Hari itu merupakan hari keberuntungan bagi Ethan. Pagi
tadi ia pergi ke karnaval hanya dengan uang seadanya. Namun sore harinya ia
kembali dengan satu truk barang-barang setengah pakai. Ethan tidak dapat
melewatkan kesempatan emas mengenai barang-barang yang dijual murah itu. Dan ia
mendapatkan banyak barang bagus.
Sammy, istrinya, terlihat
kebingungan dan penuh tanya saat Ethan sore itu pulang dengan banyak barang di
truknya. Ethan memarkir truk itu di halaman depan, lalu dia menggunakan kedua
tangannya untuk mengangkat barang-barang dari bak truk.
“Ethan, apa yang kau
lakukan?” tanya Sammy sambil memandang heran pada suaminya itu. Ethan terlihat
tengah kesulitan membawa sebuah jam pendulum besar masuk ke teras.
“Oh, Sammy, kau tidak akan
percaya!” ucap Ethan. “Karnaval itu ternyata seperti peti harta karun. Lihat
jam ini! Kau tidak bisa mendapatkannya dengan setengah harga di toko loakan
manapun.”
“Ya, tapi barang-barang yang
lain?” tanya Sammy sambil menunjuk ke arah bak truk yang masih penuh dengan
barang. Ethan hanya tersenyum lebar, seraya mendorong jam pendulum tua itu
masuk ke dalam rumah.
“Ada baiknya, ‘kan?” ucap
Ethan saat kembali ke teras. “Rumah baru kita sepertinya butuh banyak benda
pajangan. Dan apa yang ada di truk itu, semua milik kita.”
“Semoga saja kau benar
mengenai ucapanmu.” Ucap Sammy seraya menggerakkan kakinya masuk ke dalam
rumah.
Ethan dan Sammy adalah
seorang pasangan suami istri muda yang baru tiga bulan menikah. Dan mereka baru
pindah ke rumah baru itu sekitar dua minggu yang lalu. Apa yang Ethan ucapkan
mengenai benda pajangan sepertinya benar. Rumah itu memang terlihat begitu
kosong saat mereka baru menempatinya.
Sammy membuatkan teh untuk
suaminya saat suaminya itu bergerak memasuki rumah sambil membawa sebuah kursi
goyang tua, yang kemudian ia letakkan di teras depan tv. Kursi goyang antik itu
terlihat begitu cocok dengan rak pajangan kayu yang ada di dekat perapian. Dan
Ethan sepertinya puas dengan apa yang ia beli hari itu.
“Lihat, ‘kan?” ucapnya
seraya bergerak ke dapur. “Rumah baru ini akan terlihat lebih hidup dari
biasanya. Kini tinggal memikirkan anak, dan…”
“Kau tahu aku masih belum
memikirkan soal itu, ‘kan?” potong Sammy sambil memutar sendok di cangkir.
“Mengenai anak, atau…”
“Kenapa Sam?” tanya Ethan
dengan penuh keingintahuan. Sudah lama Ethan ingin memiliki momongan. Namun
Sammy selalu menunda hal itu. Dan Ethan semakin penasaran.
“Masih ada banyak hal yang
harus aku pikirkan, oke?” ucap Sammy. “Aku tidak mau memikirkannya.”
Ethan hanya bisa terdiam.
Mungkin ia memang belum sepandasnya memiliki anak untuk saat ini. Mengingat
mereka baru saja pindah, mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Mungkin
Sammy berpikiran yang sama.
“Ah! Biar aku minum tehku
disana.” ucap Ethan seraya menerima cangkir teh dari istrinya, dan membawanya
ke arah ruang tengah dimana tadi ia meletakkan kursi guyang tuanya.
Ethan yang sudah begitu
penasaran dengan kursi goyang itu akhirnya memilih untuk mendudukinya. Ia
letakkan cangkirnya di meja kecil di dekatnya, dan ia goyangkan kursi itu ke
depan dan kebelakang. Terdengar suara derak dari kursi kayu itu seolah akan
patah. Namun ternyata hanya suara karena kayunya sudah sangat tua. Ethan,
jujur, merasa senang dengan benda barunya itu.
