Natalia merasa begitu senang ketika ia mendapatkan telepon
yang menyatakan bahwa ia mendapatkan pekerjaan di kediaman keluarga Winchester.
Ia tidak dapat membendung lagi perasaan bahagianya, mengingat ia kini sudah dua
bulan tidak bekerja setelah ia keluar dari pekerjaannya yang lama. Pekerjaan
yang akan ia ambil di rumah keluarga Winchester memang hanya sebagai pelayan
keluarga. Namun dengan iming-iming gaji yang besar dalam sebulan, Natalia rela
melakukan hal itu.
Ia bukan tipe orang yang
terlalu memilih jika soal pekerjaan. Asalkan mendapatkan uang, ia akan
melakukan apapun. Ia akui bahwa keadaan ekomoni di keluarganya sedang kacau
saat ini. Suaminya bekerja keras sebagai pekerja di pasar, namun dengan
penghasilan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sebulan. Itu sebabnya Natalia
kini juga mencoba untuk bekerja, untuk dapat mendapatkan uang tambahan dalam
sebulan.
Ia sudah membicarakan
masalah mengenai pekerjaan di Winchester ini dengan suaminya. Dan suaminya
hanya mengangguk menyetujui apa yang akan Natalia lakukan. Natalia berencana
akan bekerja selama satu tahun terlebih dahulu di keluarga Winchester. Jika
menyenangkan dan berjalan dengan bagus, mungkin ia akan mengambil pekerjaan itu
sebagai pekerjaan tetap.
Ia masih terus memikirkan
seperti apa keluarga Winchester saat ia duduk di dalam kabin sebuah taksi yang
membawa bergerak melintasi sebuah kawasan hutan. Rumah kediaman keluarga
Winchester memang terletak begitu jauh dari pusat kota. Natalia sempat
mendengar bahwa keluarga Winchester tidak begitu menyukai keramaian. Itu
sebabnya mereka memilih membangun rumah jauh dari kawasan penduduk.
“Keluarga Winchester? Ya.
Aku tahu siapa mereka.” Ucap sang supir taksi saat Natalia bertanya soal
keluarga Winchester itu.
“Mereka cukup terkenal di
kota ini sebagai keluarga kaya yang tingal jauh dari penduduk lain. Entah apa
yang mereka pikirkan. Mereka sepertinya tidak begitu menyukai suasana kota.”
“Apa lagi yang kau tahu?”
tanya Natalia.
“Tidak ada banyak yang tahu
soal keluarga itu. Bahkan mengenai rumah yang didiami oleh keluarga itu.”
“Bukankah Winchester yang
membangun rumah itu?”
“Bukan.” Jawab sang supir
taksi. “Rumah yang kini ditempati oleh Winchester adalah rumah lama yang
dibangun sekitar awal 1900-an. Rumah yang sudah cukup tua, dan rasanya tidak
akan aneh jika orang-orang mulai membicarakan hal-hal aneh mengenai rumah itu.”
Ucapan terakhir dari sang
supir taksi itu dengan cepat menarik perhatian Natalia.
“Hal-hal aneh soal apa?”
tanya Natalia cepat. Sang supir taksi sempat meliriknya dari kaca spion,
sebelum akhirnya membuka mulutnya.
“Kabar aneh, mengenai
tragedi yang dulu pernah terjadi di tempat itu.” Jawab sang supir taksi.
“Mengenai adanya kejanggalan-kejanggalan…, dulu ada yang pernah menginap di
rumah itu selama semalam. Dan mereka mendapatkan gangguan di tengah malam.”
“Maksudku…, hantu?” tanya
Natalia. Sang supir taksi dengan cepat melepas satu tawa kecilnya sambil
melirik ke kaca spion.
“Kuharap kau tidak percaya
dengan adanya hantu, Nona.” Ucap sang supir taksi. “Tapi…,ya. Itu yang sering
orang-orang katakan mengenai kediaman Winchester. Bahkan ada yang menyebut
rumah itu dengan sebutan Manor of Death. Mengerikan, bukan?”
Natalia tidak membalas
ucapan itu. Apakah benar apa yang sering orang-orang katakan mengenai kediaman
Winchester itu? Bahwa rumah itu berhantu? Natalia jujur sedikit merinding
mendengar cerita itu. Namun ia tidak mungkin membatalkan rencananya. Ia tetap
akan bekerja di keluarga itu.
Taksi itu pun akhirnya
memelankan lajunya saat mendekati sebuah gerbang besar yang ada di tepi hutan. Gerbang
itu adalah gerbang dari kawasan kediaman Winchester. Terlihat terdapat begitu
banyak pohon besar dan tua di halaman rumah Winchester itu, yang sedikitnya
menambah kesan angker dari rumah itu.
