Thursday, August 3, 2017

KURSI GOYANG TERKUTUK



Hari itu merupakan hari keberuntungan bagi Ethan. Pagi tadi ia pergi ke karnaval hanya dengan uang seadanya. Namun sore harinya ia kembali dengan satu truk barang-barang setengah pakai. Ethan tidak dapat melewatkan kesempatan emas mengenai barang-barang yang dijual murah itu. Dan ia mendapatkan banyak barang bagus.
Sammy, istrinya, terlihat kebingungan dan penuh tanya saat Ethan sore itu pulang dengan banyak barang di truknya. Ethan memarkir truk itu di halaman depan, lalu dia menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat barang-barang dari bak truk.
“Ethan, apa yang kau lakukan?” tanya Sammy sambil memandang heran pada suaminya itu. Ethan terlihat tengah kesulitan membawa sebuah jam pendulum besar masuk ke teras.
“Oh, Sammy, kau tidak akan percaya!” ucap Ethan. “Karnaval itu ternyata seperti peti harta karun. Lihat jam ini! Kau tidak bisa mendapatkannya dengan setengah harga di toko loakan manapun.”
“Ya, tapi barang-barang yang lain?” tanya Sammy sambil menunjuk ke arah bak truk yang masih penuh dengan barang. Ethan hanya tersenyum lebar, seraya mendorong jam pendulum tua itu masuk ke dalam rumah.
“Ada baiknya, ‘kan?” ucap Ethan saat kembali ke teras. “Rumah baru kita sepertinya butuh banyak benda pajangan. Dan apa yang ada di truk itu, semua milik kita.”
“Semoga saja kau benar mengenai ucapanmu.” Ucap Sammy seraya menggerakkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Ethan dan Sammy adalah seorang pasangan suami istri muda yang baru tiga bulan menikah. Dan mereka baru pindah ke rumah baru itu sekitar dua minggu yang lalu. Apa yang Ethan ucapkan mengenai benda pajangan sepertinya benar. Rumah itu memang terlihat begitu kosong saat mereka baru menempatinya.
Sammy membuatkan teh untuk suaminya saat suaminya itu bergerak memasuki rumah sambil membawa sebuah kursi goyang tua, yang kemudian ia letakkan di teras depan tv. Kursi goyang antik itu terlihat begitu cocok dengan rak pajangan kayu yang ada di dekat perapian. Dan Ethan sepertinya puas dengan apa yang ia beli hari itu.
“Lihat, ‘kan?” ucapnya seraya bergerak ke dapur. “Rumah baru ini akan terlihat lebih hidup dari biasanya. Kini tinggal memikirkan anak, dan…”
“Kau tahu aku masih belum memikirkan soal itu, ‘kan?” potong Sammy sambil memutar sendok di cangkir. “Mengenai anak, atau…”
“Kenapa Sam?” tanya Ethan dengan penuh keingintahuan. Sudah lama Ethan ingin memiliki momongan. Namun Sammy selalu menunda hal itu. Dan Ethan semakin penasaran.
“Masih ada banyak hal yang harus aku pikirkan, oke?” ucap Sammy. “Aku tidak mau memikirkannya.”
Ethan hanya bisa terdiam. Mungkin ia memang belum sepandasnya memiliki anak untuk saat ini. Mengingat mereka baru saja pindah, mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Mungkin Sammy berpikiran yang sama.
“Ah! Biar aku minum tehku disana.” ucap Ethan seraya menerima cangkir teh dari istrinya, dan membawanya ke arah ruang tengah dimana tadi ia meletakkan kursi guyang tuanya.
Ethan yang sudah begitu penasaran dengan kursi goyang itu akhirnya memilih untuk mendudukinya. Ia letakkan cangkirnya di meja kecil di dekatnya, dan ia goyangkan kursi itu ke depan dan kebelakang. Terdengar suara derak dari kursi kayu itu seolah akan patah. Namun ternyata hanya suara karena kayunya sudah sangat tua. Ethan, jujur, merasa senang dengan benda barunya itu.
