Thursday, January 11, 2018

THE STRANGE CASE OF THE WINCHESTER MANOR



Natalia merasa begitu senang ketika ia mendapatkan telepon yang menyatakan bahwa ia mendapatkan pekerjaan di kediaman keluarga Winchester. Ia tidak dapat membendung lagi perasaan bahagianya, mengingat ia kini sudah dua bulan tidak bekerja setelah ia keluar dari pekerjaannya yang lama. Pekerjaan yang akan ia ambil di rumah keluarga Winchester memang hanya sebagai pelayan keluarga. Namun dengan iming-iming gaji yang besar dalam sebulan, Natalia rela melakukan hal itu.
Ia bukan tipe orang yang terlalu memilih jika soal pekerjaan. Asalkan mendapatkan uang, ia akan melakukan apapun. Ia akui bahwa keadaan ekomoni di keluarganya sedang kacau saat ini. Suaminya bekerja keras sebagai pekerja di pasar, namun dengan penghasilan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sebulan. Itu sebabnya Natalia kini juga mencoba untuk bekerja, untuk dapat mendapatkan uang tambahan dalam sebulan.
Ia sudah membicarakan masalah mengenai pekerjaan di Winchester ini dengan suaminya. Dan suaminya hanya mengangguk menyetujui apa yang akan Natalia lakukan. Natalia berencana akan bekerja selama satu tahun terlebih dahulu di keluarga Winchester. Jika menyenangkan dan berjalan dengan bagus, mungkin ia akan mengambil pekerjaan itu sebagai pekerjaan tetap.
Ia masih terus memikirkan seperti apa keluarga Winchester saat ia duduk di dalam kabin sebuah taksi yang membawa bergerak melintasi sebuah kawasan hutan. Rumah kediaman keluarga Winchester memang terletak begitu jauh dari pusat kota. Natalia sempat mendengar bahwa keluarga Winchester tidak begitu menyukai keramaian. Itu sebabnya mereka memilih membangun rumah jauh dari kawasan penduduk.
“Keluarga Winchester? Ya. Aku tahu siapa mereka.” Ucap sang supir taksi saat Natalia bertanya soal keluarga Winchester itu.
“Mereka cukup terkenal di kota ini sebagai keluarga kaya yang tingal jauh dari penduduk lain. Entah apa yang mereka pikirkan. Mereka sepertinya tidak begitu menyukai suasana kota.”
“Apa lagi yang kau tahu?” tanya Natalia.
“Tidak ada banyak yang tahu soal keluarga itu. Bahkan mengenai rumah yang didiami oleh keluarga itu.”
“Bukankah Winchester yang membangun rumah itu?”
“Bukan.” Jawab sang supir taksi. “Rumah yang kini ditempati oleh Winchester adalah rumah lama yang dibangun sekitar awal 1900-an. Rumah yang sudah cukup tua, dan rasanya tidak akan aneh jika orang-orang mulai membicarakan hal-hal aneh mengenai rumah itu.”
Ucapan terakhir dari sang supir taksi itu dengan cepat menarik perhatian Natalia.
“Hal-hal aneh soal apa?” tanya Natalia cepat. Sang supir taksi sempat meliriknya dari kaca spion, sebelum akhirnya membuka mulutnya.
“Kabar aneh, mengenai tragedi yang dulu pernah terjadi di tempat itu.” Jawab sang supir taksi. “Mengenai adanya kejanggalan-kejanggalan…, dulu ada yang pernah menginap di rumah itu selama semalam. Dan mereka mendapatkan gangguan di tengah malam.”
“Maksudku…, hantu?” tanya Natalia. Sang supir taksi dengan cepat melepas satu tawa kecilnya sambil melirik ke kaca spion.
“Kuharap kau tidak percaya dengan adanya hantu, Nona.” Ucap sang supir taksi. “Tapi…,ya. Itu yang sering orang-orang katakan mengenai kediaman Winchester. Bahkan ada yang menyebut rumah itu dengan sebutan Manor of Death. Mengerikan, bukan?”
Natalia tidak membalas ucapan itu. Apakah benar apa yang sering orang-orang katakan mengenai kediaman Winchester itu? Bahwa rumah itu berhantu? Natalia jujur sedikit merinding mendengar cerita itu. Namun ia tidak mungkin membatalkan rencananya. Ia tetap akan bekerja di keluarga itu.
Taksi itu pun akhirnya memelankan lajunya saat mendekati sebuah gerbang besar yang ada di tepi hutan. Gerbang itu adalah gerbang dari kawasan kediaman Winchester. Terlihat terdapat begitu banyak pohon besar dan tua di halaman rumah Winchester itu, yang sedikitnya menambah kesan angker dari rumah itu.