“Kita sampai.” Ucap sang
supir taksi. Pria itu melirik ke arah Natalia, yang terlihat ragu di tempatnya
duduk saat ia memandangi kawasan dari rumah Winchester itu.
“Dengar, Nona!” ucap sang
supir taksi itu lagi. “Jika kau merasa ragu, sebaiknya kau tidak perlu bekerja
di tempat itu. Apa yang orang-orang katakan mengenai rumah itu sepertinya
benar.”
Natalia memang sempat merasa
ragu. Namun ia sudah terllau jauh pergi dari rumahnya ke tempat ini, dan tidak
mungkin ia akan membatalkan rencananya begitu saja. Ia harus tetap masuk ke
rumah itu.
“Aku baik-baik saja.” Ucap
Natalia seraya mempersiapkan tas-tas yang ia bawa. “Terima kasih.”
Natalia kini berdiri sendiri
di depan gerbang dari rumah besar itu saat taksi kuning itu sudah bergerak
pergi. Angin berhembus, menggetarkan cabang-cabang dari pepohonan besar yang
ada di tempat itu. Yang dengan seketika menciptakan suasana yang angker dan
misterius.
Natalia menghembuskan
nafasnya, dan mencoba untuk menguatkan hatinya saat ia pada akhirnya melangkah
masuk ke area halaman dari rumah keluarga Winchester. Rumah itu sendiri
terletak jauh di belakang dari area halamannya yang luas. Hanya dengan sekali
pandang Natalia langsung tahu bahwa rumah itu tidak begitu terawat. Kawasan
halamannya yang luas terlihat dipenuhi oleh dedaunan kering, yang sama sekali
tidak dibersihkan.
Setelah sekitar tiga menit
berjlan dari gerbang depan, akhirnya ia sampai tepat di depan rumah besar itu.
Sebuah manor, yang lengkap dengan sayap kiri dan kanan, dengan tiga lantai
menjulang tingi ke langit. Kesan yang Natalia dapat pertama kali dari rumah itu
adalah kesan menakutkan. Angker…, atau semacamnya. Untuk sesaat ia sempat
memikirkan ucapan supir taksi itu tadi, tapi…, tidak. Ia tidak akan mundur.
Perlahan ia mengarahkan
langkah kakinya menaiki tangga yang terdapat di bagian depan pintu ganda besar.
Ketika ia sudah sampai di depan pintu, ia segera saja mengetukkan buku
jemarinya ke arah permukaan pintu. Tidak ada bel di rumah itu. Dan keadaan
terlalu sunyi.
Natalia menunggu hingga
hampir satu menit. Namun tidak ada respon sama sekali dari dalam rumah. Mungkinkah
rumah itu kosong? Namun tidak mungkin begitu, ‘kan? Natalia mengetukkan buku
jemarinya lagi ke arah permukaan pintunya. Dan seketika terdengar
langkah-langkah kaki mendekat dari dalam rumah. Sedetik kemudian, pintu ganda
besar itu terbuka. Dan di celahnya menunjukkan sebuah wajah tua penuh keriput
yang memandangnya dengan tatapan tajam.
“Kau pasti Nona Summer.”
Ucap pria tua itu. Natalia dengan segera menganggukkan kepalanya membenarkan
hal tersebut.
“Silahkan masuk!” ucap sang
pria tua itu, yang kemungkinan adalah pelayan dari keluarga Winchester. Pria
itu terbalut dengan setelan jas yang terlihat kusut di beberapa tempat.
“Tn. Winchester sudah
menunggu kedatanganmu.” Ucap pria itu lagi.
Hawa yang dingin dan sedikit
tidak mengenakkan Natalia rasakan begitu ia berada di dalam rumah besar itu.
Keadaan rumahnya terlihat begitu suram, karena banyak tirai jendela yang
dibiarkan tertutup. Foyer dar rumah besar itu pun sama sekali tidak terlihat
hidup. Dan sama seperti apa yang ia rasakan di luar, keadaan di dalam rumah itu
begitu sunyi. Ia bahkan dapat mendengar langkah kakinya sendiri di lantai
marmer dari manor itu.
“Namaku Albert Winston.”
Ucap pria tua itu tadi. “Aku juga seorang pelayan di tempat ini. Dengan adanya
dirimu, kurasa kita bisa bekerja sama untuk melayani Tn. Winchester.”
“Saya rasa begitu, Tn.
Winston.” Balas Natalia. Pria tua itu sempat terkekeh sesaat, sebelum ia
kemudian memimpin langkah Natalia menuju ruangan dimana tuan rumah telah
menunggunya.
Natalia dibawa masuk ke
dalam sebuah ruangan yang penuh dengan benda-benda antik. Dinding kayunya
terlihat begitu mengkilap, dan dipenuhi dengan berbagai amcam ornamen. Namun
yang menjadi perhatian Natalia saat itu adalah orang yang duduk di belakang
meja di ujung ruangan. Seorang pria paruh baya dengan ambut telah memutih
terlihat tengah terkulai lemah diatas sebuah kursi. Dengan sekali pandang
Natalia tahu bahwa pria itu adalah Tn. Winchester.