Tubuhnya yang sudah begitu lelah seperti dinina bobo-kan dengan adanya ayunan dari kursi goyang itu. Dengan teh panas menghangatkan tubuhnya, kedua matanya tiba-tiba saja merasa begitu berat. Pandangan matanya mengarah pada jam pendulum tua yang terletak di depannya, dan pikirannya mulai melayang-layang. Suara derakan dari kursi goyang itu masih terdengar, hingga pada akhirnya Ethan tidak dapat menahan kedua matanya untuk tertutup. Dan seketika, ia tertidur.
Mimpinya terasa begitu aneh. Ia merasa berdiri di depan rumah barunya itu dengan keadaan yang begitu dingin dan kelabu. Ia lihat langit tertutup awan hitam, yang sepertinya akan segera menurunkan hujan lebat. Ethan kemudian merasa melayang diatas tanah, bergerak mendekati rumahnya itu, dan kemudian memasukinya.
Keadaan di dalam rumahnya itu pun terlihat berbeda dari biasanya. Ia tidka pernah mengingat adanya asap hitam tebal yang mengepul dari lantai, dan semua jendelanya terlihat terpalang kayu. Ethan tidak memiliki kontrol terhadap dirinya, dan terus bergerak memasuki ruangan-ruangan rumah itu. Hingga pada akhirnya ia sampai di dapur, dimana ia menemukan satu horor yang tidak ia kira.
Dinding dapur sepenuhnya dipenuhi oleh cairan lengket berwarna hitam. Mulai dari lantai, permukaan dinding, hingga langit-langit. Cairan hitam pekat itu menetes ke arah lantai, dan menciptakan sebuah lubang besar seperti terbakar. Ethan merasa ingin mencoba untuk menyentuh cairan itu meski pikirannya mengatakan untuk tidak menyentuhnya. Tapi ia tidak dapat menggerakkan tangannya. Dan kemudian tubuhnya mulai bergerak lagi, mengarah ke ruang tengah. Namun disana sudah ada yang menunggunya.
Ia bergerak tepat dibelakang kursi goyang yang sama yang ia tempati. Namun di kursi itu sudah ada seseorang yang menempatinya. Seseorang dengan rambut hitam kumal, dengan kulit sepucat kertas. Ethan tidak tahu siapa yang ada di kursi itu, namun ia bergerak semakin dekat. Ia rasakan kemudian kulitnya terasa seperti tersentuh es. Dingin dan menusuk tulang. Hingga akhirnya ia tiba tepat di belakang kursi itu, dan kursi itu berputar ke arahnya.
Sebuah wajah membusuk dengan mata merah melotot memandangnya. Memubuat Ethan berteriak begitu keras di dalam mimpinya. Dan ketika sosok berwajah hancur itu ingin menyentuhkan jemari kurusnya ke arah Ethan, Ethan membuka matanya.
Cahaya temaram dari ruangan tengah telah kembali berada di hadapannya. Jam pendulum, dan barang-barang lain masih terlihat ada di tempatnya. Ia sadar bahwa ia baru saja bermimpi. Apakah ia tertidur terlalu lama di kursi goyang itu? Ia menolehkan kepalanya dan melihat Sammy sudah berdiri di sisinya dengan wajah cemas.
“Ethan, kau tidak apa-apa?” tanya Sammy. “Kau berteriak dengan keras.”
“Benarkah?” Ethan nyaris tidak mempercayai apa yang ia dengar. Namun istrinya tidak mungkin berbohong.
“Ya, aku tidak apa-apa.” Ucap Ethan kemudian. Ia menyentuh dahinya sendiri, yang entah kenapa sudah dipenuhi dengan keriangat dingin. Ia memandang ke arah cangkir tehnya yang anehnya masih mengepul. Berarti ia belum lama tertidur?
“Aku ketiduran.” Ucap Ethan sambil menghembuskan nafas. “Mimpi yang aneh. Benar-benar aneh. Apa aku tertidur terlalu lama?”
“Kau baru duduk sepuluh menit di kursi itu.” Jawab Sammy. Ethan hanya menggelengkan kepalanya, tidak tahu kenapa mimpi itu terjadi padanya. Ia pada akhirnya bangkit dari kursi goyang itu dan mengarah ke dapur.
