“Ada yang tidak beres dengan
boneka itu.” Ucap Terry meyakinkan suaminya. Ia tidak tahu dengan apa yang ia
rasakan mengenai kehadiran boneka itu. Akan tetapi, selalu ada perasaan
mengganjal ketika ia memandang kehadiran sosok manusia kecil dari kayu yang kini
terpajang di rak dinding ruang tamu.
Boneka itu merupakan sebuah
boneka ventriloquis tua yang dibeli oleh Frank, suami Terry, dari sebuah kota
di selatan yang namanya saja membuat Terry bergidik. Blackwood. Frank membeli
boneka itu dengan harga murah di Blackwood dari seseorang yang sama sekali tidak
dikenal dan terlihat sedikit mencurigakan.
“Tidak ada yang salah dengan
boneka itu.” Ucap Frank. “Memang terlihat sedikit menyeramkan. Namun boneka
hanyalah boneka. Dia tidak akan hidup dan memakanmu.”
Frank tertawa, mencoba
membuat istrinya tersenyum. Namun tetap saja, Terry merasakan hawa yang tidak
menyenangkan yang datangnya dari boneka berwujud seorang anak kecil dengan mata
besar itu. Boneka itu seolah menatapnya, menyeringai ke arahnya. Boneka itu seolah
hidup.
Terry sendiri tidak tahu
kenapa Frank membeli boneka tua itu. Frank bukanlah penggemar Ventriloquis. Dan
kini ketika boneka itu sudah ada di rumahnya, pertanyaan pun bertambah. Kenapa
Frank membeli boneka itu? Terry sudah mencoba mempertanyakan hal itu tetapi
Frank menjawabnya dengan lelucon yang sama sekali tidak terdengar lucu. Terry
mencoba untuk membicarakannya secara serius. Tetapi Frank selalu mengatakan
padanya bahwa boneka itu hanyalah sebuah pajangan yang antik.
Terry tidak pernah merasakan
kecemasan seperti ini sebelumnya. Ia, sebagai seorang ibu rumah tangga, selalu
bekerja di rumah. Pekerjaannya yang biasanya terasa menyenangkan kini terasa
sedikit berat dengan adanya boneka tua itu. Setiap kali ia membersihkan ruang
tamu, ia selalu bergidik jika matanya bertemu dengan mata boneka itu. Boneka
itu terlihat seperti terus mengawasi gerak-geriknya. Dan bahkan, Terry seperti
mendengar sebuah bisikan yang datang dari boneka itu.
“Kenapa aku harus
membuangnya?” tanya Frank ketika Terry terus menceritakan rasa tidak nyamanya
mengenai boneka itu.
“Kau berpikir terlalu
berlebihan, sayang.” Lanjutnya. “Seperti di film, maksudmu? Boneka ventriloquis
yang bisa hidup? Semua hanya khayalan. Tidka mungkin boneka itu hidup.”
“Tapi aku merasa seperti itu,
Frank.” Ucap Terry bersikukuh dengan pendapatnya.
“Blackwood.” Lanjutnya. “Tidak
tahukah kau bahwa kota itu dijuluki sebagai kota angker oleh orang-orang? Aku
bahkan terus mengkhawatirkanmu ketika kau harus mendapatkan tugas di kota itu,
meski hanya sehari. Dan kini, kau malah membeli boneka menyeramkan ini. Aku
tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan. Kau pikir boneka ini lucu, dan aku
akan menyukainya?”
“Kau tidak menyukainya?”
“Bukankah sudah jelas?”
balas Terry sambil berteriak. Suasana tenang malam hari itu bisa saja berubah
menjadi pertengkaran seandainya saja Frank bukanlah tipe pria yang tenang
berkepala dingin. Dengan santai, ia mencoba menanangkan istrinya kembali.
“Percaya padaku!” ucapnya.
“Jika boneka itu mulai macam-macam, aku akan segera menyingkirkannya. Oke?”
Terry tidak mengerti dengan
ucapan suaminya itu. Frank pikir hal ini lucu? Pria itu terus tertawa melihat
dirinya ketakutan. Dan bukannya membantu, Frank sepertinya malah terus
menggodanya. Bagaimana jika apa yang ia rasakan benar-benar terjadi?
