Matahari bersinar dengan cerah di Berkshire, sebuah desa kecil
di tengah perbukitan yang luas. Area pegunungan di sekeliling desa itu membuat
Berkshire cocok untuk ditempati, terutama bagi warga kota yang merindukan
ketenangan sebuah alam pedesaan. Selama ini, kehidupan di desa kecil itu
tentram-tentram saja. Hingga beberapa kejadian aneh menggemparkan warga desa
kecil tersebut.
Belum ada satu minggu sejak
kejadian aneh terakhir. Sebuah toko kecil yang berada di desa itu dijarah
habis-habisan oleh orang yang tidak dikenal. Sang pemilik toko, Ny. Adam, tidak
habis pikir kenapa ada yang tega menguras habis isi dari dalam tokonya. Tidak
ada terlalu banyak barang yang berharga di dalam toko kelontong kecil itu,
dimana yang ada sebagian besar hanyalah makanan. Namun hampir setengah dari isi
toko itu menghilang dalam waktu semalam.
“Seseorang masuk dari pintu
belakang. Kuncinya dijebol.” Ucap Ny. Adam pada salah satu petugas keamanan
yang bermarkas tak jauh dari Berkshire. Ny. Adam sudah menjelaskan segala hal.
Ia, yang tinggal di lantai dua toko itu, sama sekali tidak mendengar adanya
kegaduhan di toko bawah saat malam kejadian. Kenyataan ini menciptakan suatu
kesan bahwa pencurinya adalah pencuri yang profesional. Anehnya, uang yang ada
di dalam kasir tidak diambil sama sekali.
“Hanya makanan. Bukankah
aneh?” ucap Ny. Adam di akhir pembicaraannya dengan polisi lokal.
Perampokan yang terjadi atas
toko kelontong Ny. Adam bukanlah satu-satunya kejadian aneh yang terjadi di
desa itu. Beberapa hari sebelumnya, keluarga Moran mendapati bahwa ada
seseorang yang telah mengobrak-abrik peternakannya. Ia mendapati beberapa ayam
yang ada di kandang hilang, begitu juga seekor kambing yang ada di kandang tak
jauh dari kandang ayam.
“Tidak. Tidak ada yang aneh
dengan malam itu.” Ucap Moran saat ditanyai mengenai kejadian aneh yang
menimpanya. “Aku bahkan sudah berpatroli beberapa jam sebelumnya, sekitar pukul
sebelas malam. Aku sama sekali tidak menemukan sedikitpun keanehan di sekitar
corral atau kandang ayam.”
“Kau tidak mendengar
sesuatu?” tanya pria lain. “Ayam-ayam itu, jika diambil, mungkin akan
menciptakan suara sedikit gaduh, ‘kan?”
“Aku sama sekali tidak
mendengar apapun.” Jawab Moran, dengan banyak pertanyaan bermunculan di dalam
kepalanya.
Kasus yang lain pun terjadi
beberapa bulan sebelum kedua kejadian itu. Peternakan Trudy mendapatkan masalah
yang sama dengan apa yang dialami Moran. Tapi bukan ayam atau kambing yang
menghilang. Namun seekor kuda.
“Bagaimana mungkin aku tidak
mendengarnya? Kudaku akan menghentak jika bukan aku yang mendekat.”
Tidak ada yang pernah tahu
akan penjelasan rasional mengenai menghilangnya barang-barang dan hewan ternak
itu. Berkshire, yang awalnya adalah desa yang cantik dan tenang, kini berubah
seperti sebuah kota kecil dalam film horor. Yang penuh dengan teka-teki dan
misteri.
John Copper adalah salah
satu petani yang ada di desa itu. Ia memiliki lahan pertanian yang cukup luas,
ditambah dengans ebuah peternakan. Ia beruntung, sebab hingga saat ini, belum
ada kejadian aneh yang menimpa peternakannya. Ia selalu melakukan patroli
bersama anak tertuanya setiap malam. Keduanya bergerak mengelilingi area
peternakan, memeriksa setiap hewan untuk memastikan mereka aman.
“Aku tidak mengerti.” Ucap
James, anak tertua Moran yang ikut dalam patroli malam itu. “Siapa yang
melakukan hal itu? Maksudku, mencuri makanan mungkin sedikit mudah. Tapi
mencuri hewan tanpa menciptakan suara?”
“Bukankah pertanyaan itu
yang kini sedang berputar di desa ini?” balas John. “Aku juga tidak mengerti.”