“Tuan, Nona Summer sudah
datang.” Ucap Winston. Pria di kursi itu terlihat menegakkan kepalanya dan
memadnang pada Natalia. Untuk sesaat Natalia sempat merasa adanya tatapan aneh
pada dirinya. Namun segera saja ia singkirkan pikiran buruk itu. Tn. Winchester
terlihat melepaskan satu senyuman padanya.
“Jadi, Nona Summer…” ucap
Tn. Winchester dengan nada serak. Ia sempat terbatuk-batuk.
“Ya, Tn. Winchester.” Balas
Natalia. Ia memandang pada pria yang kelihatannya sedang sakit itu.
“Kau bersedia bekerja disini
untukku?”
“Ya, Tn. Winchester. Jika
Anda mengijinkan, tentu saja.”
“Bagus.” Ucap Tn. Winchester.
Sepertinya pria itu tidak suka dengan basa-basi. Ia langsung berbicara ke pokok
permasalahannya.
“Aku sudah tidak sehat lagi,
seperti apa yang dapat kau lihat. Tidak banyak yang tersisa untukku di dunia
ini lagi selain kekayaan yang kumiliki ini. Istriku meninggalkanku, dan aku
tidak tahu kemana anakku pergi. Hanya ada aku, dan Winston di manor ini.”
Natalia tidak tahu harus
mengatakan apa pada ucapan-ucapan itu. Ia sedikitnya merasa tidak enak.
“Hanya Winston yang
menemaniku selama ini.” Lanjut pria itu. “Dan rumah ini sepertinya terlalu
besar untuk diurus seorang diri. Dengan adanya dirimu, kuharap kau juga bisa
meringankan beban Winston.”
“Saya akan melakukannya, Tn.
Winchester.” Ucap Natalia sambil memantabkan hatinya. Pemandangan di dalam
ruangan yang remang itu membuatnya merasa sedikit sesak dan mendapatkan
perasaan yang cukup aneh.
“Dengan gaji 1000 Shiv
setiap bulan, apa itu cukup?”
“Lebih dari cukup, Tn. Winchester.”
Balas Natalia. Ya. Mendapatkan gaji 1000 Shiv setiap bulan sudah lebih dari apa
yang ia butuhkan. Dan ia merasa sangat senang saat mengetahu ternyata Tn.
Winchester mmeberikan gaji yang dijanjikan.
“Bagus.” Ucap pria itu. “Kau
bisa memulai pekerjaanmu hari ini. Winston, tunjukkan kamar untuk Nona Summer.”
Winston pun kemudian membawa
Natalia naik ke lantai dua dari rumah besar tersebut, menyusuri sebuah lorong
yang juga remang, dan masuk ke dalam sebuah kaamr yang cukup besar. Rasanya
sedikit aneh bagi seorang pelayan untuk mendapatkan kamar sebesar itu. Dan
seperti ruangan lain, kamar itu terlihat begitu remang dan menyeramkan.
“Silahkah berisitrahat
sejenak, Nona Summer.” Ucap Winston sebelum pria itu meninggalkan Natalia
seorang diri di kamar. Natalia hanya menganggukkan kepalanya, dan pria tua itu
pun melangkah pergi.
Natalia tidak tahu ia harus
merasa apa saat ini. Seharusnya ia merasa cukup senang karena ia mendapatkan
pekerjaan dengan gaji yang besar. Namun disaat yang bersamaan ia merasa ada
yang aneh dengan rumah itu. Baik itu karena suasananya yang remang, atau karena
kenyataan bahwa hanya ada Tn. Winchester dan Winston yang tinggal di dalam
rumah itu. Aneh. Benar-benar aneh, namun Natalia tidak bisa terus bergulat
dengan pikirannya. Ia harus segera mulai bekerja, dan mungkin ia tidak perlu
berpikiran aneh-aneh lagi.
Selama beberapa hari ke
depan, Winston menunjukkan segala hal mengenai apa yang harus Natalia lakukan.
Natalia berusaha mengingat semua pesan Winston, mengenai ruangan mana saja yang
harus ia bersihkan, dan ruangan mana yang tidak boleh ia masuki.
Bekerja di rumah sebesar itu
hanya dengan dua orang ternyata cukup melelahkan. Hari-hari pertama berlalu
dengan cukup baik. Meski ia masih belum dapat menyingkirkan kesan angker dari
rumah itu. Setiap ruangan seolah memiliki rahasia tersendiri. Dan Natalia sudah
cukup banyak mempelajari denah dari rumah besar itu.