Tubuhnya yang sudah begitu
lelah seperti dinina bobo-kan dengan adanya ayunan dari kursi goyang itu.
Dengan teh panas menghangatkan tubuhnya, kedua matanya tiba-tiba saja merasa
begitu berat. Pandangan matanya mengarah pada jam pendulum tua yang terletak di
depannya, dan pikirannya mulai melayang-layang. Suara derakan dari kursi goyang
itu masih terdengar, hingga pada akhirnya Ethan tidak dapat menahan kedua
matanya untuk tertutup. Dan seketika, ia tertidur.
Mimpinya terasa begitu aneh.
Ia merasa berdiri di depan rumah barunya itu dengan keadaan yang begitu dingin
dan kelabu. Ia lihat langit tertutup awan hitam, yang sepertinya akan segera
menurunkan hujan lebat. Ethan kemudian merasa melayang diatas tanah, bergerak
mendekati rumahnya itu, dan kemudian memasukinya.
Keadaan di dalam rumahnya
itu pun terlihat berbeda dari biasanya. Ia tidka pernah mengingat adanya asap
hitam tebal yang mengepul dari lantai, dan semua jendelanya terlihat terpalang
kayu. Ethan tidak memiliki kontrol terhadap dirinya, dan terus bergerak
memasuki ruangan-ruangan rumah itu. Hingga pada akhirnya ia sampai di dapur,
dimana ia menemukan satu horor yang tidak ia kira.
Dinding dapur sepenuhnya
dipenuhi oleh cairan lengket berwarna hitam. Mulai dari lantai, permukaan
dinding, hingga langit-langit. Cairan hitam pekat itu menetes ke arah lantai,
dan menciptakan sebuah lubang besar seperti terbakar. Ethan merasa ingin
mencoba untuk menyentuh cairan itu meski pikirannya mengatakan untuk tidak
menyentuhnya. Tapi ia tidak dapat menggerakkan tangannya. Dan kemudian tubuhnya
mulai bergerak lagi, mengarah ke ruang tengah. Namun disana sudah ada yang
menunggunya.
Ia bergerak tepat dibelakang
kursi goyang yang sama yang ia tempati. Namun di kursi itu sudah ada seseorang
yang menempatinya. Seseorang dengan rambut hitam kumal, dengan kulit sepucat
kertas. Ethan tidak tahu siapa yang ada di kursi itu, namun ia bergerak semakin
dekat. Ia rasakan kemudian kulitnya terasa seperti tersentuh es. Dingin dan
menusuk tulang. Hingga akhirnya ia tiba tepat di belakang kursi itu, dan kursi
itu berputar ke arahnya.
Sebuah wajah membusuk dengan
mata merah melotot memandangnya. Memubuat Ethan berteriak begitu keras di dalam
mimpinya. Dan ketika sosok berwajah hancur itu ingin menyentuhkan jemari
kurusnya ke arah Ethan, Ethan membuka matanya.
Cahaya temaram dari ruangan
tengah telah kembali berada di hadapannya. Jam pendulum, dan barang-barang lain
masih terlihat ada di tempatnya. Ia sadar bahwa ia baru saja bermimpi. Apakah
ia tertidur terlalu lama di kursi goyang itu? Ia menolehkan kepalanya dan
melihat Sammy sudah berdiri di sisinya dengan wajah cemas.
“Ethan, kau tidak apa-apa?”
tanya Sammy. “Kau berteriak dengan keras.”
“Benarkah?” Ethan nyaris
tidak mempercayai apa yang ia dengar. Namun istrinya tidak mungkin berbohong.
“Ya, aku tidak apa-apa.”
Ucap Ethan kemudian. Ia menyentuh dahinya sendiri, yang entah kenapa sudah
dipenuhi dengan keriangat dingin. Ia memandang ke arah cangkir tehnya yang
anehnya masih mengepul. Berarti ia belum lama tertidur?
“Aku ketiduran.” Ucap Ethan
sambil menghembuskan nafas. “Mimpi yang aneh. Benar-benar aneh. Apa aku
tertidur terlalu lama?”
“Kau baru duduk sepuluh
menit di kursi itu.” Jawab Sammy. Ethan hanya menggelengkan kepalanya, tidak
tahu kenapa mimpi itu terjadi padanya. Ia pada akhirnya bangkit dari kursi
goyang itu dan mengarah ke dapur.