Keduanya bergerak dalam
siraman cahaya bulan malam itu. Ladang pertanian tersiram oleh cahaya keperakan,
menciptakan satu pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat, seandainya saja
mereka tidak terus cemas dengan bahaya yang mengintai di desa itu.
“Kau sudah memastikan jumlah
kambingnya? Dan juga ayam dan kuda?”
“Ya.” Jawab James sambil
mengangguk.
Keduanya sama-sama merasakan
satu atmosfir ketegangan yang semakin lama semakin menekan dada. Seolah mereka
dapat merasakan suatu bahaya besar yang mendekat, dan mungkin akan meluluh
lantakkan dataran Berkshire yang tenang itu.
“Kau sudah mendengar
mengenai mitos yang berkembang?” tanya James sedetik kemudian. Pistol yang ia
bawa tergeletak di sisinya.
“Mitos itu lagi?”
“Ya.” Jawab James. “Aku
tidak…”
“Tidak mungkin.” Balas John cepat. “Kau tidak
terlalu bodoh untuk mempercayai hal semacam itu, ‘kan, James?”
James hanya dapat
menggelengkan kepalanya. Namun tidak dapat ia sangkal pula bahwa mitos yang
berkembang di desa itu membuatnya sedikit merasa ngeri.
Mitos tenang apa?
Kehidupan tenang di
Berkshire sudah cukup terganggu dengan adanya kasus menghilangnya ternak-ternak
itu. Kini, ada satu mitos yang muncul hasil dari spekulasi dan dugaan-dugaan
orang-orang desa. Ditambah dengan adanya beberapa saksi mata yang mengatakan
bahwa mitos itu benar.
Cerita yang berkembang,
mengatakan bahwa ada monster di desa itu. Terdengar konyol? Ya, mungkin. Namun
ceritanya menjadi seidkit diluar kendali saat beberapa orang melaporkan bahwa
mereka melihat langsung monster itu.
“Di bukit!” ucap seorang
pria histeris, di suatu malam, di dalam sebuah bar kecil yang terletak di ujung
jalan. Dengan tubuh bergetar, pria itu mengatakan bahwa ia melihat makhluk
asing itu di puncak bukit.
“Aku melihatnya dengan mata
kepalaku sendiri.” Ucap pria itu. “Makhluk itu tinggi, dan mengeluarkan suara
yang nyaring di tenga kegelapan malam. Di bukit! Seperti kataku, ini nyata!”
Pada awalnya cerita itu
hanya dianggap sebagai hoax biasanya. Namun dalam beberapa minggu, beberapa
orang pada akhirnya juga melihat apa yang dilihat oleh pria itu. Anehnya,
deskripsi setiap orang berbeda-beda mengenai makhluk yang ada di bukit itu.
“Makhluk itu memiliki
sayap!” ucap seorang wanita paruh baya dengan histeris. Ia bahkan nyaris
pingsan saat menderitakannya. “Kedua matanya menyorot dengan tajam, merah
darah.”
Cerita orang lain, berbeda
lagi.
“Tinggi, kurus, dengan
lengan yang panjang. Makhluk itu yang menghabisi ternak kita akhir-akhir ini.
Makhluk itu menghisap darah dan memakan ternak-ternak kita!”
Rumor yang berkembang ini
semakin lama menjadi semakin menakutkan. Mengenai makhluk yang ada di bukit
itu, yang dihubungkan dengan menghilangnya beberapa ternak warga.
“Jadi apa yang terjadi
dengan toko Ny. Adam tidak ada hubungannya dengan menghilangnya hewan-hewan
itu, ‘kan?” ucap James di suatu pagi yang tenang, saat ia sarapan bersama
dengan ayahnya.
“Sudah kukatakan, James,”
ucap John. “Mungkin orang-orang hanya salah lihat dengan apa yang ada di bukit.
Tidak mungkin ada monster atau apapun di sana. Kau percaya dongeng aneh seperti
itu?”
“Tapi orang-orang
benar-benar melihatnya.” Ucap James cepat. “Mereka tidak mengada-ada. Tidak
mungkin. Memang ada yang aneh dengan apa yang ada di bukit itu. Bukankah disana
ada tambang?”
Ya. Satu-satunya hal yang
dapat dikatakan ‘benar-benar’menakutkan mungkin hanyalah kenyataan bahwa ada
tambang terbengkalai di atas bukit. Sebuah tambang yang sudah tidak digunakan
sejak akhir 50-an. Tapi selama ini, tidak ada satupun kejadian aneh mengenai
tambang itu.
