Friday, October 30, 2015

EMAIL MAUT DARI NERAKA



Jika kita berbicara mengenai anak-anak muda, apa yang pertama hadir di dalam kepala kita? Gaya berpakaian mereka, atau cara mereka berbicara, cara mereka melihat sesuatu melalui perspektif mereka, gaya rambut, dan cara mereka berpesta? Tapi ada satu hal yang selalu dapat kita lihat dari kehidupan anak-anak muda tersebut, yang sama sekali tidak dapat terlupakan. Yaitu kegemaran mereka terhadap sesuatu yang berbau sosialitas. Smartphone, dan situs-situs sosial network, adalah beberapa hal yang selalu kita lihat. Ya. Tidak ada satupun pemuda yang rela menghabiskan waktu mereka tanpa adanya smartphone. Smartphone, sudah seperti kehidupan kedua mereka. Tapi diantara hal-hal itu, ada kalanya seseorang dapat merasa begitu takut untuk menyentuh ponsel mereka. Salah satunya, adalah seorang gadis belia bernama Haiden.
Alasannya, mungkin bukan karena ia terlalu takut untuk melihat status pertemanannya di Facebook, atau melihat jumlah followernya di twitter. Tapi karena suatu alasan yang sebenarnya bisa dianggap sedikit tidak masuk akal dan terbilang cukup aneh.
Sudah beberapa hari ini Haiden tidak menyentuh ponsel berwarna pink-nya itu. Ia terlalu takut. Kenapa? Karena ia selalu mendapatkan email aneh dari seseorang di luar sana yang sepertinya selalu dapat mengetahui apa yang ia lakukan. Stalker? Mungkin. Tapi Haiden tidak pernah mendapatkan hal-hal semacam itu sebelumnya. Kejadiannya baru bermula ketika ia pindah ke kamar asrama barunya yang terletak dekat dengan kampus tempatnya kuliah. Semenjak hari itu, ia selalu mendapatkan pesan-pesan aneh dari seseorang dengan nama Hell. Entah itu lewat emailnya, atau lewat beberapa sosial media yang ia miliki. Pesan-pesan yang ditulisakan selalu terdengar aneh dan sedikit mengerikan. Seperti…
“Hai!” sepertinya tidak aneh. Namun bagaimana jika pesan yang sama selalu dikirimkan setiap menit dengan kata yang sama? Itulah yang membuat Haiden kini sedikit menghindari sosial media.
Hal-hal serupa terjadi setiap harinya. Pesan-pesan yang masuk, dari user bernama Hell, terus memenuhi inbox miliknya. Beberapa pesan yang dapat Haiden ingat, diantara…
“Senang bisa bertemu.” Atau, “Kau sendirian?” dan ada lagi yang berbunyi, “Jangan tinggalkan aku.”
Haiden takut, namun disaat yang bersamaan juga merasa penasaran dengan username Hell ini. Ia sudah mencoba menceritakan hal ini pada beberapa temannya. Pendapat mereka, mungkin Haiden memiliki penggemar rahasia. Memang kelihatannya begitu. Tapi haiden yakin bahwa ada maksud tertentu dari orang bernama Hell ini.
Haiden pernah mencoba membalas pesan dari Hell yang masuk ke dalam inbox emailnya.
“Siapa kau?” tulis Haiden. Haiden menunggu, namun tidak ada balasan saat itu. Hingga akhirnya ponsel miliknya berbunyi di tengah malam, saat ada sebuah pesan masuk. Ketika Haiden membuka email itu, ia mendapatkan pesan balasan yang berbunyi,
“Aku temanmu. Yang menemanimu saat kau tidur, seperti saat ini.”
Pesan yang singkat namun mengandung arti yang mengerikan itu tentu saja membuat Haiden kesal. Ia sudah mencoba meminta baik-baik agar Hell tidak mengganggunya lagi. Namun pesan-pesan aneh selalu masuk setiap harinya.