Dapurnya terlihat normal
seperti sebelumnya. Tentu saja tidak ada cairan hitam aneh seperti apa yang ada
di dalam mimpinya. Ethan sering mengalami mimpi buruk sebelumnya. Namun mimpi
yang baru saja ia alami benar-benar aneh. Terlalu aneh.
“Ethan, kenapa denganmu?”
tanya Sammy heran saat Ethan berkali-kali memandangi dinding dan lantai dapur.
Ethan hanya menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa-apa, sayang.
Tidak ada apa-apa.”
Ethan mencoba untuk menutupi
apa yang baru saja ia alami. Meski ia dapat melihat wajah kekhawatiran di wajah
istrinya itu. Istrinya, yang usdah tinggal cukup lama dengannya tentu sudah
hafal dengan semua gerak-gerik Ethan.
“Tidak perlu memikirkanku,
oke?” ucap Ethan. “Hanya mimpi buruk. Karena aku ketiduran di kursi itu tadi,
kurasa.”
“Kau membuatku khawatir,
Ethan.”
“Sudahlah!” ucap Ethan. “Aku
akan baik-baik saja.”
Ucapan Ethan itu memang
benar berasal dari dalam hatinya. Ia mempercayai dengan betul bahwa mimpi yang
baru saja ia alami hanyalah mimpi biasa. Namun ia tidka tahu bahwa sebenarnya
sudah ada hal misterius yang terjadi di dalam dirinya. Dan semakin lama, hal
itu semakin besar, mengancam jiwanya.
Ethan masih belum dapat
menutup matanya malam itu, meski jarum jam sudah bergerak melewati angka satu
dinihari. Ia berbaring di kamarnya yang gelap, di samping istrinya yang sudah
tertidur. Cuaca malam itu sedikit dingin dibandingkan biasanya. Ethan dapat
merasakan hawa dingin itu menusuk tulangnya. Angin juga terdengar bertiup
kencang di luar sana. Menggetarkan ranting pohon besar yang ada di halaman
samping.
Ethan tidak tahu kenapa ia
belum bisa juga menutup matanya. ia sebenarnya sudah merasa terlalu lelah,
namun hatinya mengatakan ada hal lain yang harus ia lakukan. Tapi hal apa? Ada
perasaan aneh yang berputar di dalam dadanya yang benar-benar tidak dapat ia
jelaskan.
Semakin lama, Ethan merasa
semakin tidak nyaman dengan tubuhnya. Ia sudah mencoba untuk memiringkan
tubuhnya, telentang, tengkurap, namun perasaan ganjil di hatinya itu tidak juga
menghilang. Karena sudah merasa cukup kesal, ia bangkit dari tempat tidurnya
dan mengarah ke dapur di lantai bawah.
Ia mengarahkan cangkir yang
ia pegang ke arah keran wastafel. Namun ketika ia membuka kerannya, cairan
berwarna hitam pekat keluar dari mulut keran itu.
“TIDAK!!”
Ethan seketika melepaskan
cangkirnya dan terjerembab ke arah belakang, terantuk sebuah kursi, lalu jatuh
ke lantai. Nafasnya terengah, sambil merasa tidak mempercayai apa yang baru
saja ia lihat.
Cairan hitam itu terlihat
sama persis dengan apa yang ia lihat di dalam mimpinya. Cairan hitam dari
dapur…, tapi cairan apa itu? Ethan mencoba untuk bangkit berdiri dan mengarah
ke wastafel untuk melihat cairan hitam itu lagi, tapi…
Tidak ada!
Cairan yang keluar dari
keran hanyalah air biasa, yang sama sekali tidak ada tanda-tanda akan adanya
cairan hitam itu. Cangkirnya berada di dasar wastafel, basah tersiram oleh air
dari keran yang masih mengalir. Ethan semakin heran dengan apa yang baru saja
terjadi. Mungkinkah ia hanya berhalusinasi?
Ethan masih memikirkan soal
mimpi buruk itu, bahkan setelah ia meneguk habis secangkir air. Di tengah
keremangan suasana dapur di malam hari, ia melamun. Pikirannya itu sempat
melayang-layang pada cairan hitam itu tadi, dan juga mimpinya. Mimpi yang
rasanya terlalu aneh, namun entah kenapa mempengaruhi pikirannya.