Saat malam tiba, keadaannya
lebih mengerikan lagi. ruangan-ruangan besar yang ada di dalam rumah itu
terlihat begitu remang hanya dengan adanya lampu meja yang terlihat begite
temaram. Saat Natalia harus berjalan di koridor-koridor yang gelap, ia tidak
dapat menghilangkan kesan bahwa seperti ada yang selalu mengawasinya. Atau…,
sesuatu yang mengikutinya.
Di malam yang kelima, sesaat
setelah ia menyiapkan air panas untuk Tn. Winchester di lantai tiga, ia merasa
ada seseorang yang mengikutinya berjalan di koridor yang gelap. Natalia sempat
menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, namun ia tidak melihat
siapapun. Namun ia begitu yakin ia mendengar langkah kaki selain langkah
kakinya sendiri.
“Tn. Winston?” seru Natalia.
Kedua matanya bergerak cepat menyusuri setiap sudut di koridor, namun ia sama
sekali tidak menemukan seorang pun disana. Hal aneh terjadi. Dan Natalia mulai
curiga dengan kemisteriusan dari rumah besar itu.
Hal-hal neh pun terjadi di
hari-hari berikutnya saat Natalia bekerja seorang diri di ruangan-ruangan rumah
besar itu. Ia tidak tahu apakah ia hanya berhalusinasi atau tidak. Tapi ia
seperti mendengar langkah-langkah cepat di koridor. Seperti ada yang berlari.
Dan ia juga mendengar adanya tawa anak kecil. Tapi anehnya, tidak ada orang
lain selain dirinya dan Tn. Winchester dan juga Winston di rumah itu, ‘kan?
Apakah apa yang ia dengar benar?
Ia sempat mempertanyakan
hal-hal aneh itu pada Winston sore harinya. Mengenai langkah-langkah kaki yang
ia dengar, dan juga mengenai tawa anak kecil itu. Namun Winston sepertinya
tidak cukup tertarik dengan cerita-cerita itu.
“Kau mungkin hanya
kelelahan, Nn. Summer.” Ucap Winston. “Sebaiknya kau beristirahat dengan cukup.”
Natalia dapat bersumpah
bahwa ia mendengar suara-suara aneh itu. Dan seketika, ucapan dari supir taksi
itu muncul kembali ke permukaan otaknya. Mengenai rumah itu yang sempat
disebutkan berhantu. Apakah benar?
Kejadian aneh kembali
terjadi di hari ke tujuh, tepatnya saat ia berisitrahat sendirian di dalam
kamarnya di malam hari. Saat itu ia baru akan berusaha tidur, saat terdengar
langkah-langkah kaki pelan di koridor. Terdengar seperti langkah kaki Winston.
Tapi apa yang Winston lakukan di malam yang selarut itu?
Jarum jam menunjukkan pukul
dua belas lebih saat Natalia mendengar langkah kaki tersebut. Dan ia tidak
dapat tidur karenanya. Apakah yang ia dengar masuk akal?
Ia baru saja akan tertidur
saat satu hal aneh terjadi lagi. Tiba-tiba saja pintu kamarnya seperti diketuk
dari arah luar. Natalia bangkit dari tempat tidurnya, mengira bahwa mungkin
ketukan itu berasal dari Winston. Apa yang Winston butuhkan di malam seperti
itu? Mungkinkah Tn. Winchester membutuhkannya?
Anehnya, tidak ada siapapun
di luar kamarnya saat ia membuka pintu. Yang ada hanyalah koridor kosong yang
terlihat cukup remang dan menyeramkan. Natalia seketika merasakan bulu kuduknya
berdiri saat menyadari keanehan itu. Ia cepat-cepat kembali menutup pintu
kamarnya dan kembali ke tempat tidur. Pikirannya dengan seketika dipenuhi
dengan berbagai macam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan besar mengenai hal-hal
aneh di tempat itu. Untuk sesaat, Natalia sempat berpikir bahwa memang ada yang
tidak beres di manor itu.
Baik siang ataupun malam,
manor Winchester itu terlihat begitu menantang dan menyeramkan. Tidak adany
sinar matahari langsung yang masuk ke dalam rumah, mengingat rumah itu
dikelilingi oleh hutan, membuat suasana segala menjadi remang dan tidak
menyenangkan. Natalia benci ketika ia harus membersihkan ruangan-ruangan di
lantai tiga yang kebanyakan tirainya tidak dibuka. Winston mengatakan bahwa
memang sengaja tirai-tirai tidak dibuka, karena Tn. Winchester katanya sensitif
terhadap sinar terang dan cahaya matahari.
Apakah Tn. Winchester
seorang vampir? Natalia sempat berpikiran soal itu saat mendapatkan penjelasan
dari Winston soal Tn. Winchester yang sensitif terhadapa sinar terang. Sungguh
aneh. Natalia membodoh-bodohkan dirinya sendiri karena sudah berpikiran
aneh-aneh.