“Kita lakukan apa yang
semestinya kita lakukan.” Ucap John. “Kita harus berpatroli setiap malam.”
John dan James melakukan
patroli hampir setiap malam. Dan mereka belum dapat menemukan satu masalahpun
pada ladang atau peternakannya. Namun semakin hari berganti, cerita aneh terus
berkembang. Salah satu kawan John mengatakan bahwa salah satu kambingnya
menghilang lagi.
“Makhluk keparat itu!”
teriak Willie, teman John itu, saat menceritakan mengenai ternaknya yang
hilang. Wajahnya memerah sambil menunjuk ke arah bukit di kejauhan dimana
tambang kosong itu berada.
“Aku akan kesana!” ucapnya
geram. “Aku akan membunuh siapapun yang berani mengoyak peternakanku.”
Warga yang lain sudah
mencoba untuk menghentikan aksi Willie yang terbilang cukup nekat itu.
Kata-kata mengenai monster dan sebagainya tidak Willie gubris. Suatu sore, ia
terlihat bergerak menjauhi rumahnya, bergerak ke arah bukit bermasalah itu
dengan satu senapan berada di punggung. John dan James hanya dapat melihat
kepergian Willie sambil berdoa agar tidak terjadi apa yang tidak mereka
inginkan.
Malam tiba lagi. Kegiatan
berpatroli setiap malam itu mulai teasa melelahkan. Awalnya mereka bisa
bertahan hingga pukul dua pagi. Namun malam itu, John memutuskan untuk kembali
ke rumah pukul dua belas malam. Istri dan putri kecilnya sudah tidur. Dengan
satu ucapan, John menyuuruh anak tertuanya, yang ikut dengannya, untuk tidur.
John pun bergabung dengan istrinya beberapa saat kemudian.
Tidur John rasanya dipenuhi
dengan mimpi. Ia seperti mendengar jeritan di kejauhan, namun terasa begitu
nyata. Sebuah suara keras membangunkannya seketika. Kuda di istal terdengar
meringkik-ringkik tidak tenang. John tahu seketika bahwa ternaknya berada dalam
bahaya.
“JAMES!” teriaknya ketika
tiba di lorong. Dengan tergesa John memakai sepatunya lalu meraih senapan yang
ia gantungkan di dinding. James datang sambil berlari beberapa detik kemudian,
dengan senapan di tangannya.
“Kudanya!” ucapnya histeris.
John dan James dengan cepat
keluar dari rumah dan mengarah pada kandang kuda, yang tidak jauh dari lumbung.
John dan James membidikkan senapan mereka ke arah istal kuda, dimana kuda-kuda
terdengar meringkik meminta pertolongan. John tiba di depan istal, dan
merasakan jantungnya melompat saat melihat sesosok bayangan tengah menarik
salah satu kudanya. Di tengah keterkejutannya, John masih dapat berpikir. Ia
menarik pemicu senapannya,
DOR!
Kuda itu meringkik dan
terlepas dari sosok bayangan itu. Sosok itu bergerak cepat, berlari,
meninggalkan kawasan peternakan John Cooper dengan kecepatan tinggi. Dengan
cahaya bulan yang bersinar malam itu, John dan James dapat melihat dengan jelas
sosok itu. Sesosok manusia, mungkin terlihat mirip dengan manusia, memiliki
tubuh tinggi kurus, dan jika tidak salah lihat, John melihat seringai
mengerikan di wajah sosok itu.
“Monster itu!” John dan James
melepaskan beberapa tembakan. Namun sosok itu seolah dapat menebak kemana arah
peluru beterbangan. Dalam beberapa detik, ia menghilang di balik semak.
John dan James masih belum
dapat mengatasi keterkejutan mereka. Wajah mereka pucat, meski tidak terlihat
di tengah gelapnya malam.
“Jadi benar?” ucap James.
“Ada makhluk aneh yang tinggal di tambang?”
Keributan di rumah keluarga
Cooper terjadi. Istri dan putrinya berlari keluar rumah setelah mendengar
tembakan. Wajah istrinya terlihat sama pucatnya dengan wajahnya.
“John, apa yang…”
“Makhluk itu, Abby.” Ucap
John. “Makhluk itu nyaris mencuri kuda kita.”
“Kau menembaknya?”
“Dia lari.” Sahut James.
“Tapi kita tahu kemana makhluk itu pergi.”