Lamunannya buyar seketika
saat ia mendengar sebuah suara aneh yang berasal dari ruang tengah. Suara
berkeriak yang sudah ia ketahui darimana asalnya. Kursi goyang itu…
Perlahan ia bergerak
meninggalkan dapur dan mengarah ke ruang tengah, dimana kursi goyang antik itu
berada. Dan tak dapat ia percaya saat ia melihat kursi itu bergoyang dengan
sendirinya tanpa disentuh.
Ethan tidak mempercayai apa
yang ia lihat. Apakah nyata? Jawabannya, memang nyata. Kursi goyang itu
bergoyang dengan sendirinya tanpa ada yang menyentuh. Aneh. Beanr-benar aneh.
Meski begitu, ia mencoba mengarahkan kakinya pada kursi itu, dan mencoba untuk
menyentuhnya. Dan ketika satu tangannya menyentuh permukaan kursi goyang itu…
TENG!!
“Sialan!”
Ethan melonjak kaget sambil
mengumpat pelan saat jam pendulum tua yang ada di depan kursi itu berdentang.
Ethan merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi dengan rumahnya, atau pun dirinya sendiri. Ada terlalu
banyak pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
Pada akhirnya, ia membiarkan
saja semua itu terjadi. Ia merasa tidak peduli lagi dengan kursi yang tiba-tiba
bergoyang atau cairan hitam di wastafel itu. Ia kembali ke kamarnya, dan
beruntung, kini ia bisa tidur.
**
Segala hal aneh yang terjadi
padanya semalam tentu tidak bisa hilang begitu saja dari pikiran Ethan. Pagi
itu ketika ia sarapan, pikirannya melayang-layang pada apa yang terjadi
semalam. Mengenai kursi goyang dan juga cairan hitam itu.
“Kau terlihat sedang memikirkan
sesuatu.” Ucap Sammy, yang tahu betul dengan apa yang terjadi pada suaminya.
“Kau mau menceritakannya?”
Ethan pada awalnya merasa
ragu untuk bercerita. Namun karena ia tidak mau menyimpan hal aneh itu
sendirian, maka ia pun menceritakan apa yang terjadi pada istrinya. Tentang
mimpinya, dan juga dua hal aneh yang terjadi semalam.
“Kau tidak melihatnya?”
tanya Ethan. “Pagi ini, saat kau menggunakan keran wastafel, apa ada cairan
hitam atau semacamnya?”
“Tidak.”
“Kau yakin?”
“Ethan, kau terlalu
memikirkan mimpimu kemarin.”
Ethan mendesah. Mungkin ada
benarnya. Dan hal itu kini sudah meracuni otaknya. Apalagi yang dapat ia
lakukan untuk membuat segala pikiran buruk itu menghilang?
Kemudian ia mengingat satu
hal aneh yang terjadi semalam. Satu hal yang awalnya tidak ia pikirkan, namun
kini menjadi masalah di otaknya. Ia memangdang ke arah istrinya dengan kening
berkerut.
“Ada yang salah.” Ucapnya.
“Jam itu. Jam pendulum besar yang ada di ruang tengah itu.”
“Apa yang salah?”
“Semalam jam itu berdentang
dengan keras.”
“Apa itu hal yang aneh?”
balas istrinya. “Jam itu memang seharusnya berdentang, ‘kan?”
“Ya, tapi di jam yang aneh.”
Ucap Ethan. Ethan tahu betul bahwa semalam saat ia pergi ke dapur, jarum jam
baru menunjukkan pukul setengah dua malam. Dan tidak mungkin jam itu berdentang
di waktu yang aneh seperti itu.
“Mungkin sudah rusak.” Ucap
Sammy. “Hal itu menjelaskan kenapa harganya bisa murah sekali, benar ‘kan?”
Ethan berusaha dengan keras
untuk tidak memikirkan soal keanehan-keanehan yang terjadi pada dirinya. Selama
ia bekerja hari itu, ia memfokuskan pikirannya pada apa yang ia kerjakan.