“Kita sampai.” Ucap sang supir taksi. Pria itu melirik ke arah Natalia, yang terlihat ragu di tempatnya duduk saat ia memandangi kawasan dari rumah Winchester itu.
“Dengar, Nona!” ucap sang supir taksi itu lagi. “Jika kau merasa ragu, sebaiknya kau tidak perlu bekerja di tempat itu. Apa yang orang-orang katakan mengenai rumah itu sepertinya benar.”
Natalia memang sempat merasa ragu. Namun ia sudah terllau jauh pergi dari rumahnya ke tempat ini, dan tidak mungkin ia akan membatalkan rencananya begitu saja. Ia harus tetap masuk ke rumah itu.
“Aku baik-baik saja.” Ucap Natalia seraya mempersiapkan tas-tas yang ia bawa. “Terima kasih.”
Natalia kini berdiri sendiri di depan gerbang dari rumah besar itu saat taksi kuning itu sudah bergerak pergi. Angin berhembus, menggetarkan cabang-cabang dari pepohonan besar yang ada di tempat itu. Yang dengan seketika menciptakan suasana yang angker dan misterius.
Natalia menghembuskan nafasnya, dan mencoba untuk menguatkan hatinya saat ia pada akhirnya melangkah masuk ke area halaman dari rumah keluarga Winchester. Rumah itu sendiri terletak jauh di belakang dari area halamannya yang luas. Hanya dengan sekali pandang Natalia langsung tahu bahwa rumah itu tidak begitu terawat. Kawasan halamannya yang luas terlihat dipenuhi oleh dedaunan kering, yang sama sekali tidak dibersihkan.
Setelah sekitar tiga menit berjlan dari gerbang depan, akhirnya ia sampai tepat di depan rumah besar itu. Sebuah manor, yang lengkap dengan sayap kiri dan kanan, dengan tiga lantai menjulang tingi ke langit. Kesan yang Natalia dapat pertama kali dari rumah itu adalah kesan menakutkan. Angker…, atau semacamnya. Untuk sesaat ia sempat memikirkan ucapan supir taksi itu tadi, tapi…, tidak. Ia tidak akan mundur.
Perlahan ia mengarahkan langkah kakinya menaiki tangga yang terdapat di bagian depan pintu ganda besar. Ketika ia sudah sampai di depan pintu, ia segera saja mengetukkan buku jemarinya ke arah permukaan pintu. Tidak ada bel di rumah itu. Dan keadaan terlalu sunyi.
Natalia menunggu hingga hampir satu menit. Namun tidak ada respon sama sekali dari dalam rumah. Mungkinkah rumah itu kosong? Namun tidak mungkin begitu, ‘kan? Natalia mengetukkan buku jemarinya lagi ke arah permukaan pintunya. Dan seketika terdengar langkah-langkah kaki mendekat dari dalam rumah. Sedetik kemudian, pintu ganda besar itu terbuka. Dan di celahnya menunjukkan sebuah wajah tua penuh keriput yang memandangnya dengan tatapan tajam.
“Kau pasti Nona Summer.” Ucap pria tua itu. Natalia dengan segera menganggukkan kepalanya membenarkan hal tersebut.
“Silahkan masuk!” ucap sang pria tua itu, yang kemungkinan adalah pelayan dari keluarga Winchester. Pria itu terbalut dengan setelan jas yang terlihat kusut di beberapa tempat.
“Tn. Winchester sudah menunggu kedatanganmu.” Ucap pria itu lagi.
Hawa yang dingin dan sedikit tidak mengenakkan Natalia rasakan begitu ia berada di dalam rumah besar itu. Keadaan rumahnya terlihat begitu suram, karena banyak tirai jendela yang dibiarkan tertutup. Foyer dar rumah besar itu pun sama sekali tidak terlihat hidup. Dan sama seperti apa yang ia rasakan di luar, keadaan di dalam rumah itu begitu sunyi. Ia bahkan dapat mendengar langkah kakinya sendiri di lantai marmer dari manor itu.
“Namaku Albert Winston.” Ucap pria tua itu tadi. “Aku juga seorang pelayan di tempat ini. Dengan adanya dirimu, kurasa kita bisa bekerja sama untuk melayani Tn. Winchester.”
“Saya rasa begitu, Tn. Winston.” Balas Natalia. Pria tua itu sempat terkekeh sesaat, sebelum ia kemudian memimpin langkah Natalia menuju ruangan dimana tuan rumah telah menunggunya.