“John, kau tidak berpikir
untuk mengarah ke tambang itu, ‘kan?” ucap Abigail dengan wajah penuh dengan
kecemasan. John tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
“Willie belum kembali sejak
ia pergi sore tadi.” Lanjut Abigail. “Ny. Trump mengatakannya padaku.
“Mungkin Willlie bertemu
dengan makhluk itu.” Ucap James. “Mungkin Willie sudah…”
“Aku tidak bisa membiarkan
hal ini terus terjadi.” Ucap John. Dengan satu usaha keras ia berhasil mengkang
kembali senapannya. Wajah istrinya menunjukkan sebuah kecemasan yang
berlebihan. Putrinya menunjukkan raut wajah yang sama.
“Jangan khawatir!” ucap John
kemudian. “Aku tidak akan pergi seorang diri.”
Rencana John malam itu
adalah mengarah ke tambang yang bermasalah itu, dan mencoba untuk mengakhiri
teror yang terus terjadi di Berkshire. Ia mengumpulkan pria-pria lain dari desa,
yang sebagian besar memiliki senapan sebagai senjata perlindungan.
“Apa benar yang mereka
katakan, bahwa Willie belum kembali?”
“Kita akan mencari tahu!”
John dan rombongan para pria
mulai bergerak menaiki bukit. Beberapa dari mereka membawa obor sebagai
penerangan, sementara pria-pria lain terus membidikkan senapan mereka. Makhluk
itu bisa saja sudah menunggu kedatangan mereka.
Tambang tua yang ada di atas
bukit memang menjadi satu-satunya tempat di Berkshire yang tidak pernah
terjamah. Tidak ada yang berani mendekati tambang kosong itu. Cerita yang
berkembang mengatakan bahwa tempat itu dipenuhi dengan hantu. Dan kini, ada
monster itu.
Wajah dari para pria
menunjukkan satu ekspresi jijik secara bersamaan ketika mereka sampai di puncak
bukit. Mereka melihat bangkai hewan tersebar di segala tempat, dengan darah
membasahi rerumputan, dan isi perut hewan tersebar di berbagai tempat.
Potongan-potongan tidak rapi telrihat dari beberapa bangkai itu. Apa yang
terjadi? Hanya ada satu penjelasan soal hal itu. Makhluk itu memakan hewan yang
ia curi dari warga.
“Monster.” Gumam John. “Kita
akan segera tahu.”
Semakin bergerak mendekati
mulut tambang, mereka semakin ngeri membayangkan apa yang akan terjadi di dalam
tambang kosong itu. Ceceran daging dan usus hewan tersebar di sekitar mulut
tambang. Dan kegelapan dari tambang sepertinya menciutkan nyali beberapa pria.
“Kita masuk?” tanya salah
seorang pria. John menunjuk pada beberapa pria bersenjata, bersama salah satu
pria yang memegang obor.
“Yang lain tinggal disini,
dan berjaga. Jika kami tidak kembali…”
“Kami tahu apa yang harus
kami lakukan, John.” Balas pria lain.
John mengarahkan matanya
pada James, putranya, yang sepertinya ingin ikut masuk namun John memaksanya
untuk tinggal di luar bersama yang lain.
“Aku tidak akan lama.” Ucap
John, sesaat sebelum ia dan beberapa pria melangkah memasuki tambang.
Mereka tidak pernah
membayangkan sebelumnya bahwa mereka akan masuk ke dalam sistem lorong tambang
kosong itu. Tanpa adanya cerita mengenai monster saja, tambang itu sudah cukup
meneyramkan. Kini mereka berada di dalam perut bumi. Bergerak menyusuri koridor
yang remang, yang hanya diterangi cahaya dari dua obor. Mereka dapat melihat
trek besi untuk lori yang sudah tidak terpakai. Keadaannya cukup
memprihatinkan. Barang-barang yang tertinggal di dalam tambang selama puluhan
tahun penuh dengan karat. Ada satu hal lagi yang mereka takutkan. Bagaimana
jika tmbang itu sampai runtuh? Struktur lorongnya sudah cukup tua dan ringkih.
“Ini menjelaskan hal aneh
yang terjadi di desa selama beberapa bulan terakhir.” Ucap salah seorang pria.
Suaranya menggema di dalam lorong tambang yang gelap itu.
“Monster, atau apalah yang
ada di dalam tempat ini.”
“Mungkin pria gila.” Ucap
John.