Malam berlalu. Detik
berganti menit, dan jam terus berganti. Jarum jam menunjukkan pukul satu dini
hari ketika Terry terpaksa harus bangun dari mimpinya. Ia dikejutkan dengan
sebuah suara berdebum dari lantai bawah, seperti ada benda yang jatuh. Terry
terduduk diatas tempat tidurnya, di tengah kegelapan dan kesunyian, dan tengah
mencoba untuk mendengarkan situasi yang terjadi. Apakah hanya halusinasi akibat
dari ketakutannya?
“DUK!!”
Suara itu terdengar lagi.
Terry seketika mencengkeram lengan suaminya, dan mengguncangkannya untuk
membangunkan pria itu. Frank membuka kedua matanya, namun seperti tidak begitu
peduli dengan ketakutan yang ada di wajah istrinya.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kau tidak dengar?” balas
Terry. “Bagaimana mungkin kau tidak dengar? Suaranya begitu keras.”
“Suara apa?”
“Dari lantai bawah.” Jawab
Terry. Kecemasan masih terlihat jelas di wajahnya. “Ada suara benda jatuh.
Keras.”
“Yang benar saja!”
“Kau pikir aku berbohong?”
Frank menggeliat di
posisinya, namun tidak mau bangun. Ia memang membuka kedua matanya dan merespon
ucapan istrinya dengan baik. Namun tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan bangun
dari tempat tidur dan memeriksa ruang bawah.
“Sudahlah! Kembali tidur!”
Terry tidak begitu yakin
dengan apa yang ia rasakan. Ia takut, namun juga penasaran. Namun ia juga tidak
mau bangkit dari tempat tidur, dan kembali bergelung di bawah selimut. Untuk
sesaat ia coba tajamkan kembali pendengarannya, seandainya suara itu kembali.
Namun…, tidak. Semuanya terlihat normal dan hening. Tidak ada suara lain selain
suara berdetik dari jam di atas meja. Terry berpikir, mungkin suara itu hanya
suara yang berasal dari dalam kepalanya sendiri.
Terry sudah hampir tertidur
ketika suara berdebum keras itu kembali terdengar. Terry seketika menegakkan tubuhnya,
dan dengan cepat membangunkan kembali suaminya itu.
“Suara itu lagi.” Ucapnya.
“Ada yang tidak beres, Frank. Kau harus mempercayaiku.”
Frank dengan terpaksa
bangkit dari posisinya. Ia coba dengarkan dengan kedua telinganya, namun
keadaan tetap hening.
“Ini aneh.” Ucap Terry.
“Suara itu.”
“Kau yakin suara itu berasal
dari lantai bawah?” tanya Frank. “Tapi tidak ada benda…, jangan katakan sesuatu
mengenai boneka itu!”
“Mungkin…” ucap Terry
sedikit ragu. “Bagaimana jika hal lain? Mungkin ada pencuri yang mencoba
masuk…”
Frank lebih bisa menerima
penjelasan itu daripada cerita takhayul mengenai boneka tua itu. Ya. Bisa saj
pencuri berusaha masuk ke dalam rumah dan menciptakan suara-suara aneh itu.
“Oke. Aku akan periksa.”
Frank bangkit dari tempat tidur
diikuti oleh Terry. Keduanya bergerak bersamaan keluar kamar, menuruni tangga
lalu menuju ke ruang tengah. Frank menyalakan lampu, dan ruangan itu terang
seketika. Untuk sesaat keduanya terdiam, dan mencoba memeriksa apakah ada yang
aneh dengan barang-barang di ruangan itu.
“Lihat?” ucap Frank. “Tidak
ada yang berubah, ‘kan?”
“Bagaimana dengan ruang
tamu?”
Keduanya bergerak bersama ke
arah ruangan dimana boneka itu berada. Mereka memeriksa ruangan itu, namun juga
tidak ada berubah. Semua benda masih berada di tempatnya. Termasuk boneka
ventriloquis tua yang ada diatas rak.
Terry seketika merasakan
perasaan takut yang luar biasanya ketika kedua matanya bertemu dengan kedua
mata boneka itu. Seolah ada sebuah kekuatan yang tak terlihat, yang memancar
dari dalam boneka itu, yang membuat bulu kuduknya berdiri. Boneka yang terlihat
selalu tersenyum itu benar-benar membuat Terry tidak nyaman.
“Semua jendela masih
tertutup dan terkunci. Begitu juga dengan pintu-pintu. Tidak ada apa-apa
disini.”
“Kau yakin?” tanya Terry.
“Bagaimana dengan boneka itu?”
Frank mendesah, lalu
memandang istrinya dengan tatapan kesal dan tak menyenangkan.