Natalia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang penuh dengan benda-benda antik. Dinding kayunya terlihat begitu mengkilap, dan dipenuhi dengan berbagai amcam ornamen. Namun yang menjadi perhatian Natalia saat itu adalah orang yang duduk di belakang meja di ujung ruangan. Seorang pria paruh baya dengan ambut telah memutih terlihat tengah terkulai lemah diatas sebuah kursi. Dengan sekali pandang Natalia tahu bahwa pria itu adalah Tn. Winchester.
“Tuan, Nona Summer sudah datang.” Ucap Winston. Pria di kursi itu terlihat menegakkan kepalanya dan memadnang pada Natalia. Untuk sesaat Natalia sempat merasa adanya tatapan aneh pada dirinya. Namun segera saja ia singkirkan pikiran buruk itu. Tn. Winchester terlihat melepaskan satu senyuman padanya.
“Jadi, Nona Summer…” ucap Tn. Winchester dengan nada serak. Ia sempat terbatuk-batuk.
“Ya, Tn. Winchester.” Balas Natalia. Ia memandang pada pria yang kelihatannya sedang sakit itu.
“Kau bersedia bekerja disini untukku?”
“Ya, Tn. Winchester. Jika Anda mengijinkan, tentu saja.”
“Bagus.” Ucap Tn. Winchester. Sepertinya pria itu tidak suka dengan basa-basi. Ia langsung berbicara ke pokok permasalahannya.
“Aku sudah tidak sehat lagi, seperti apa yang dapat kau lihat. Tidak banyak yang tersisa untukku di dunia ini lagi selain kekayaan yang kumiliki ini. Istriku meninggalkanku, dan aku tidak tahu kemana anakku pergi. Hanya ada aku, dan Winston di manor ini.”
Natalia tidak tahu harus mengatakan apa pada ucapan-ucapan itu. Ia sedikitnya merasa tidak enak.
“Hanya Winston yang menemaniku selama ini.” Lanjut pria itu. “Dan rumah ini sepertinya terlalu besar untuk diurus seorang diri. Dengan adanya dirimu, kuharap kau juga bisa meringankan beban Winston.”
“Saya akan melakukannya, Tn. Winchester.” Ucap Natalia sambil memantabkan hatinya. Pemandangan di dalam ruangan yang remang itu membuatnya merasa sedikit sesak dan mendapatkan perasaan yang cukup aneh.
“Dengan gaji 1000 Shiv setiap bulan, apa itu cukup?”
“Lebih dari cukup, Tn. Winchester.” Balas Natalia. Ya. Mendapatkan gaji 1000 Shiv setiap bulan sudah lebih dari apa yang ia butuhkan. Dan ia merasa sangat senang saat mengetahu ternyata Tn. Winchester mmeberikan gaji yang dijanjikan.
“Bagus.” Ucap pria itu. “Kau bisa memulai pekerjaanmu hari ini. Winston, tunjukkan kamar untuk Nona Summer.”
Winston pun kemudian membawa Natalia naik ke lantai dua dari rumah besar tersebut, menyusuri sebuah lorong yang juga remang, dan masuk ke dalam sebuah kaamr yang cukup besar. Rasanya sedikit aneh bagi seorang pelayan untuk mendapatkan kamar sebesar itu. Dan seperti ruangan lain, kamar itu terlihat begitu remang dan menyeramkan.
“Silahkah berisitrahat sejenak, Nona Summer.” Ucap Winston sebelum pria itu meninggalkan Natalia seorang diri di kamar. Natalia hanya menganggukkan kepalanya, dan pria tua itu pun melangkah pergi.
Natalia tidak tahu ia harus merasa apa saat ini. Seharusnya ia merasa cukup senang karena ia mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar. Namun disaat yang bersamaan ia merasa ada yang aneh dengan rumah itu. Baik itu karena suasananya yang remang, atau karena kenyataan bahwa hanya ada Tn. Winchester dan Winston yang tinggal di dalam rumah itu. Aneh. Benar-benar aneh, namun Natalia tidak bisa terus bergulat dengan pikirannya. Ia harus segera mulai bekerja, dan mungkin ia tidak perlu berpikiran aneh-aneh lagi.
Selama beberapa hari ke depan, Winston menunjukkan segala hal mengenai apa yang harus Natalia lakukan. Natalia berusaha mengingat semua pesan Winston, mengenai ruangan mana saja yang harus ia bersihkan, dan ruangan mana yang tidak boleh ia masuki.
Bekerja di rumah sebesar itu hanya dengan dua orang ternyata cukup melelahkan. Hari-hari pertama berlalu dengan cukup baik. Meski ia masih belum dapat menyingkirkan kesan angker dari rumah itu. Setiap ruangan seolah memiliki rahasia tersendiri. Dan Natalia sudah cukup banyak mempelajari denah dari rumah besar itu.
