muncul berbagai amcam pop-up
lain dengan kalimat yang berbeda-beda. Dengan tatapan nanar, Karen sempat
membaca beberapa diantara.
“Jauhi dunia ini!”, “Kau
sudah diperingatkan!”, “Kau tidak mau mendengar!”, “Kau telah menjadi budak!”
Dan yang terakhir,
“Kau tidak akan pernah bisa
keluar dari alam maya.”
Karen merasakan jantungnya
berdegub kencang saat itu. Dan tiba-tiba saja, listrik di rumahnya padam. Kini
meninggalkan dirinya duduk di tengah kegelapan, menatap layar komputernya yang
menyala dengan berbagai macam pesan mengerikan itu. Karen mencoba untuk
mematikan komputernya, tapi…, komputernya berkedip dengan begitu cepat sambil
mengeluarkan bunyi kaset kusut. Semakin keras, dan keras, dan keras, hingga
pada akhirnya…
Tubuh Karen terlempar dari
kursi saat layar komputer itu meledak, dan menghancurkan sebagian besar
wajahnya.
***
No comments:
Post a Comment