Natalia saat itu tengah
membersihkan salah satu ruangan di lantai dua saat ia mendengar – lagi-lagi –
suara langkah kaki di koridor. Langkah kaki itu terdengar begitu cepat, seolah
berlari dengan telanjang kaki diatas karpet. Natalia sempat memutar kepalanya,
memandang ke arah pintu ruangan yang terbuka. Namun ia tidak menemukan siapapun
di koridor saat ia bergerak untuk memeriksanya. Namun baru saja Natalia akan
kembali ke pekerjaannya, ia terhenti lagi. Saat kali ini ia mendengar sebuah
suara tawa anak kecil dari lantai atas.
“Hentikan! Hentikan!” suara
itu terdengar dengan begitu jelas. Seperti anak kecil yang tengah bermain
dengan temannya.
Natalia yang merasa begitu
penasaran segera meninggalkan pekerjaannya untuk sementara dan bergerak ke arah
koridor. Dari sana ia mendengar lagi suara langkah-langkah kaki cepat di lantai
atas. Sama seperti tadi. Natalia kemudian bergerak menyusuri koridor, mengikuti
suara langkah kaki itu. Namun ketika ia sampai di belokan koridor, ia menabrak
sesuatu.
“AH!”
Natalia nyaris terjatuh saat
ia menabrak benda itu dengan begitu keras karena ia terlalu fokus dengan suara
langkah kaki itu. Sedetik kemudian Natalia sadari bahwa ‘sesuatu’ yang ia
tabrak itu adalah sosok Albert Winston. Pria tua itu memandangnya dengan sikap
bertanya.
“Kau tidak apa-apa, Nn.
Summer?” tanya Winston.
Natalia tidak menjawab
pertanyaan itu. Ia memfokuskan telinganya lagi pada suara langkah kaki dari
lantai tiga. Tapi…
“Nona Summer, kau tidak
apa-apa?”
Tidak. Suara itu tidak lagi
terdengar. Yang ada hanyalah kesunyian dari manor besar itu. Natalia
cepat-cepat mengarahkan matanya pada Winston yang ada di depannya.
“Ah, ya. Aku tidak apa-apa,
Tn. Winston. Maafkan aku!”
Pelayan tua itu sepertinya
tidak mempercayai begitu saja apa yang terucap dari mulut Natalia. Mungkin pria
itu menyadari ada keanehan di raut wajah pelayan baru itu.
“Kau tidak perlu
menyembunyikan segala sesuatunya, Nn. Summer.” Ucap Winston. “Dari wajahmu, aku
dapat menebak bahwa ada yang kau pikirkan beberapa hari ini. Bukan begitu?”
Natalia ingin memaksakan
mulutnya untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Namun segala keanehan yang
telah ia alami selama ia tinggal di dalam manor itu membuatnya ingin bertanya
langsung pada pelayan tua itu. Yang mungkin, sudah lama tinggal di manor itu
dan mungkin sudah mengetahui banyak hal.
“Semalam…” ucap Natalia
setelah mengumpulkan kata-kata di dalam kepalanya. “Aku seperti mendengar ada
langkah kaki yang bergerak di luar kamarku, sekitar pukul dua belas malam. Dan
ada yang mengetuk pintu kamarku. Apakah mungkin Anda yang semalam berada di
luar kamarku, Tn. Winston?”
Pria tua itu terlihat
terhenyak untuk sesaat. Kedua mata kelabunya itu memandangi Natalia dengan
serius, namun ia tidak mengucapkan apapun. Natalia menunggu selama hampir satu
menit, namun pria tua itu tidak memberikan jawabannya.
“Bukankah kau harus kembali
bekerja, Nn. Summer?” ucap Winston sedetik kemudian. Natalia cepat-cepat
meminta maaf, lalu pergi dari hadapan pria tua itu.
Aneh, pikir Natalia. Pria
tua itu sepertinya tahu banyak hal soal kejadian aneh di rumah itu. Natalia
bisa bersumpah bahwa mungkin Winston dapat memberikan segala jawaban yang ia
perlukan.
Selama sisa hari itu Natalia
mencoba untuk terus menyibukkan dirinya, dan tidak memikirkan suara-suara aneh
yang ia dengar. Ketika sore menjelang, ia bekerja di dekat tangga yang mengarah
ke lantai tiga. Dan ia mendengar lagi tawa anak kecil itu lagi. Kali ini ia
juga mendengar suara wanita.
Natalia hanya dapat
menyimpan segala pertanyaan itu pada dirinya sendiri. Ia tidak mungkin bertanya
lagi pada si tua Winston, atau pada Tn. Winchester. Natalia kemudian juga
menyadari bahwa segala sesuatunya mengenai pekerjaan yang ia ambil itu
tergolong aneh.