Saat malam tiba, keadaannya lebih mengerikan lagi. ruangan-ruangan besar yang ada di dalam rumah itu terlihat begitu remang hanya dengan adanya lampu meja yang terlihat begite temaram. Saat Natalia harus berjalan di koridor-koridor yang gelap, ia tidak dapat menghilangkan kesan bahwa seperti ada yang selalu mengawasinya. Atau…, sesuatu yang mengikutinya.
Di malam yang kelima, sesaat setelah ia menyiapkan air panas untuk Tn. Winchester di lantai tiga, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya berjalan di koridor yang gelap. Natalia sempat menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, namun ia tidak melihat siapapun. Namun ia begitu yakin ia mendengar langkah kaki selain langkah kakinya sendiri.
“Tn. Winston?” seru Natalia. Kedua matanya bergerak cepat menyusuri setiap sudut di koridor, namun ia sama sekali tidak menemukan seorang pun disana. Hal aneh terjadi. Dan Natalia mulai curiga dengan kemisteriusan dari rumah besar itu.
Hal-hal neh pun terjadi di hari-hari berikutnya saat Natalia bekerja seorang diri di ruangan-ruangan rumah besar itu. Ia tidak tahu apakah ia hanya berhalusinasi atau tidak. Tapi ia seperti mendengar langkah-langkah cepat di koridor. Seperti ada yang berlari. Dan ia juga mendengar adanya tawa anak kecil. Tapi anehnya, tidak ada orang lain selain dirinya dan Tn. Winchester dan juga Winston di rumah itu, ‘kan? Apakah apa yang ia dengar benar?
Ia sempat mempertanyakan hal-hal aneh itu pada Winston sore harinya. Mengenai langkah-langkah kaki yang ia dengar, dan juga mengenai tawa anak kecil itu. Namun Winston sepertinya tidak cukup tertarik dengan cerita-cerita itu.
“Kau mungkin hanya kelelahan, Nn. Summer.” Ucap Winston. “Sebaiknya kau beristirahat dengan cukup.”
Natalia dapat bersumpah bahwa ia mendengar suara-suara aneh itu. Dan seketika, ucapan dari supir taksi itu muncul kembali ke permukaan otaknya. Mengenai rumah itu yang sempat disebutkan berhantu. Apakah benar?
Kejadian aneh kembali terjadi di hari ke tujuh, tepatnya saat ia berisitrahat sendirian di dalam kamarnya di malam hari. Saat itu ia baru akan berusaha tidur, saat terdengar langkah-langkah kaki pelan di koridor. Terdengar seperti langkah kaki Winston. Tapi apa yang Winston lakukan di malam yang selarut itu?
Jarum jam menunjukkan pukul dua belas lebih saat Natalia mendengar langkah kaki tersebut. Dan ia tidak dapat tidur karenanya. Apakah yang ia dengar masuk akal?
Ia baru saja akan tertidur saat satu hal aneh terjadi lagi. Tiba-tiba saja pintu kamarnya seperti diketuk dari arah luar. Natalia bangkit dari tempat tidurnya, mengira bahwa mungkin ketukan itu berasal dari Winston. Apa yang Winston butuhkan di malam seperti itu? Mungkinkah Tn. Winchester membutuhkannya?
Anehnya, tidak ada siapapun di luar kamarnya saat ia membuka pintu. Yang ada hanyalah koridor kosong yang terlihat cukup remang dan menyeramkan. Natalia seketika merasakan bulu kuduknya berdiri saat menyadari keanehan itu. Ia cepat-cepat kembali menutup pintu kamarnya dan kembali ke tempat tidur. Pikirannya dengan seketika dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan besar mengenai hal-hal aneh di tempat itu. Untuk sesaat, Natalia sempat berpikir bahwa memang ada yang tidak beres di manor itu.
Baik siang ataupun malam, manor Winchester itu terlihat begitu menantang dan menyeramkan. Tidak adany sinar matahari langsung yang masuk ke dalam rumah, mengingat rumah itu dikelilingi oleh hutan, membuat suasana segala menjadi remang dan tidak menyenangkan. Natalia benci ketika ia harus membersihkan ruangan-ruangan di lantai tiga yang kebanyakan tirainya tidak dibuka. Winston mengatakan bahwa memang sengaja tirai-tirai tidak dibuka, karena Tn. Winchester katanya sensitif terhadap sinar terang dan cahaya matahari.
Apakah Tn. Winchester seorang vampir? Natalia sempat berpikiran soal itu saat mendapatkan penjelasan dari Winston soal Tn. Winchester yang sensitif terhadapa sinar terang. Sungguh aneh. Natalia membodoh-bodohkan dirinya sendiri karena sudah berpikiran aneh-aneh.