Sedikitnya, memang ia dapat melupakan kejadian-kejadian aneh itu. Namun begitu
ia selesai dengan tugasnya, pemikiran itu kembali lagi.
“Kau percaya dengan hantu?”
tanya Ethan pada salah satu rekan kerjanya saat istirahat makan siang.
“Kenapa kau tiba-tiba
bertanya soal hal itu?” balas temannya. “Aku tidak mempercayainya, tapi…, kau
kini tinggal di kawasan yang terkenal dengan hal-hal aneh.”
“Kota ini?” tanya Ethan. “Blackwood?”
“Ya. Blackwood.” Ucap
temannya itu lagi. “Pusat dari segala hal supranatural dan misterius yang ada
di Sherland. Dari sejarahnya 100 tahun yang lalu, tempat ini seolah terkutuk.
Selalu saja ada kejadian aneh di kota ini. Kau bahkan nyaris tidak
mempercayainya.”
“Tapi setelah apa yang
kualami semalam,” ucap Ethan. “Kurasa ucapannya ada benarnya. Lalu apa yang
harus aku lakukan?”
“Kau cari tahu soal rumah
baru yang kau tempat itu.” Jawab temannya. “Atau, mengenai kursi goyang yang
kau dapatkan.”
Hal itulah yang seketika
Ethan lakukan begitu ia sampai di rumah sore harinya. Tanpa melepas kemeja
kerjanya, ia segera duduk di hadapan sebuah komputer dan mulai berselancar di
dunia maya. Ia mencari segala informasi yang berkaitan dengan Blackwood dan sejarah
kelam dari kota yang ia tempati itu.
Ia sudah tidak tahu lagi
berapa jam ia duduk di depan komputer, hingga ia sadari ruangannya menjadi
gelap. Matahari sudah terbenam, dan Sammy datang menghampirinya dengan wajah
penuh kekhawatiran.
“Ethan, kau sudah berada
disana sejak…”
“Ya, aku tahu.” Sahut Ethan.
Wajahnya terlihat kusut, lelah, namun ada senyum gembira di wajah itu.
“Sam, kuberitahu satu hal.”
Ucap Ethan. Istrinya itu kemudian duduk di samping suaminya. Ethan langsung
menunjukkan artikel-artikel mengenai benda-benda terkutuk yang ada di
Blackwood. Dan salah satunya adalah kursi goyang yang berusia leih dari seratus
tahun. Rupa dari kursi goyang yang ada di website itu sama persis dengan kursi
goyang yang Ethan beli kemarin.
“Kursi itu terkutuk, sayang.”
Ucap Ethan. “Dan kurasa kursi itu yang membuatku melihat hal yang tidak-tidak.”
“Lalu apa yang akan kau
lakukan sekarang terhadap kursi itu? Membuangnya?”
Ethan merasa ragu dengan hal
itu. Meskipun kursi itu memang terkutuk, namun mungkin memiliki nilau jual yang
tinggi jika ia menawarkannya pada kolektor.
“Kita akan menyimpannya di
gudang.” Ucap Ethan. Sammy terlihat tidak begitu suka dengan ide itu.
“Ethan, sebaiknya kau
membuang saja kursi itu.”
“Tidak, Sam.” Bantah Ethan.
“Aku akan menjualnya dengan harga tinggi. Kita bisa mendapatkan banyak
keuntungan.”
Sammy berusaha untuk
membujuk suaminya agar tidak tergiur dengan uang. Namun seberapa keras itu
berusaha, Ethan bersikukuh dengan keputusannya. Dan sore itu juga, ia
mengangkat kursi goyang itu ke arah gudang yang terletak di belakang rumah.
“Tidak akan ada gangguan
lagi.” ucap Ethan sambil menepuk-nepuk kedua belah tangannya. Ia kemudian
bergerak kembali masuk ke dalam rumah.
Ethan merasa begitu tenang
setelah menyingkirkan kursi goyang itu. Ia pikir ia tidak akan mendapatkan
gangguan lagi, tapi hal yang sama terjadi lagi saat ia tidur malam itu.