Mereka tidak tahu sudah
berapa dalam mereka masuk ke dalam tambang. Mereka sering menemukan cabang
lorong, dan dengan insting terliar, memasuki salah satu lorong. Semakin masuk
ke dalam, mereka mulai mencium bau anyir. Di sepanjang lorong terdapat bekas
dari hewan-hewan yang seolah dibantai. Beberapa tulang berserakan. Dan tak jauh
dari tempat itu, terdapat beberapa bungkus makanan yang bertumpuk menjadi satu.
“Makhluk itu juga yang
mencuri dari toko Adam?”
John dan pria-pria lain
seketika menghentikan langkah mereka saat mereka dengan jelas mendengar satu
teriakan nyaring yang arahnya dari dalam tambang. Suara yang mirip sebuah
erangan itu menggema di sepanjang koridor. Beberapa pria terlihat mulai
bergetar ketakutan.
“Siapkan senjata kalian!”
bisik John. Dengan langkah pelan, ia bergerak maju. Mereka berhenti beberapa
kali saat mereka mendengar ada langkah lain selain dari langkah mereka sendiri.
Obor diarahkan ke beberapa sudut tambang, namun yang ada hanyalah kegelapan
total, dengan atmosfir yang dapat menegakkan bulu kuduk. Namun mereka tahu,
bahwa monster itu sedang menunggu mereka.
Mereka bergerak ke arah
bagian tengah tambang, yang ternyata mirip sebuah gua dengan lubang menganga di
bagian atas. Cahaya bulan menerangi sedikit bagian tambang, yang mirip sebuah
ruangan kecil. Dan disanalah mereka menemukan horor yang sesungguhnya. Cabikan
daging, usus, dan tulang-tulang hewan bercampur aduk menjadi satu. Cipratan
darah memenuhi dinding batu, dan sampah lain bertebaran, memberikan kesan kotor
dan menjijikkan. Disinilah makhluk itu tinggal. Namun tidak ada tanda-tanda
kehadiran makhuk tersebut pada saat itu.
“Lihat itu!” teriak salahs
eorang pria pembawa obor ke arah sebuah sisi kecil dari tambang. Pria-pria itu
dapat melihat sepasang kaki mencuat dari balik tikungan tambang. Mereka
mendekat secara bersamaan, dan melonjak seketika saat cahaya api obor menerangi
sesosok tubuh pria yang dipenuhi dengan darah. Mereka kenal dengan pria itu.
“Willie!”
John merunduk, memeriksa
tubuh Willie yang tergeletak di tanah yang dingin. Dari apa yang dapat ia
lihat, darah di tubuh Willie bukanlah darahnya sendiri. Willie sendiri hanya
menderita luka terbuka di bagian dahi. John merundukkan kepalanya, menempelkan
telinga ke dada Willie, dan tersenyum saat ia masih dapat mendengar detak
jantung temannya itu, meski kelihatannya terlalu lemah.
“Dia masih hidup.” Ucap John
seraya bangkit berdiri. “Sebaiknya kita…”
Ucapannya terhenti seketika.
Perhatiannya, dan juga teman-temannya terarah pada salah satu koridor tambang
yang gelap, dimana baru saja terdengar satu teriakan, yang lebih mirip sebuah
jeritan. Monster itu, masih mengawasi mereka.
“Senjata!” ucap John cepat.
Cahaya obor secara cepat
menerangi sebuah wajah di dalam kegelapan. Wajah yang kurus, cekung, dengan
rambut berantakan dan mata yang seolah bersinar merah. Monster itu telah
menunjukkan wajahnya dan meringis ke arah beberapa pria. Namun hanya sedetik,
sebelum makhluk itu menghilang lagi.
Beberapa pria mulai
melakukan tembakan ke arah lorong tambang, tanpa tahu apakah mereka dapat
mengenai sasaran atau tidak. Paling tidak, usaha mereka dapat menjauhkan makhuk
itu untuk sementara waktu.
“Ambil Willie! Kita keluar!”
seru John.
Dua orang pria membantu
membawa tubuh Willie yang lemah, dan mulai bergerak keluar dari tambang.
Lagi-lagi jeritan dan geraman dari makhluk itu terdengar lagi. John menembakkan
senapannya. Diikuti oleh pria-pria lain.
“Cepat! Cepat!” teriak
beberapa pria. Dua orang yang membawa tubuh Willie terlihat kesulitan saat
mencoba bergerak menaiki lorong tambang yang curam.
Jeritan terdengar sekali
lagi. Namun bukan hanya jeritan dari makhluk itu saja. Salah satu pria dari
kelompok John mengerang saat sebuah batu mengenai kepalanya.