Natalia saat itu tengah membersihkan salah satu ruangan di lantai dua saat ia mendengar – lagi-lagi – suara langkah kaki di koridor. Langkah kaki itu terdengar begitu cepat, seolah berlari dengan telanjang kaki diatas karpet. Natalia sempat memutar kepalanya, memandang ke arah pintu ruangan yang terbuka. Namun ia tidak menemukan siapapun di koridor saat ia bergerak untuk memeriksanya. Namun baru saja Natalia akan kembali ke pekerjaannya, ia terhenti lagi. Saat kali ini ia mendengar sebuah suara tawa anak kecil dari lantai atas.
“Hentikan! Hentikan!” suara itu terdengar dengan begitu jelas. Seperti anak kecil yang tengah bermain dengan temannya.
Natalia yang merasa begitu penasaran segera meninggalkan pekerjaannya untuk sementara dan bergerak ke arah koridor. Dari sana ia mendengar lagi suara langkah-langkah kaki cepat di lantai atas. Sama seperti tadi. Natalia kemudian bergerak menyusuri koridor, mengikuti suara langkah kaki itu. Namun ketika ia sampai di belokan koridor, ia menabrak sesuatu.
“AH!”
Natalia nyaris terjatuh saat ia menabrak benda itu dengan begitu keras karena ia terlalu fokus dengan suara langkah kaki itu. Sedetik kemudian Natalia sadari bahwa ‘sesuatu’ yang ia tabrak itu adalah sosok Albert Winston. Pria tua itu memandangnya dengan sikap bertanya.
“Kau tidak apa-apa, Nn. Summer?” tanya Winston.
Natalia tidak menjawab pertanyaan itu. Ia memfokuskan telinganya lagi pada suara langkah kaki dari lantai tiga. Tapi…
“Nona Summer, kau tidak apa-apa?”
Tidak. Suara itu tidak lagi terdengar. Yang ada hanyalah kesunyian dari manor besar itu. Natalia cepat-cepat mengarahkan matanya pada Winston yang ada di depannya.
“Ah, ya. Aku tidak apa-apa, Tn. Winston. Maafkan aku!”
Pelayan tua itu sepertinya tidak mempercayai begitu saja apa yang terucap dari mulut Natalia. Mungkin pria itu menyadari ada keanehan di raut wajah pelayan baru itu.
“Kau tidak perlu menyembunyikan segala sesuatunya, Nn. Summer.” Ucap Winston. “Dari wajahmu, aku dapat menebak bahwa ada yang kau pikirkan beberapa hari ini. Bukan begitu?”
Natalia ingin memaksakan mulutnya untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Namun segala keanehan yang telah ia alami selama ia tinggal di dalam manor itu membuatnya ingin bertanya langsung pada pelayan tua itu. Yang mungkin, sudah lama tinggal di manor itu dan mungkin sudah mengetahui banyak hal.
“Semalam…” ucap Natalia setelah mengumpulkan kata-kata di dalam kepalanya. “Aku seperti mendengar ada langkah kaki yang bergerak di luar kamarku, sekitar pukul dua belas malam. Dan ada yang mengetuk pintu kamarku. Apakah mungkin Anda yang semalam berada di luar kamarku, Tn. Winston?”
Pria tua itu terlihat terhenyak untuk sesaat. Kedua mata kelabunya itu memandangi Natalia dengan serius, namun ia tidak mengucapkan apapun. Natalia menunggu selama hampir satu menit, namun pria tua itu tidak memberikan jawabannya.
“Bukankah kau harus kembali bekerja, Nn. Summer?” ucap Winston sedetik kemudian. Natalia cepat-cepat meminta maaf, lalu pergi dari hadapan pria tua itu.
Aneh, pikir Natalia. Pria tua itu sepertinya tahu banyak hal soal kejadian aneh di rumah itu. Natalia bisa bersumpah bahwa mungkin Winston dapat memberikan segala jawaban yang ia perlukan.
Selama sisa hari itu Natalia mencoba untuk terus menyibukkan dirinya, dan tidak memikirkan suara-suara aneh yang ia dengar. Ketika sore menjelang, ia bekerja di dekat tangga yang mengarah ke lantai tiga. Dan ia mendengar lagi tawa anak kecil itu lagi. Kali ini ia juga mendengar suara wanita.
Natalia hanya dapat menyimpan segala pertanyaan itu pada dirinya sendiri. Ia tidak mungkin bertanya lagi pada si tua Winston, atau pada Tn. Winchester. Natalia kemudian juga menyadari bahwa segala sesuatunya mengenai pekerjaan yang ia ambil itu tergolong aneh.