Ia merasa setengah sadar dan
tidak. Ia seperti berada di dalam mimpi, namun secara bersamaan ia juga merasa
begitu hidup. Ia dapat merasakan hawa dingin di kulitnya. Ia terbaring di atas
tempat tidurnya, dan melihat sekelilingnya, namun ia tidak dapat bergerak.
Ethan menganggap ia hanya
mendapatkan sleep paralysis, yang memang bisa saja terjadi. Namun ketika lampu
kamarnya mulai berkedip tak beraturan, ia tahu bahwa hal buruk dan aneh lain
akan terjadi.
Ethan berusaha membebaskan
dirinya dari ikatan yang tak terlihat itu, namun ia tidak dapat berbuat apapun.
Matanya sedikit terbuka, dan dapat dengan jelas melihat isi dalam kamarnya.
Namun tangan dan kedua kakinya tidak dapat digerakkan. Keringat dingin pun
mulai keluar dari permukaan kulitnya.
Ethan tersentak saat
terdengar sebuah suara berderak dari arah luar kamar. Ia mencoba menolehkan
kepalanya, namun ia tidak dapat melakukannya. Ethan semakin berkeringat dengan
jantung berdetak kencang saat ia mendengar langkah-langkah pelan memasuki
kamarnya. Ia mendengar pintu kamarnya dibuka, dan munculah satu bayangan di
dinding. Sebuah siluet manusia dengan rambut panjang, seperti sosok dalam mimpi
yang ia miliki saat itu.
“TIDAK!!” Ethan berteriak
dalam hati. Ia tidak dapat berbuat apapun. Bayangan itu bergerak semakin dekat
ke arahnya. Semakin dekat, semakin besar, lalu ia mendengar suara seretan benda
tajam di kaki tempat tidurnya. Ethan melirik ke arah kakinya, dan ia melihat
sebuah tangan menjangkaunya dari bawah tempat tidur. Ethan berteriak dengan
keras di dalam kepalanya.
“PERGI! PERGI DARIKU!”
Rasanya teriakan itu sia-sia
saja. Sebab, wajah yang membusuk dengan mata merah itu muncul seketika di
hadapannya. Wajah itu menyeringai, saat dengan perlahan wajah itu mulai
bergerak mendekati Ethan. Ethan semakin keras berteriak saat tangan kurus dari
sosok itu mulai menjangkaunya. Lalu…
“TIDAK!!!!”
Ethan menegakkan tubuhnya
seketika diatas tempat tidur. Bayangan dan sosok menjijikkan itu telah
menghilang dari hadapannya. Ethan baru sadar bahwa ia baru saja memimpikan hal
aneh. Namun rasanya begitu nyata.
“Sammy!” Ethan menolehkan
kepalanya ke sisi tempat tidur. Namun istrinya tidk berada disana. Di tengah
malam seperti itu, kemana kemungkinan istrinya pergi?
Ethan berjingkat saat
terdengar sebuah suara berdenting dari arah dapur. Seperti sebuah suara pisau
yang dijatuhkan ke lantai. Ethan langsung merasa bahwa ada yang tidak beres
langusng melompat turun dari tempat tidurnya. Sebelum keluar dari kamar, ia
sempat melihat jarum jam yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari.
“Sammy!” teriak Ethan
memanggil istrinya. Namun tidak ada balasan. Namun ia mendengar satu suara aneh
lain dari lantai satu. Suara berderak, berkeriak, seperti sebuah suara kayu tua
yang…
Kursi itu!
Tidak mungkin! Ethan merasa
bahwa apa yang terjadi sudah benar-benar diluar kendali. Kenapa kursi itu bisa
kembali berada di dalam rumah setelah sore tadi ia letakkan di gudang? Apakah
Sammy yang mengambilnya?
Benar saja. Ketika Ethan
mencapai ruang tengah, kursi itu sudah berada di ruang tengah lagi. Dan
terlihat bergoyang dengan sendirinya seperti apa yang terjadi malam sebelumnya.
Ethan bergerak lagi, namun ia melompat seketika dengan jantung yang rasanya mau
copot saat jam pendulum tua di ruangan itu berdentang di jam yang aneh lagi.
semuanya terasa begitu aneh.
“Sammy!” Ethan berteriak
lagi. ia mengarah ke dapur, dan mendapatkan satu kejutan yang tidak ia
harapkan.