Gaji 1000 Shiv sebulan
terbilang cukup besar. Rasanya terlalu berlebihan hanya untuk seorang pelayan
yang hanya harus mengurus rumah. Pemberikan gaji itu memang tergolong aneh. Apa
sebenarnya maksud dari Tn. Winchester memberikannya gaji sebesar itu?
Natalia berpikir, mungkin
ada yang dirahasiakan dari rumah besar itu. Soal apa? Apakah soal anak kecil
dan wanita yang sering terdengar dari lantai tiga itu? Rasanya masuk akal.
Memang ketika ia memberishkan lantai tiga, ada beberapa ruangan yang tidak
boleh ia masuki. Dan hal itu semakin menambah daftar panjang keanehan dari
manor Winchester itu.
Natalia tentu saja tidak
bisa tidur tenang dengan memikirkan segala hal itu di kepalanya. Saat itu jam
menunjukkan pukul sepuluh malam. Pekerjaan terakhirnya sudah selesai, dan ia
sudah ada diatas tempat tidur. Namun ia masih merasa begitu penasaran dengan
suara-suara di lantai tiga itu.
“Ah, tidak!” Ucap Natalia
dalam hati saat ia mendapatkan satu dorongan kuat untuk menjelajah manor itu di
malam hari. Disatu sisi ia merasa ngeri dengan keremangan yang ada di manor
itu. Namun disatu sisi lain, ia merasa begitu penasaran. Dan mungkin ia akan
mendapatkan jawaban dari segala hal yang ia anggap aneh.
Ia sempat bergerak
mondar-mandir di dalam kamarnya, mencoba memutuskan apa yang akan ia perbuat.
Cahaya temaram dari lampu di dinding menciptakan bayang-bayang yag mengerikan.
Namun sepertinya Natalia tidak memperhatikan hal itu.
“Sialan!” umpat Natalia
pelan saat ia memutuskan untuk menjelajah manor itu saat itu juga. Malam sudah
cukup larut. Dan keadaan di dalam manor itu begitu menyeramkan. Namun ia sudah
membulatkan tekadnya. Ia pakai kembali jaketnya, kemudian ia bergerak keluar
dari kamarnya.
Keremangan dari koridor
segera saja menyelimutinya. Kegelapan yang berada di sudut-sudut mati
menciptakan sebuah ketakutan tersendiri. Natalia bergerak perlahan, menghitung
langkahnya menyusuri koridor yang sepi dan tak berpenghuni. Kamar-kamar yang
berada di lantai dua semuanya terlihat kosong dan gelap. Mengingat Tn.
Winchester dan Winston tinggal di lantai tiga, Natalia menjadi satu-satunya
orang di tengah kegelapan itu yang berada di lantai dua.
Pemikiran itu sepertinya
tidak cukup membantu. Natalia berkali-kali menolehkan kepalanya ke belakang,
saat ia merasa ada yang bergerak di belakangnya. Apakah hal itu nyata, atau
memang hanya karena ketakutannya saja? Natalia tidak dapat membantah apa kata
hatinya. Berjalan di tengah kegelapan di saat malam merupakan ide yang buruk.
Namun ia sudah terlanjur melakukannya.
Langkah kakinya membawanya
sampai di puncak tangga besar. ia melongok ke arah lantai satu, ke arah foyer,
yang terlihat juga remang, hanya mendapatkan cahaya dari lampu kecil tak jauh
dari tempat itu. Setiap sudut yang Natalia periksa seolah memiliki mata yang
memandang tajam ke arahnya. Natalia merasa ada yang terus mengawasinya.
“HEI!!”
Natalia berjingkat saat
mendengar suara itu begitu dekat dengan telinganya. Ia merasa ada yang berbisik
ke arah telinganya baru saja. Natalia memutar-mutar kepala dan tubuhnya, namun
ia tidak menemukan seorang pun di dalam kegelapan dari lorong itu. Bulu kuduk
Natalia sekali lagi meremang, mengingat hal-hal aneh yang ia alami.
“Tidak. Aku kembali saja ke
kamar.” Ucap Natalia dalam hati. Ia berencana untuk melupakan hal-hal aneh itu
dan kembali saja ke tempat tidurnya yang hangat. Akan tetapi, begitu ia akan
memutar tubuhnya, ia mendengar langkah-langkah kaki dari ujung koridor.
Natalia langsung saja
mengarahkan pandangannya pada kegelapan yang berada di sudut mati. Dan saat itu
juga ia melihat ada sekelebatan bayangan seorang anak kecil menaiki tangga yang
mengarah ke lantai tiga.
“Tunggu!” panggil Natalia.
Namun sosok itu telah menghilang.
Natalia bersumpah bahwa apa
yang dilihatnya adalah nyata. Seorang anak kecil, yang berlarian di malam hari.