Dapurnya terlihat normal seperti sebelumnya. Tentu saja tidak ada cairan hitam aneh seperti apa yang ada di dalam mimpinya. Ethan sering mengalami mimpi buruk sebelumnya. Namun mimpi yang baru saja ia alami benar-benar aneh. Terlalu aneh.
“Ethan, kenapa denganmu?” tanya Sammy heran saat Ethan berkali-kali memandangi dinding dan lantai dapur. Ethan hanya menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa-apa, sayang. Tidak ada apa-apa.”
Ethan mencoba untuk menutupi apa yang baru saja ia alami. Meski ia dapat melihat wajah kekhawatiran di wajah istrinya itu. Istrinya, yang usdah tinggal cukup lama dengannya tentu sudah hafal dengan semua gerak-gerik Ethan.
“Tidak perlu memikirkanku, oke?” ucap Ethan. “Hanya mimpi buruk. Karena aku ketiduran di kursi itu tadi, kurasa.”
“Kau membuatku khawatir, Ethan.”
“Sudahlah!” ucap Ethan. “Aku akan baik-baik saja.”
Ucapan Ethan itu memang benar berasal dari dalam hatinya. Ia mempercayai dengan betul bahwa mimpi yang baru saja ia alami hanyalah mimpi biasa. Namun ia tidka tahu bahwa sebenarnya sudah ada hal misterius yang terjadi di dalam dirinya. Dan semakin lama, hal itu semakin besar, mengancam jiwanya.
Ethan masih belum dapat menutup matanya malam itu, meski jarum jam sudah bergerak melewati angka satu dinihari. Ia berbaring di kamarnya yang gelap, di samping istrinya yang sudah tertidur. Cuaca malam itu sedikit dingin dibandingkan biasanya. Ethan dapat merasakan hawa dingin itu menusuk tulangnya. Angin juga terdengar bertiup kencang di luar sana. Menggetarkan ranting pohon besar yang ada di halaman samping.
Ethan tidak tahu kenapa ia belum bisa juga menutup matanya. ia sebenarnya sudah merasa terlalu lelah, namun hatinya mengatakan ada hal lain yang harus ia lakukan. Tapi hal apa? Ada perasaan aneh yang berputar di dalam dadanya yang benar-benar tidak dapat ia jelaskan.
Semakin lama, Ethan merasa semakin tidak nyaman dengan tubuhnya. Ia sudah mencoba untuk memiringkan tubuhnya, telentang, tengkurap, namun perasaan ganjil di hatinya itu tidak juga menghilang. Karena sudah merasa cukup kesal, ia bangkit dari tempat tidurnya dan mengarah ke dapur di lantai bawah.
Ia mengarahkan cangkir yang ia pegang ke arah keran wastafel. Namun ketika ia membuka kerannya, cairan berwarna hitam pekat keluar dari mulut keran itu.
“TIDAK!!”
Ethan seketika melepaskan cangkirnya dan terjerembab ke arah belakang, terantuk sebuah kursi, lalu jatuh ke lantai. Nafasnya terengah, sambil merasa tidak mempercayai apa yang baru saja ia lihat.
Cairan hitam itu terlihat sama persis dengan apa yang ia lihat di dalam mimpinya. Cairan hitam dari dapur…, tapi cairan apa itu? Ethan mencoba untuk bangkit berdiri dan mengarah ke wastafel untuk melihat cairan hitam itu lagi, tapi…
Tidak ada!
Cairan yang keluar dari keran hanyalah air biasa, yang sama sekali tidak ada tanda-tanda akan adanya cairan hitam itu. Cangkirnya berada di dasar wastafel, basah tersiram oleh air dari keran yang masih mengalir. Ethan semakin heran dengan apa yang baru saja terjadi. Mungkinkah ia hanya berhalusinasi?
Ethan masih memikirkan soal mimpi buruk itu, bahkan setelah ia meneguk habis secangkir air. Di tengah keremangan suasana dapur di malam hari, ia melamun. Pikirannya itu sempat melayang-layang pada cairan hitam itu tadi, dan juga mimpinya. Mimpi yang rasanya terlalu aneh, namun entah kenapa mempengaruhi pikirannya.