“Dengar! Aku lelah saat ini,
Terry. Jika ingin membicarakan mengenai boneka itu, sebaiknya besok pagi saja.
Oke?”
Terry tidak mengucapkan
apa-apa lagi. Beberapa menit kemudian, ia sudah melingkar kembali diatas tempat
tidurnya. Ia mencoba untuk tidur, namun kedua matanya tidak bisa terpejam. Ia
merasa sedikit cemas, takut, dan perasaan lain yang tak dapat ia jelaskan.
Keadaan benar-benar sunyi.
Suara berdebum itu sudah tidak terdengar lagi, entah kenapa. Dan apa yang
menyebabkan suara itupun tidak diketahui. Kenyataan yang terjadi, Terry
akhirnya dapat tertidur. Dan tidak ada gangguan lain untuk malam itu.
*
Keesokan harinya, keadaan masih
terlihat normal seperti biasa. Terry bangun dan menyiapkan sarapan untuk
suaminya sebelum suaminya itu pergi bekerja. Perbicangan pagi itu sedikit tidak
menyenangkan karena Terry terus mengungkapkan keluh kesahnya mengenai boneka
ventriloquis itu, namun Frank malah menanggapinya dengan sedikit emosi.
“Aku tidak ingin
membicarakannya!” bentak Frank sesaat sebelum ia pergi. Ia tatap kedua mata
istrinya, yang sebenarnya sedikit menyusahkan hatinya. Ia menyesal dengan
teriakannya barusan.
“Aku harus pergi.” Lanjutnya
dengan nada bicara sudah kembali normal. Sesaat, ia berikan senyuman pada
istrinya itu, dan pergi.
Terry tetap tidak bisa
melepaskan pikirannya dari hal-hal aneh yang sudah terjadi. Tentu saja mengenai
boneka itu. Ia mencoba meyakinkan dirinya, seperti kata-kata Frank, bahwa
boneka itu hanya boneka biasa dan tidak bermasalah. Namun, hatinya berkata
lain.
Terry melakukan pekerjaannya
seperti biasa hari itu. Menyapu, mengepel lantai, membereskan tempat tidur dan
menjemur pakaian. Hingga tengah hari, tidak ada satupun hal ganjil yang
terjadi. Namun beberapa jam setelah Terry selesai dengan pekerjaannya, ia
dikagetkan oleh sebuah suara yang datangnya dari arah ruang tamu.
Suara benda jatuh itu datang
lagi. Terry mungkin tidak akan berani memeriksa ruang tamu seandainya bukan
pada saat siang hari. Perlahan ia arahkan langkah kakinya ke ruang tamu
kecilnya, dan ia menemukan boneka kayu tua itu telah terjatuh dari raknya.
Tertelungkup diatas lantai, dengan bagian wajah menempel pada lantai.
Terry ragu untuk mengambil
boneka itu. Perasaannya mengatakan bahwa ia seharusnya tidak berada dekat-dekat
dengan boneka itu. Tapi ia juga merasa bahwa ia tidak bisa membiarkan boneka
itu tergeletak begitu saja. Setelah cukup lama meyakinkan hatinya, ia pun
bergerak ke arah boneka itu. Ia ulurkan tangannya, dan dengan perlahan memegang
lengan boneka itu.
Terry merasakan jantungnya
berdegup kencang. Ia putar tubuh boneka itu, hingga wajah menyeramkan itu
bertatapan dengan kedua matanya. Mata bundar, besar, terlihat polos namun ada
kesan licik dalam seringainya. Boneka kayu tua itu memang menyeramkan.
Terry bangkit dari posisi
jongkok sambil mengangkat boneka itu. Saat tiba-tiba saja kedua mata boneka itu
bergerak. Terry seketika melempar boneka itu sambil menjerit. Kenapa hal itu
terjadi?
Boneka itu tergeletak
kembali di lantai dengan tatapan kedua matanya ke arah Terry. Apa boneka itu
hidup? Terry amati dengan seksama, namun kedua mata boneka itu masih diam di
tempat. Lalu apa yang terjadi beberapa detik yang lalu? Apakah halusinasinya
saja?
Terry mengangkat boneka itu
lagi dan dengan cepat meletakkannya diatas rak. Ia tidak mau berdekatan dengan
boneka itu lagi. Terry memutar tubuhnya cepat dan bergerak pergi. Namun baru
beberapa langkah, ia terhenti saat dengan jelas ia mendengar sebuah suara anak
kecil di belakangnya, yang mengucapkan,
“Mati!”