Apakah anak dari Tn. Winchester? Tn. Winchester memang mengatakan bahwa istri
dan anaknya pergi. Namun entah kenapa Natalia tidak mempercayai hal itu begitu
saja. Jika suara-suara yang ia dengar memang adalah anak dari Tn. Winchester,
apa alasan Tn. Winchester menyembunyikan keberadaan mereka?
Natalia seketika mendapatkan
rasa penasarannya lagi. Tidak. Ia tidak mungkin bisa pergi tidur dengan pikiran
penuh. Ia harus mendapatkan jawaban konkrit malam itu juga. Dan tanpa berpikir,
ia mengarahkan langkah kakinya ke lantai tiga.
Sama seperti keadaan di
siang hari, keadaan lorong di lantai tiga terlihat begitu suram. Cahaya dari
lampu seolah tidak dapat menghilangkan sudut-sudut gelap di koridor itu.
Natalia mempercepat langkah kakinya saat ia sudah bergerak di koridor lantai
tiga itu.
Langkah kaki Natalia membawa
dirinya mendekati sebuah kamar yang masih telrihat terang. Terlihat ada cahaya
jingga yang keluar dari lubang di bawah pintu dari sebuah ruangan. Dan Natalia
sempat mendengar suara dua orang pria di dalam ruangan itu. Tn. Winchester dan
Albert Winston. Yang membuat Natalia menghentikan langkahnya adalah saat
namanya disebut dalam percakapan rahasia itu.
“Nn. Summer, apakah ia
baik-baik saja?” tanya Tn. Winchester. Sesekali ia terdengar terbatuk-batuk.
“Dia baik-baik saja, Tn.
Winchester. Anda sepertinya terlalu khawatir dengan keadaan Nn. Summer.”
“Aku hanya merasa penasaran
dengan apa yang ia alami selama beberapa hari tinggal di rumah ini. Apakah ia
juga akan sama dengan pelayan-pelayan lain sebelumnya?”
“Saya harap Nn. Summer bisa
tinggal lebih lama.” Ucap Winston. Tn. Winchester terdengar hanya mengguman
pelan.
Natalia semakin penasaran
dengan perbincangan itu. Apa yang sebenarnya tengah mereka perbicangkan?
Natalia merasa ada yang aneh dengan perbincangan dua pria itu. Dan ia ingin
tahu lebih banyak.
“Apa dia sudah bertanya
macam-macam padamu, Winston?” tanya Tn. Winchester kemudian. “Soal…, segala
sesuatu yang aneh yang kerap terjadi di rumah ini.”
“Ya, Tn. Winchester.” Jawab
Winston. “Pagi tadi…”
“Bagaimana raut wajahnya?”
potong Tn. Winchester cepat.
“Takut.” Jawab Winston
singkat. “Saya harap hal itu tidak berakhir buruk. Sejauh dari apa yang bisa
saya nilai, Nn. Summer sepertinya lebih kuat bila dibandingkan dengan
pelayan-pelayan yang lama.”
“Dan kerjanya bagus juga.”
Sahut Tn. Winchester. “Mungkin hal-hal aneh di rumah ini tidak dapat
menakutinya lagi.”
“Saya harap begitu, Tn.
Winchester.”
Natalia bergetar dalam
posisinya. Mednegar ucapan-ucapan aneh itu membuatnya semakin merinding. Jadi
memang benar ada hal aneh di dalam rumah itu? Mengenai suara-suara yang ia
dengar selama ini? Apakah ada cerita besar dibalik semua itu, yang kini coba
Tn. Winchester sembunyikan?
Natalia melepaskan
perhatiannya dari perbicangan di dalam ruangan itu saat ia sekali lagi
mendengar suara langkah kaki di kejauhan. Di ujung koridor, ia melihat lagi
sosok gadis kecil berpakainya daster putih itu. Namun kini sosok itu tidak
mencoba untuk berlari. Dia telrihat tengah berjongkok di depan sebuah vas
bunga.
Natalia memberanikan diri
untuk bergerak mendekati anak kecil tersebut. Ia mendengar senandung lirih
gadis kecil itu begitu ia semakin dekat. Natalia semakin memberanikan dirinya.
Siapa gadis itu sebenarnya?
“Halo!” sapa Natalia. Gadis
kecil itu belum juga mau membalikkan tubuhnya. Natalia kemudian mengangakt satu
tangannya untuk meraih pundak dari gadis kecil itu, namun…
“TIDAK!!!!”
Natalia menjerit dengan
keras saat kepala gadis itu berputar. Bukan wajah seorang gadis cilik yang ia
temukan. Namun sebuah wajah penuh luka dengan mata seputih susu memandang ke
arahnya.
Natalia tidak tahu apa yang
ia lakukan. Kakinya seolah memiliki otak tersendiri saat itu juga. Ia berlari
menyusuri koridor, lalu bergerak menuruni tangga kembali ke lantai dua. Sesaat
kemudian ia mendengar ada suara pintu dibuka dari lantai atas. Mungkin Tn.