“Sarapan?” atau. “Jangan lupa sepatu barumu.”
Yang membuat aneh adalah kenyataan bahwa Hell dapat mengethaui hal-hal yang seharusnya tidak diketahui. Haiden membeli sepatu baru tanpa sepengetahuan siapapun. Tapi kenapa Hell bisa tahu? Seolah Hall sudah tinggal bersamanya selama ia tinggal di asrama barunya itu.
Pesan terakhir dari Hell yang membuat Haiden semakin ketakutan masuk beberapa hari yang lalu. Pesan itu berbunyi,
“Aku menyukaimu.” Yang dikirim sebanyak 20 kali. Hal ini sudah cukup bagi Haiden untuk memutus hubungan telekomunikasi di posnelnya. Ia matikan ponselnya itu dan ia masukkan ke dalam laci. Jika ponselnya mati, berarti Hell tidak akan bisa mengiriminya pesan, ‘kan? Tapi apakah hal itu berhasil?
Selama beberapa hari Haiden tidak menyentuh ponselnya. Ia memang tidak mendapatkan gangguan lagi dari Hell. Namun ia juga tidak bisa berkomunikasi dengan temannya jika tidak menggunakan ponsel. Dan hal itu membuatnya stress.
Haiden menghidupkan kembali ponselnya dengan hati berdebar. Ia mengira ia akan langsung mendapatkan pesan dari Hell. Tapi…, tidak. Apakah ini berarti ia sudah terlepas dari gangguan orang itu?
Tidak. Beberapa jam setelah Haiden menghidupkan ponselnya, ia mendapatkan satu pesan lagi. Hanya satu kalimat dari Hell, yang berbunyi…
“Kau tidak bisa lari dariku, Haiden.”
Haiden kini sudah merasa cukup muak dan ketakutan dengan adanya pesan-pesan aneh itu. Ia memutuskan untuk mengganti alamat emailnya, membuat akun baru di Facebook dan Twitter, dan berharap Hell tidak akan bisa menghubunginya lagi. Segalanya berjalan sempurna. Selama beberapa hari Haiden tidak mendapatkan pesan-pesan lagi. Ia kira starteginya itu berhasil. Namun disuatu malam, ia mendapatkan satu telepon dari nomor yang tak dikenal. Ketika ia angkat telepon itu, sebuah suara seorang pria dengan nada rendah menyapanya dari seberang sambungan. Pria itu berkata…
“Selamat malam, Haiden. Selamat tidur.”
Haiden seketika melempar ponselnya ke seberang ruangan. Ia merasakan aura yang tidak biasa. Keadaan di sekitarnya terlihat terlalu mencekam. Ia bahkan tidak bisa tidur malam itu.
“Kau harus menyelesaikan masalah ini.” Ucap salah seorang teman Haiden memebrikan solusi.
“Ajak dia untuk bertemu, dengan satu syarat. Dia tidak boleh mengirimimu pesan-pesan lagi.”
Ya. Haiden setuju dengan hal itu. Haiden membuka email lamanya, dan berharap ia akan mendapatkan pesan lagi dari Hell. Dan apa yang dinantikannya tiba. Pesan dari Hell, berbunyi…
“Kau rindu padaku?”
“Siapa sebenarnya dirimu?” balas Haiden. “Sebaiknya kita bertemu. Dan berjanjilah kau tidak akan menggangguku lagi.”
“Ok.” Balas Hell.
“Jadi dimana kau mau bertemu denganku?”
“Tidak perlu jauh-jauh.” Balas Hell. “Karena aku…, sudah ada di belakangmu.”
Haiden seketika memutar tubuhnya, dan di depannya hadir sebuah wajah pria berambut kumal dengan darah memenuhi wajahnya. Wajah itu menyeringai, sambil berkata…
“Hai, Haiden!” dan Haiden pun jatuh tak sadarkan diri.

***

No comments:

Post a Comment