Lamunannya buyar seketika saat ia mendengar sebuah suara aneh yang berasal dari ruang tengah. Suara berkeriak yang sudah ia ketahui darimana asalnya. Kursi goyang itu…
Perlahan ia bergerak meninggalkan dapur dan mengarah ke ruang tengah, dimana kursi goyang antik itu berada. Dan tak dapat ia percaya saat ia melihat kursi itu bergoyang dengan sendirinya tanpa disentuh.
Ethan tidak mempercayai apa yang ia lihat. Apakah nyata? Jawabannya, memang nyata. Kursi goyang itu bergoyang dengan sendirinya tanpa ada yang menyentuh. Aneh. Beanr-benar aneh. Meski begitu, ia mencoba mengarahkan kakinya pada kursi itu, dan mencoba untuk menyentuhnya. Dan ketika satu tangannya menyentuh permukaan kursi goyang itu…
TENG!!
“Sialan!”
Ethan melonjak kaget sambil mengumpat pelan saat jam pendulum tua yang ada di depan kursi itu berdentang. Ethan merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumahnya, atau pun dirinya sendiri. Ada terlalu banyak pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
Pada akhirnya, ia membiarkan saja semua itu terjadi. Ia merasa tidak peduli lagi dengan kursi yang tiba-tiba bergoyang atau cairan hitam di wastafel itu. Ia kembali ke kamarnya, dan beruntung, kini ia bisa tidur.

**

Segala hal aneh yang terjadi padanya semalam tentu tidak bisa hilang begitu saja dari pikiran Ethan. Pagi itu ketika ia sarapan, pikirannya melayang-layang pada apa yang terjadi semalam. Mengenai kursi goyang dan juga cairan hitam itu.
“Kau terlihat sedang memikirkan sesuatu.” Ucap Sammy, yang tahu betul dengan apa yang terjadi pada suaminya.
“Kau mau menceritakannya?”
Ethan pada awalnya merasa ragu untuk bercerita. Namun karena ia tidak mau menyimpan hal aneh itu sendirian, maka ia pun menceritakan apa yang terjadi pada istrinya. Tentang mimpinya, dan juga dua hal aneh yang terjadi semalam.
“Kau tidak melihatnya?” tanya Ethan. “Pagi ini, saat kau menggunakan keran wastafel, apa ada cairan hitam atau semacamnya?”
“Tidak.”
“Kau yakin?”
“Ethan, kau terlalu memikirkan mimpimu kemarin.”
Ethan mendesah. Mungkin ada benarnya. Dan hal itu kini sudah meracuni otaknya. Apalagi yang dapat ia lakukan untuk membuat segala pikiran buruk itu menghilang?
Kemudian ia mengingat satu hal aneh yang terjadi semalam. Satu hal yang awalnya tidak ia pikirkan, namun kini menjadi masalah di otaknya. Ia memangdang ke arah istrinya dengan kening berkerut.
“Ada yang salah.” Ucapnya. “Jam itu. Jam pendulum besar yang ada di ruang tengah itu.”
“Apa yang salah?”
“Semalam jam itu berdentang dengan keras.”
“Apa itu hal yang aneh?” balas istrinya. “Jam itu memang seharusnya berdentang, ‘kan?”
“Ya, tapi di jam yang aneh.” Ucap Ethan. Ethan tahu betul bahwa semalam saat ia pergi ke dapur, jarum jam baru menunjukkan pukul setengah dua malam. Dan tidak mungkin jam itu berdentang di waktu yang aneh seperti itu.
“Mungkin sudah rusak.” Ucap Sammy. “Hal itu menjelaskan kenapa harganya bisa murah sekali, benar ‘kan?”
Ethan berusaha dengan keras untuk tidak memikirkan soal keanehan-keanehan yang terjadi pada dirinya. Selama ia bekerja hari itu, ia memfokuskan pikirannya pada apa yang ia kerjakan. Sedikitnya, memang ia dapat melupakan kejadian-kejadian aneh itu. Namun begitu ia selesai dengan tugasnya, pemikiran itu kembali lagi.