Gaji 1000 Shiv sebulan terbilang cukup besar. Rasanya terlalu berlebihan hanya untuk seorang pelayan yang hanya harus mengurus rumah. Pemberikan gaji itu memang tergolong aneh. Apa sebenarnya maksud dari Tn. Winchester memberikannya gaji sebesar itu?
Natalia berpikir, mungkin ada yang dirahasiakan dari rumah besar itu. Soal apa? Apakah soal anak kecil dan wanita yang sering terdengar dari lantai tiga itu? Rasanya masuk akal. Memang ketika ia memberishkan lantai tiga, ada beberapa ruangan yang tidak boleh ia masuki. Dan hal itu semakin menambah daftar panjang keanehan dari manor Winchester itu.
Natalia tentu saja tidak bisa tidur tenang dengan memikirkan segala hal itu di kepalanya. Saat itu jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Pekerjaan terakhirnya sudah selesai, dan ia sudah ada diatas tempat tidur. Namun ia masih merasa begitu penasaran dengan suara-suara di lantai tiga itu.
“Ah, tidak!” Ucap Natalia dalam hati saat ia mendapatkan satu dorongan kuat untuk menjelajah manor itu di malam hari. Disatu sisi ia merasa ngeri dengan keremangan yang ada di manor itu. Namun disatu sisi lain, ia merasa begitu penasaran. Dan mungkin ia akan mendapatkan jawaban dari segala hal yang ia anggap aneh.
Ia sempat bergerak mondar-mandir di dalam kamarnya, mencoba memutuskan apa yang akan ia perbuat. Cahaya temaram dari lampu di dinding menciptakan bayang-bayang yag mengerikan. Namun sepertinya Natalia tidak memperhatikan hal itu.
“Sialan!” umpat Natalia pelan saat ia memutuskan untuk menjelajah manor itu saat itu juga. Malam sudah cukup larut. Dan keadaan di dalam manor itu begitu menyeramkan. Namun ia sudah membulatkan tekadnya. Ia pakai kembali jaketnya, kemudian ia bergerak keluar dari kamarnya.
Keremangan dari koridor segera saja menyelimutinya. Kegelapan yang berada di sudut-sudut mati menciptakan sebuah ketakutan tersendiri. Natalia bergerak perlahan, menghitung langkahnya menyusuri koridor yang sepi dan tak berpenghuni. Kamar-kamar yang berada di lantai dua semuanya terlihat kosong dan gelap. Mengingat Tn. Winchester dan Winston tinggal di lantai tiga, Natalia menjadi satu-satunya orang di tengah kegelapan itu yang berada di lantai dua.
Pemikiran itu sepertinya tidak cukup membantu. Natalia berkali-kali menolehkan kepalanya ke belakang, saat ia merasa ada yang bergerak di belakangnya. Apakah hal itu nyata, atau memang hanya karena ketakutannya saja? Natalia tidak dapat membantah apa kata hatinya. Berjalan di tengah kegelapan di saat malam merupakan ide yang buruk. Namun ia sudah terlanjur melakukannya.
Langkah kakinya membawanya sampai di puncak tangga besar. ia melongok ke arah lantai satu, ke arah foyer, yang terlihat juga remang, hanya mendapatkan cahaya dari lampu kecil tak jauh dari tempat itu. Setiap sudut yang Natalia periksa seolah memiliki mata yang memandang tajam ke arahnya. Natalia merasa ada yang terus mengawasinya.
“HEI!!”
Natalia berjingkat saat mendengar suara itu begitu dekat dengan telinganya. Ia merasa ada yang berbisik ke arah telinganya baru saja. Natalia memutar-mutar kepala dan tubuhnya, namun ia tidak menemukan seorang pun di dalam kegelapan dari lorong itu. Bulu kuduk Natalia sekali lagi meremang, mengingat hal-hal aneh yang ia alami.
“Tidak. Aku kembali saja ke kamar.” Ucap Natalia dalam hati. Ia berencana untuk melupakan hal-hal aneh itu dan kembali saja ke tempat tidurnya yang hangat. Akan tetapi, begitu ia akan memutar tubuhnya, ia mendengar langkah-langkah kaki dari ujung koridor.
Natalia langsung saja mengarahkan pandangannya pada kegelapan yang berada di sudut mati. Dan saat itu juga ia melihat ada sekelebatan bayangan seorang anak kecil menaiki tangga yang mengarah ke lantai tiga.
“Tunggu!” panggil Natalia. Namun sosok itu telah menghilang.