*
“Boneka itu hidup!” ucap
Terry menjelaskan pada Frank sore harinya. Ia mengatakannya dengan
sungguh-sungguh, namun seperti sikap Frank sebelumnya, pria itu seolah tidak
peduli.
“Sudah berapa kali kita
membicarakan hal ini?” balas Frank. “Kau berlebihan, Terry. Dan aku tidak suka
dengan sikapmu.”
“Kau pikir aku berbohong?”
teriak Terry dengan air mata mulai membasahi kedua matanya. “Apa aku pernah
berbohong padamu selama ini? Aku hanya…”
“Oke. Mari kita periksa!”
Terry mengikuti langkah
suaminya ke arah ruang tamu. Terry melihat dengan jelas sosok boneka itu. Masih
menyeramkan seperti sebelumnya. Cahaya lampu yang menyiram wajah boneka itu
menciptakan sebuah bayang-bayang yang membuatnya semakin terlihat sadis.
“Boneka ini.” Frank meraih
boneka itu lalu dengan cepat mengguncangkannya. Ia sentuh kedua mata boneka
itu, yang tidka bisa bergerak. Frank membuka tutup mulut boneka itu, dan tidak
ada yang terjadi.
“Lihat?” ucap Frank. “Jika
boneka ini bisa hidup, kenapa ia hanya berani menunjukkan aksinya padamu?
Kenapa ia tidak…ARGGGH!!!”
Frank berteriak seketika,
dan melempar boneka yang ia pegang. Ia lihat satu jarinya berdarah karena
terjepit oleh mulut boneka tua itu.
“Lihat?” ucap Terry.
Frank menatap nanar pada
boneka yang kini tergeletak di lantai itu. Diantara percaya dan tidak, Frank
mengarahkan pandangan matanya pada Terry yang berdiri di sebelahnya.
“Boneka itu…, boneka itu
menggigit…”
“LIHAT!”
Mengikuti teriakan istrinya,
Frank memutar kepalanya dengan cepat. Dan kini ia lihat dengan sendirinya saat
kepala boneka kayu itu berputar perlahan, dengan mulut terbuka dan tertutup
secara sendirinya. Dan mereka berdua dapat mendengar dengan jelas saat boneka
itu mengucapkan,
“Kalian harus mati.”
Terry berteriak seketika.
Frank, tanpa sadar bergerak cepat ke arah boneka itu dan dengan keras
menendangnya. Boneka itu terlempar ke udara dan membentur dinding. Sebagian
dari wajah kayunya hancur, dan meninggalkan satu lubang menganga. Namun, mulut
boneka itu masih dapat bergerak. Dan ia berucap lagi,
“Kalian anak nakal. Kalian
pantas mati!”
Frank dan Terry sama-sama
melonjak kaget saat terdengar sebuah suara berdenting dari dapur, dan mereka
dapat mendengar sebuah suara semburan yang begitu keras. Dan dalam beberapa
detik, mereka dapat mencium sebuah aroma yang khas di udara.
“Oh, tidak!”
Gas dari selang kompor yang
terlepas telah memenuhi ruangan. Dan sebelum Frank dapat bertindak, semua lampu
yang ada di rumah itu menjadi semakin terang, dan terang, dan terang, hingga
akhirnya salah satu bohlam lampu pecah.
Frank dan Terry tidak dapat
melakukan apapun. Hal terakhir yang mereka ingat adalah suara bola lampu pecah,
dan seketika cahaya merah mulai menenggelamkan mereka. Satu ledakan terjadi,
dan rumah itu pun hancur berkeping-keping. Frank dan Terry, tewas seketika.
*
“Tidak ada yang tersisa dari
rumah itu.” Ucap salah seorang petugas pemadam kebakaran yang datang beberapa
menit setelah ledakan terjadi. Kediaman Frank dan Terry telah hancur terbakar,
dan tubuh keduanya ditemukan telah gosong di ruang tamu rumah itu.
“Ada satu bendat tersisa.”
Ucap salah seorang yang datang beberapa saat kemudian. Di tangan pemadam
kebakaran itu, terdapat satu benda yang sama sekali tidak terbakar sedikitpun
oleh api. Sebuah boneka kayu, dengan kedua mata besar dan seringai lebar.
Seolah dapat mengatakan bahwa ia merasa puas karena telah merenggut dua nyawa
malam itu.
***