“Kau percaya dengan hantu?” tanya Ethan pada salah satu rekan kerjanya saat istirahat makan siang.
“Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal hal itu?” balas temannya. “Aku tidak mempercayainya, tapi…, kau kini tinggal di kawasan yang terkenal dengan hal-hal aneh.”
“Kota ini?” tanya Ethan. “Blackwood?”
“Ya. Blackwood.” Ucap temannya itu lagi. “Pusat dari segala hal supranatural dan misterius yang ada di Sherland. Dari sejarahnya 100 tahun yang lalu, tempat ini seolah terkutuk. Selalu saja ada kejadian aneh di kota ini. Kau bahkan nyaris tidak mempercayainya.”
“Tapi setelah apa yang kualami semalam,” ucap Ethan. “Kurasa ucapannya ada benarnya. Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Kau cari tahu soal rumah baru yang kau tempat itu.” Jawab temannya. “Atau, mengenai kursi goyang yang kau dapatkan.”
Hal itulah yang seketika Ethan lakukan begitu ia sampai di rumah sore harinya. Tanpa melepas kemeja kerjanya, ia segera duduk di hadapan sebuah komputer dan mulai berselancar di dunia maya. Ia mencari segala informasi yang berkaitan dengan Blackwood dan sejarah kelam dari kota yang ia tempati itu.
Ia sudah tidak tahu lagi berapa jam ia duduk di depan komputer, hingga ia sadari ruangannya menjadi gelap. Matahari sudah terbenam, dan Sammy datang menghampirinya dengan wajah penuh kekhawatiran.
“Ethan, kau sudah berada disana sejak…”
“Ya, aku tahu.” Sahut Ethan. Wajahnya terlihat kusut, lelah, namun ada senyum gembira di wajah itu.
“Sam, kuberitahu satu hal.” Ucap Ethan. Istrinya itu kemudian duduk di samping suaminya. Ethan langsung menunjukkan artikel-artikel mengenai benda-benda terkutuk yang ada di Blackwood. Dan salah satunya adalah kursi goyang yang berusia leih dari seratus tahun. Rupa dari kursi goyang yang ada di website itu sama persis dengan kursi goyang yang Ethan beli kemarin.
“Kursi itu terkutuk, sayang.” Ucap Ethan. “Dan kurasa kursi itu yang membuatku melihat hal yang tidak-tidak.”
“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang terhadap kursi itu? Membuangnya?”
Ethan merasa ragu dengan hal itu. Meskipun kursi itu memang terkutuk, namun mungkin memiliki nilau jual yang tinggi jika ia menawarkannya pada kolektor.
“Kita akan menyimpannya di gudang.” Ucap Ethan. Sammy terlihat tidak begitu suka dengan ide itu.
“Ethan, sebaiknya kau membuang saja kursi itu.”
“Tidak, Sam.” Bantah Ethan. “Aku akan menjualnya dengan harga tinggi. Kita bisa mendapatkan banyak keuntungan.”
Sammy berusaha untuk membujuk suaminya agar tidak tergiur dengan uang. Namun seberapa keras itu berusaha, Ethan bersikukuh dengan keputusannya. Dan sore itu juga, ia mengangkat kursi goyang itu ke arah gudang yang terletak di belakang rumah.
“Tidak akan ada gangguan lagi.” ucap Ethan sambil menepuk-nepuk kedua belah tangannya. Ia kemudian bergerak kembali masuk ke dalam rumah.
Ethan merasa begitu tenang setelah menyingkirkan kursi goyang itu. Ia pikir ia tidak akan mendapatkan gangguan lagi, tapi hal yang sama terjadi lagi saat ia tidur malam itu.
Ia merasa setengah sadar dan tidak. Ia seperti berada di dalam mimpi, namun secara bersamaan ia juga merasa begitu hidup. Ia dapat merasakan hawa dingin di kulitnya. Ia terbaring di atas tempat tidurnya, dan melihat sekelilingnya, namun ia tidak dapat bergerak.