Winchester dan Winston curiga dengan teriakannya barusan.
Natalia baru bisa
menenangkan dirinya saat ia sudah tiba kembali di kamarnya. Gadis itu…, wajah
itu… Natalia menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya ia
lihat. Terlalu mengerikan, dan terasa begitu aneh.
Natalia mencoba untuk tidur.
Meski sulit pada awalnya, namun pada akhirnya ia dapat terlelap. Dan saat itu
juga hujan deras turun disertai petir. Yang sesekali membangunkan Natalia.
Jarum jam baru menunjukkan
pukul tiga pagi saat lagi-lagi Natalia terbangun saat mendengar suara aneh.
Bukan. Kali ini suara aneh bukan berasal dari koridor, namun dari dalam
kamarnya sendiri. Natalia seketika membuka kedua matanya. seketika itu juga ia
mendengar suara senandung gadis kecil dari bawah tempat tidurnya. Dan sebelum
ia sempat bangkit dari tempat tidurnya, sesosok gadis kecil dengan wajah penuh
luka itu muncul tepat di kedua matanya.
“TIDAK!!!” Natalia menjerit
lagi.
**
Bayang-bayang mengenai wajah
penuh luka gadis kecil itu masih membekas di ingatan Natalia. Bahkan ketika ia
berbicara dengan Tn. Winchester pagi itu. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk
mundur dari pekerjaannya itu.
“Kau yakin dengan hal ini,
Nn. Summer?” tanya Tn. Winchester dari balik kursinya. Natalia hanya dapat
menundukkan kepalanya. Ia mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Tn.
Winchester.
“Sayang sekali.” Ucap pria
itu. “Sebenarnya aku melihat ada banyak potensi di dalam dirimu, Nn. Summer.
Tapi aku tidak bisa memaksa jika kau memang ingin mundur.”
“Maafkah saya, Tn.
Winchester.”
“Tidak perlu meminta maaf.”
Ucap pria itu. “Aku tahu dengan apa yang kau rasakan. Pelayan-pelayan
sebelumnya juga mengalami hal yang aneh sepertimu dirimu. Sepertinya memang
kutukan dari rumah ini.”
Natalia tidak dapat berkata
apa-apa lagi. Yang ingin ia lakukan selanjutnya adalah segera keluar dari rumah
terkutuk itu.
“Winston, antarkan Nn.
Summer hingga gerbang depan.” Ucap Tn. Winchester sesaat kemudian.
Aroma tanah basah menyeruak
suasana. Masuk ke dalam paru-paru Natalia saat ia bergerak pelan ke arah
gerbang depan, dimana sebuah taksi kuning sudah menunggunya. Winston, pria tua
itu, mengantarkan Natalia hingga ke gerbang.
“Terima kasih atas
segalanya, Tn. Winston.” Ucap Natalia sebelum ia melangkah masuk ke dalam taksi
itu, yang dengan segera membawa pergi dari kawasan Winchester manor.
“Sudah kuduga akan seperti
ini.” Ucap sang supir taksi. Taksi itu ternyata adalah taksi yang sama dengan
taksi yang mengantarkannya waktu itu.
“Apa yang terjadi, Nona? Kau
terlihat tidak sehat.”
“Banyak hal.” Jawab Natalia
pelan. “Hal-hal aneh, yang…” Natalia tidak melanjutkan ucapannya.
“Aku sempat mendengar kabar
beberapa hari yang lalu soal sejarah dari keluarga Winchester. Mengenai istri
dan juga putrinya.”
“Apa yang terjadi?” tanya
Natalia penasaran.
“Mereka terbunuh di dalam
rumah itu.” Jawab sang supir taksi. “Ada perampok yang masuk ke dalam rumah itu
lima tahun yang lalu. Istri dan putri dari Tn. Winchester menjadi korban dari
kekejaman para perampok itu. Dan kini, hantu mereka menghantui rumah besar
tersebut. Tentu saja hal itu akan masuk akal jika kau percaya dengan adanya
hantu.”
Natalia seketika teringat
kembali dengan suara-suara aneh dan juga gadis kecil itu. Apakah ia tetap akan
berpendapat bahwa hantu itu tidak ada? Mungkin ia harus berpikir lagi.
****
71
ReplyDeleteWattpad: Gusti_Deandra
baru berkunjung lagi setelah sekian lama... kangen sama ceritanya mas gusti
ReplyDeleteSudah lama gak upload. Mungkin dalam beberapa bulan ke depan. Masih banyak project yang belum selesai.
ReplyDeleteTerima kasih pada semua reader di blog ini. Kunjungi juga Wattpad aku di @Gusti_Deandra.I have six works in there. One still On Going.