Natalia bersumpah bahwa apa yang dilihatnya adalah nyata. Seorang anak kecil, yang berlarian di malam hari. Apakah anak dari Tn. Winchester? Tn. Winchester memang mengatakan bahwa istri dan anaknya pergi. Namun entah kenapa Natalia tidak mempercayai hal itu begitu saja. Jika suara-suara yang ia dengar memang adalah anak dari Tn. Winchester, apa alasan Tn. Winchester menyembunyikan keberadaan mereka?
Natalia seketika mendapatkan rasa penasarannya lagi. Tidak. Ia tidak mungkin bisa pergi tidur dengan pikiran penuh. Ia harus mendapatkan jawaban konkrit malam itu juga. Dan tanpa berpikir, ia mengarahkan langkah kakinya ke lantai tiga.
Sama seperti keadaan di siang hari, keadaan lorong di lantai tiga terlihat begitu suram. Cahaya dari lampu seolah tidak dapat menghilangkan sudut-sudut gelap di koridor itu. Natalia mempercepat langkah kakinya saat ia sudah bergerak di koridor lantai tiga itu.
Langkah kaki Natalia membawa dirinya mendekati sebuah kamar yang masih telrihat terang. Terlihat ada cahaya jingga yang keluar dari lubang di bawah pintu dari sebuah ruangan. Dan Natalia sempat mendengar suara dua orang pria di dalam ruangan itu. Tn. Winchester dan Albert Winston. Yang membuat Natalia menghentikan langkahnya adalah saat namanya disebut dalam percakapan rahasia itu.
“Nn. Summer, apakah ia baik-baik saja?” tanya Tn. Winchester. Sesekali ia terdengar terbatuk-batuk.
“Dia baik-baik saja, Tn. Winchester. Anda sepertinya terlalu khawatir dengan keadaan Nn. Summer.”
“Aku hanya merasa penasaran dengan apa yang ia alami selama beberapa hari tinggal di rumah ini. Apakah ia juga akan sama dengan pelayan-pelayan lain sebelumnya?”
“Saya harap Nn. Summer bisa tinggal lebih lama.” Ucap Winston. Tn. Winchester terdengar hanya mengguman pelan.
Natalia semakin penasaran dengan perbincangan itu. Apa yang sebenarnya tengah mereka perbicangkan? Natalia merasa ada yang aneh dengan perbincangan dua pria itu. Dan ia ingin tahu lebih banyak.
“Apa dia sudah bertanya macam-macam padamu, Winston?” tanya Tn. Winchester kemudian. “Soal…, segala sesuatu yang aneh yang kerap terjadi di rumah ini.”
“Ya, Tn. Winchester.” Jawab Winston. “Pagi tadi…”
“Bagaimana raut wajahnya?” potong Tn. Winchester cepat.
“Takut.” Jawab Winston singkat. “Saya harap hal itu tidak berakhir buruk. Sejauh dari apa yang bisa saya nilai, Nn. Summer sepertinya lebih kuat bila dibandingkan dengan pelayan-pelayan yang lama.”
“Dan kerjanya bagus juga.” Sahut Tn. Winchester. “Mungkin hal-hal aneh di rumah ini tidak dapat menakutinya lagi.”
“Saya harap begitu, Tn. Winchester.”
Natalia bergetar dalam posisinya. Mednegar ucapan-ucapan aneh itu membuatnya semakin merinding. Jadi memang benar ada hal aneh di dalam rumah itu? Mengenai suara-suara yang ia dengar selama ini? Apakah ada cerita besar dibalik semua itu, yang kini coba Tn. Winchester sembunyikan?
Natalia melepaskan perhatiannya dari perbicangan di dalam ruangan itu saat ia sekali lagi mendengar suara langkah kaki di kejauhan. Di ujung koridor, ia melihat lagi sosok gadis kecil berpakainya daster putih itu. Namun kini sosok itu tidak mencoba untuk berlari. Dia telrihat tengah berjongkok di depan sebuah vas bunga.
Natalia memberanikan diri untuk bergerak mendekati anak kecil tersebut. Ia mendengar senandung lirih gadis kecil itu begitu ia semakin dekat. Natalia semakin memberanikan dirinya. Siapa gadis itu sebenarnya?
“Halo!” sapa Natalia. Gadis kecil itu belum juga mau membalikkan tubuhnya. Natalia kemudian mengangakt satu tangannya untuk meraih pundak dari gadis kecil itu, namun…
“TIDAK!!!!”
Natalia menjerit dengan keras saat kepala gadis itu berputar. Bukan wajah seorang gadis cilik yang ia temukan. Namun sebuah wajah penuh luka dengan mata seputih susu memandang ke arahnya.
Natalia tidak tahu apa yang ia lakukan. Kakinya seolah memiliki otak tersendiri saat itu juga. Ia berlari menyusuri koridor, lalu bergerak menuruni tangga kembali ke lantai dua. Sesaat kemudian ia mendengar ada suara pintu dibuka dari lantai atas. Mungkin Tn. Winchester dan Winston curiga dengan teriakannya barusan.