Cairan berwarna hitam pekat
terlihat keluar dari celah kayu dilantai, dan telah memenuhi seluruh permukaan
lantai di dapur. Sebelum Ethan tersadar dari rasa keterkejutannya, keran air
tiba-tiba saja terbuka dan memancarkan cairan hitam pekat. Ethan mengerang,
meremasi kepalanya sendiri.
Apa yang terjadi dengan
dirinya? Apakah ini hanya mimpi?
Tidak. Semuanya terlihat
begitu nyata. Sebilah pisau terlihat tergeletak di lantai di dekat kakinya.
Tanpa berpikir, Ethan meraih pisau itu dan menggenggamnya erat-erat. Entah
kenapa ia mendapat firasat bahwa sosok berwajah busuk itu akan datang lagi.
“Sammy, dimana kau?”
teriaknya lagi. Terdengar satu jawaban dari arah salah satu ruangan. Namun
bukan jawaban yang ia inginkan. Suara dari jawaban itu terdengar serak dan
terkesan dingin.
“Ethan…” Suara serak itu
terdengar menggema di dalam rumah itu. Cairan hitam masih terus saja keluar
dari celah lantai dan wastafel, hingga akhinya meluber kemana-mana. Ethan
menggenggam pisaunya erat-erat, dan berusaha menemukan sumber dari suara serak
itu.
“Dimana kau, keparat?”
ucapnya dengan emosi meluap-luap. Kenapa ia harus mendapatkan hal seperti ini?
Kegilaan apa yang terjadi padanya?
Tubuh Ethan menegang saat ia
mendengar suara langkah kaki pelan menuruni tangga dari lantai dua. Pisau yang
ia genggam terarah ke depan, telah siap untuk ia gunakan. Kedua matanya
memicing ke arah anak tangga, hingga akhirnya makhluk menjijikkan itu muncul
tepat di depan kedua matanya.
Sesosok wanita dengan wajah
membusuk, mata merah, dan rambut hitam kumal terlihat bergerak menuruni tangga
secara perlahan. Mulutnya terbuka tertutup, mengucapkan nama Ethan yang
terdengar begitu menusuk jiwa. Ethan berusaha untuk tetap tegar dengan
posisinya. Meski kakinya bergetar, ia berusaha untuk tetap berdiri.
“Ethan…”
Suara itu lagi-lagi
terdengar. Ethan semakin yakin bahwa apa yang terjadi bukanlah mimpi. Ia dapat
merasakan jantungnya berdegup kencang, dan keringat membasahi dahinya. Sosok
itu semakin dekat ke arahnya. Dan cairan hitam dari dapur mulai meluber hingga
ke ruang tengah. Ethan sudah kehilangan kesabarannya.
“PERGI KAU KEPARAT!”
teriaknya murka. Pisau ia genggam tepat di depan dadanya, terarah pada dada
sosok menjijikkan itu. Sosok itu masih terus bergerak ke arahnya, dengan mulut
terbuka terutup, mengucapkan namanya.
“Ethan….”
Ethan menggelengkan
kepalanya. Persetan dengan ucapan-ucapan itu!
“Ethan, sayang…”
Ethan merasakan aura yang
tidak biasa ketika suara itu terdengar. Seperti suara Sammy, namun tidak tahu
darimana asalnya. Sementara sosok menjijikkan itu semakin dekat dengan dirinya.
“Sammy!” teriak Ethan. Tapi
ia tidak memiliki waktu untuk mencari keberadaan istrinya. Sosok itu sudah
berada tepat di depannya, dengan tangan terulur ke arahnya, dan Ethan…
“PERGI DARIKU!!” teriak
Ethan bersamaan dengan gerak tangannya maju ke arah sosok itu. Bilah pisau yang
ia pegang tenggelam ke dalam dada sosok mengerikan itu. Sosok itu terlihat
mengerang, dengan mulut terbuka, dan mata merah itu mulai mendelik ke arahnya.
“Pergilah, keparat! Pergi
dari hidupku!” Ethan menatap tajam sosok itu, yang mulai terpuruk ke arah
lantai. Tangan Ethan berlumuran dengan cairan berwarna hitam yang keluar dari
luka tusukan pisau itu. Dan sosok itu akhirnya terjerembab ke lantai, tak
sadarkan diri.