“Tembak sekarang!” seru
John. Cahay dari senjata mereka dapat sedikit memberikan penerangan pada lorong
tambang yang gelap. Namun mereka sama sekali tidak dapat melihat monster itu.
“Lari!” teriak salah seorang
pria saat ia sadari bahwa keadaannya sudah cukup genting, dan tidak mungkin
bagi mereka untuk dapat melawan sosok misterius itu di tengah kegelapan
tambang.
Mereka berlari. Terseok-seok
pada permukaan tanah yang lembab, penuh dengan kerikil. Tubuh lemah Willie
terlihat terombang-ambing dalam pelarian itu.
“Kemari, keparat!” teriak
salah seorang pria sambil membidikkan shotgun miliknya ke arah kegelapan. Namun
seketika…
“AAHHHHHKKKK!!!”
“TIM!” John berteriak saat
tubuh Tim menghilang dalam kegelapan. Monster itu berhasil menggondol Tim. Hal
ini semakin membuat usaha pelarian itu semakin cepat. Dan mereka sadari
kemudian, mereka telah berada di luar tambang, saat mereka dapat menghirup
udara segar lagi.
“Arahkan senjata kalian ke
mulut tambang!” teriak John. Semua roang yang berada di dekat mulut tambang
melakukan apa yang ia perintahkan. Mereka tidak tahu apa yang sedang mereka
hadapi. Apakah benar-benar monster? Atau hal lain yang sulit untuk dijelaskan?
Yang pasti, makhuk itu telah merenggut Tim dari mereka.
“Jones dan Derek, pergi ke
desa, dan hubungi polisi! Minta mereka untuk membawa persenjataan lengkap!”
Hanya itu yang dapat mereka
lakukan selama semalaman. Mereka terus membidikkan moncong senapan dan pistol
mereka ke arah mulut tambang. Bersiap, seandainya makhluk itu akan muncul lagi.
Namun hingga pagi menjelang, tidak ada yang keluar dari mulut tambang. Jeritan
monster itu pun seolah menghilang dengan datangnya sinar matahari.
Pasukan dari kepolisian
akhirnya datang dengan tim SWAT mereka. Dengan persenjataan dan perlngkapan
yang cukup, tim SWAT bergerak masuk ke dalam tambang. Tidak ada yang tahu apa
yang mereka lakukan di dalam selama lebih dari tiga puluh menit. Hingga
akhirnya tim SWAT keluar lagi dari tambang, dengan sesuatu berada di tangan
beberapa anggota SWAT.
Sesosok tubuh pria kurus
dengan rambut hitam kumal terlihat diseret keluar dari tambang. Pria itu mati.
Namun kini menjelaskan seperti apa makhluk itu sebenarnya.
“Tidak pernah ada yang
namanya monster.” ucap kepala tim SWAT sambil menunjukkan sebuah berkas pada
John. John dapat membaca dengan jelas berkas tersebut. Disana dikatakan bahwa
salah satu tawanan kepolisian berhasil kabur dua bulan yang lalu. Pria itu,
yang kini mati di tangan SWAT, adalah tawanan itu.
Tim tidak mendapatkan luka
yang serius. Kakinya terluka, namun pria itu masih dapat berjalan.
“Monster itu.” Ucap Tim
sambil menunjuk pada jenasah tawanan yang dibawa ke ambulan itu.
“Dia bersembunyi cukup lama
di tambang ini. Cukup gila, menurutku.” Ucap John. “Dia menderita keputusasaan
dalam pelariannya. Kurasa itu menjelaskan kenapa ia tega mencuri dari warga
desa. Membobol toko Adam, kurasa cukup masuk akal. Namun mencuri ternak dan
memakannya mentah-mentah…”
“Pria itu gila, John.” Ucap
salah seorang pria yang berdiri tak jauh dari John. John hanya dapat mengangguk
menyetujui.
“Jadi tidak pernah ada yang
namanya monster?” ucap James. “Tidak seperti apa yang kita bayangkan selama ini.”
“Berkshire akan kembali aman
seperti sedia kala.” Ucap John. “Tidak. Tidak pernah ada yang namanya monster.
Hanya sebuah misteri yang perlu dipecahkan. Dan kita berhasil melakukannya.”
****
Nice
ReplyDeleteKereen... Cerita mistery tentang kota BLACKWOOD diperbanyak dong. Banyak yg suka loh.. ^_^
ReplyDeleteOk. Thanks.
DeleteYeey akhirnya berhasil ngoment stlah sekian lama :p ^_^
ReplyDelete