Ethan menganggap ia hanya mendapatkan sleep paralysis, yang memang bisa saja terjadi. Namun ketika lampu kamarnya mulai berkedip tak beraturan, ia tahu bahwa hal buruk dan aneh lain akan terjadi.
Ethan berusaha membebaskan dirinya dari ikatan yang tak terlihat itu, namun ia tidak dapat berbuat apapun. Matanya sedikit terbuka, dan dapat dengan jelas melihat isi dalam kamarnya. Namun tangan dan kedua kakinya tidak dapat digerakkan. Keringat dingin pun mulai keluar dari permukaan kulitnya.
Ethan tersentak saat terdengar sebuah suara berderak dari arah luar kamar. Ia mencoba menolehkan kepalanya, namun ia tidak dapat melakukannya. Ethan semakin berkeringat dengan jantung berdetak kencang saat ia mendengar langkah-langkah pelan memasuki kamarnya. Ia mendengar pintu kamarnya dibuka, dan munculah satu bayangan di dinding. Sebuah siluet manusia dengan rambut panjang, seperti sosok dalam mimpi yang ia miliki saat itu.
“TIDAK!!” Ethan berteriak dalam hati. Ia tidak dapat berbuat apapun. Bayangan itu bergerak semakin dekat ke arahnya. Semakin dekat, semakin besar, lalu ia mendengar suara seretan benda tajam di kaki tempat tidurnya. Ethan melirik ke arah kakinya, dan ia melihat sebuah tangan menjangkaunya dari bawah tempat tidur. Ethan berteriak dengan keras di dalam kepalanya.
“PERGI! PERGI DARIKU!”
Rasanya teriakan itu sia-sia saja. Sebab, wajah yang membusuk dengan mata merah itu muncul seketika di hadapannya. Wajah itu menyeringai, saat dengan perlahan wajah itu mulai bergerak mendekati Ethan. Ethan semakin keras berteriak saat tangan kurus dari sosok itu mulai menjangkaunya. Lalu…
“TIDAK!!!!”
Ethan menegakkan tubuhnya seketika diatas tempat tidur. Bayangan dan sosok menjijikkan itu telah menghilang dari hadapannya. Ethan baru sadar bahwa ia baru saja memimpikan hal aneh. Namun rasanya begitu nyata.
“Sammy!” Ethan menolehkan kepalanya ke sisi tempat tidur. Namun istrinya tidk berada disana. Di tengah malam seperti itu, kemana kemungkinan istrinya pergi?
Ethan berjingkat saat terdengar sebuah suara berdenting dari arah dapur. Seperti sebuah suara pisau yang dijatuhkan ke lantai. Ethan langsung merasa bahwa ada yang tidak beres langusng melompat turun dari tempat tidurnya. Sebelum keluar dari kamar, ia sempat melihat jarum jam yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari.
“Sammy!” teriak Ethan memanggil istrinya. Namun tidak ada balasan. Namun ia mendengar satu suara aneh lain dari lantai satu. Suara berderak, berkeriak, seperti sebuah suara kayu tua yang…
Kursi itu!
Tidak mungkin! Ethan merasa bahwa apa yang terjadi sudah benar-benar diluar kendali. Kenapa kursi itu bisa kembali berada di dalam rumah setelah sore tadi ia letakkan di gudang? Apakah Sammy yang mengambilnya?
Benar saja. Ketika Ethan mencapai ruang tengah, kursi itu sudah berada di ruang tengah lagi. Dan terlihat bergoyang dengan sendirinya seperti apa yang terjadi malam sebelumnya. Ethan bergerak lagi, namun ia melompat seketika dengan jantung yang rasanya mau copot saat jam pendulum tua di ruangan itu berdentang di jam yang aneh lagi. semuanya terasa begitu aneh.
“Sammy!” Ethan berteriak lagi. ia mengarah ke dapur, dan mendapatkan satu kejutan yang tidak ia harapkan.