Ethan masih tidak dapat
bergerak dari posisinya. Tangannya masih memegang pisau berlumuran cairan hitam
itu. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia mungkin harus berusaha
menemukan istrinya. Tapi…
Lubran cairan hitam dari
dapur itu tiba-tiba saja menyentuh kakinya. Dan seketika, ada tangan-tangan
kurus yang keluar dari dalam cairan hitam itu, mencengekram pergelangan
kakinya. Ethan mencoba menarik kakinya terlepas namun usahanya sia-sia. Dan ia
akhirnya kehilangan keseimbangan, dan terjatuh. Kepalanya terbentur pada sisi
konter dapur, dan ia tak sadarkan diri.
**
“Ethan…”
Suara itu terdengar dengan
begitu jelas di telinganya. Kepalanya teras begitu pusing dan ia tidak dapat
membuka kedua matanya selama beberapa detik. Namun ia ingat dengan apa yang
terjadi. Ia terjatuh ke lantai, setelah ia berhasil membunuh sosok mengerikan
itu. Tapi cairan hitam dari dapur itu…
Perlahan ia dapat membuka
matanya. cahaya dari lampu ruangan sedikit membutakannya, namun pada akhirnya
ia berhasil melihat sekelilingnya. Alangkah terkejutnya ia saat ia sadari bahwa
cairan hitam yang melubar itu telah sirna. Apakah karena ia berhasil membunuh
sosok yang menghantuinya itu? Ethan melirik tangannya, dan ia melonjak
seketika. Pisau yang ia pegang terlihat berlumuran darah merah yang masih
segar.
Sosok itu…
Ethan merasa seolah ada yang
menghantam perutnya dengan keras. Sebuah perasaan yang tidak karuan, dan seolah
ada petir yang baru saja menyambar kepalanya. Kedua matanya melebar, dan pisau
yang ia pegang terjatuh seketika. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Sosok yang tergeletak di lantai itu…
“TIDAK!!!” teriak Ethan tak
mempercayai apa yang terjadi. Tubuhnya seketika bergetar. Sosok menjijikkan itu
sudah tidak ada di tempat itu lagi. Namun sebagai gantinya, sosok istrinya
tergeletak di tempat sosok menjijikkan tadi berada, dengan darah membasahi
bagian depan tubuhnya. Sammy terlihat sudah tidak bernyawa lagi, dengan satu
lubang bekas pisau di dadanya.
“TIDAK!! SAMMY, TIDAK!!”
Ethan sadar kemudian bahwa
makhluk itu telah menipu matanya. Ia sama sekali tidak membunuh sosok menjijikkan
itu. Ia malah membunuh istrinya sendiri.
Ethan hanya dapat berteriak,
menyesali apa yang telah ia perbuat, dengan tubuh bergetar dan air mata
mengalir turun. Tubuh Sammy terlihat terkulai lemah dengan mata mendelik diatas
lantai, terendam oleh darahnya sendiri. Ethan…, menggila seketika.
“TIDAK!!!”
Ethan tiba-tiba saja
merasakan satu hembusan angin menerpanya dari depan. Dan kemudian ia lihat
kursi goyang yang bergerak sendiri itu. Suara berkeriak dari kayunya yang tua,
dan ada satu sosok yang duduk di kursi itu. Jantung Ethan berdegup kencang
seketika. Sosok itu kemudian memutar kepalanya ke arah Ethan. Dan ia lihat, dua
mata merah itu lagi. Dan ada satu seringai di wajah yang menjijikkan itu. Detik
berikutnya, sosok itu menyerang ke arah Ethan yang tak berdaya. Ethan…,
kehilangan nyawanya.
****
63
ReplyDeleteMy Wattpad : Gusti_Deandra
Kereen... Tapi kapan nih special story di wattpad terbitnya?? Ditunggu loh janjinya��
ReplyDeleteUdah ada kok di wattpad.
DeleteA little untold story of crystal walker. Bukan horror sih. Tp masih ada unsur misterinya.
Saya punya banyak akun google tapi kadang suka error. Makanya suka gonta ganti akun pas koment disini. My wattpad: arrya21
ReplyDelete