Natalia baru bisa menenangkan dirinya saat ia sudah tiba kembali di kamarnya. Gadis itu…, wajah itu… Natalia menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya ia lihat. Terlalu mengerikan, dan terasa begitu aneh.
Natalia mencoba untuk tidur. Meski sulit pada awalnya, namun pada akhirnya ia dapat terlelap. Dan saat itu juga hujan deras turun disertai petir. Yang sesekali membangunkan Natalia.
Jarum jam baru menunjukkan pukul tiga pagi saat lagi-lagi Natalia terbangun saat mendengar suara aneh. Bukan. Kali ini suara aneh bukan berasal dari koridor, namun dari dalam kamarnya sendiri. Natalia seketika membuka kedua matanya. seketika itu juga ia mendengar suara senandung gadis kecil dari bawah tempat tidurnya. Dan sebelum ia sempat bangkit dari tempat tidurnya, sesosok gadis kecil dengan wajah penuh luka itu muncul tepat di kedua matanya.
“TIDAK!!!” Natalia menjerit lagi.

**

Bayang-bayang mengenai wajah penuh luka gadis kecil itu masih membekas di ingatan Natalia. Bahkan ketika ia berbicara dengan Tn. Winchester pagi itu. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk mundur dari pekerjaannya itu.
“Kau yakin dengan hal ini, Nn. Summer?” tanya Tn. Winchester dari balik kursinya. Natalia hanya dapat menundukkan kepalanya. Ia mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Tn. Winchester.
“Sayang sekali.” Ucap pria itu. “Sebenarnya aku melihat ada banyak potensi di dalam dirimu, Nn. Summer. Tapi aku tidak bisa memaksa jika kau memang ingin mundur.”
“Maafkah saya, Tn. Winchester.”
“Tidak perlu meminta maaf.” Ucap pria itu. “Aku tahu dengan apa yang kau rasakan. Pelayan-pelayan sebelumnya juga mengalami hal yang aneh sepertimu dirimu. Sepertinya memang kutukan dari rumah ini.”
Natalia tidak dapat berkata apa-apa lagi. Yang ingin ia lakukan selanjutnya adalah segera keluar dari rumah terkutuk itu.
“Winston, antarkan Nn. Summer hingga gerbang depan.” Ucap Tn. Winchester sesaat kemudian.
Aroma tanah basah menyeruak suasana. Masuk ke dalam paru-paru Natalia saat ia bergerak pelan ke arah gerbang depan, dimana sebuah taksi kuning sudah menunggunya. Winston, pria tua itu, mengantarkan Natalia hingga ke gerbang.
“Terima kasih atas segalanya, Tn. Winston.” Ucap Natalia sebelum ia melangkah masuk ke dalam taksi itu, yang dengan segera membawa pergi dari kawasan Winchester manor.
“Sudah kuduga akan seperti ini.” Ucap sang supir taksi. Taksi itu ternyata adalah taksi yang sama dengan taksi yang mengantarkannya waktu itu.
“Apa yang terjadi, Nona? Kau terlihat tidak sehat.”
“Banyak hal.” Jawab Natalia pelan. “Hal-hal aneh, yang…” Natalia tidak melanjutkan ucapannya.
“Aku sempat mendengar kabar beberapa hari yang lalu soal sejarah dari keluarga Winchester. Mengenai istri dan juga putrinya.”
“Apa yang terjadi?” tanya Natalia penasaran.
“Mereka terbunuh di dalam rumah itu.” Jawab sang supir taksi. “Ada perampok yang masuk ke dalam rumah itu lima tahun yang lalu. Istri dan putri dari Tn. Winchester menjadi korban dari kekejaman para perampok itu. Dan kini, hantu mereka menghantui rumah besar tersebut. Tentu saja hal itu akan masuk akal jika kau percaya dengan adanya hantu.”
Natalia seketika teringat kembali dengan suara-suara aneh dan juga gadis kecil itu. Apakah ia tetap akan berpendapat bahwa hantu itu tidak ada? Mungkin ia harus berpikir lagi.

****


3 comments:

  1. baru berkunjung lagi setelah sekian lama... kangen sama ceritanya mas gusti

    ReplyDelete
  2. Sudah lama gak upload. Mungkin dalam beberapa bulan ke depan. Masih banyak project yang belum selesai.
    Terima kasih pada semua reader di blog ini. Kunjungi juga Wattpad aku di @Gusti_Deandra.I have six works in there. One still On Going.

    ReplyDelete