Cairan berwarna hitam pekat terlihat keluar dari celah kayu dilantai, dan telah memenuhi seluruh permukaan lantai di dapur. Sebelum Ethan tersadar dari rasa keterkejutannya, keran air tiba-tiba saja terbuka dan memancarkan cairan hitam pekat. Ethan mengerang, meremasi kepalanya sendiri.
Apa yang terjadi dengan dirinya? Apakah ini hanya mimpi?
Tidak. Semuanya terlihat begitu nyata. Sebilah pisau terlihat tergeletak di lantai di dekat kakinya. Tanpa berpikir, Ethan meraih pisau itu dan menggenggamnya erat-erat. Entah kenapa ia mendapat firasat bahwa sosok berwajah busuk itu akan datang lagi.
“Sammy, dimana kau?” teriaknya lagi. Terdengar satu jawaban dari arah salah satu ruangan. Namun bukan jawaban yang ia inginkan. Suara dari jawaban itu terdengar serak dan terkesan dingin.
“Ethan…” Suara serak itu terdengar menggema di dalam rumah itu. Cairan hitam masih terus saja keluar dari celah lantai dan wastafel, hingga akhinya meluber kemana-mana. Ethan menggenggam pisaunya erat-erat, dan berusaha menemukan sumber dari suara serak itu.
“Dimana kau, keparat?” ucapnya dengan emosi meluap-luap. Kenapa ia harus mendapatkan hal seperti ini? Kegilaan apa yang terjadi padanya?
Tubuh Ethan menegang saat ia mendengar suara langkah kaki pelan menuruni tangga dari lantai dua. Pisau yang ia genggam terarah ke depan, telah siap untuk ia gunakan. Kedua matanya memicing ke arah anak tangga, hingga akhirnya makhluk menjijikkan itu muncul tepat di depan kedua matanya.
Sesosok wanita dengan wajah membusuk, mata merah, dan rambut hitam kumal terlihat bergerak menuruni tangga secara perlahan. Mulutnya terbuka tertutup, mengucapkan nama Ethan yang terdengar begitu menusuk jiwa. Ethan berusaha untuk tetap tegar dengan posisinya. Meski kakinya bergetar, ia berusaha untuk tetap berdiri.
“Ethan…”
Suara itu lagi-lagi terdengar. Ethan semakin yakin bahwa apa yang terjadi bukanlah mimpi. Ia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang, dan keringat membasahi dahinya. Sosok itu semakin dekat ke arahnya. Dan cairan hitam dari dapur mulai meluber hingga ke ruang tengah. Ethan sudah kehilangan kesabarannya.
“PERGI KAU KEPARAT!” teriaknya murka. Pisau ia genggam tepat di depan dadanya, terarah pada dada sosok menjijikkan itu. Sosok itu masih terus bergerak ke arahnya, dengan mulut terbuka terutup, mengucapkan namanya.
“Ethan….”
Ethan menggelengkan kepalanya. Persetan dengan ucapan-ucapan itu!
“Ethan, sayang…”
Ethan merasakan aura yang tidak biasa ketika suara itu terdengar. Seperti suara Sammy, namun tidak tahu darimana asalnya. Sementara sosok menjijikkan itu semakin dekat dengan dirinya.
“Sammy!” teriak Ethan. Tapi ia tidak memiliki waktu untuk mencari keberadaan istrinya. Sosok itu sudah berada tepat di depannya, dengan tangan terulur ke arahnya, dan Ethan…
“PERGI DARIKU!!” teriak Ethan bersamaan dengan gerak tangannya maju ke arah sosok itu. Bilah pisau yang ia pegang tenggelam ke dalam dada sosok mengerikan itu. Sosok itu terlihat mengerang, dengan mulut terbuka, dan mata merah itu mulai mendelik ke arahnya.
“Pergilah, keparat! Pergi dari hidupku!” Ethan menatap tajam sosok itu, yang mulai terpuruk ke arah lantai. Tangan Ethan berlumuran dengan cairan berwarna hitam yang keluar dari luka tusukan pisau itu. Dan sosok itu akhirnya terjerembab ke lantai, tak sadarkan diri.
Ethan masih tidak dapat bergerak dari posisinya. Tangannya masih memegang pisau berlumuran cairan hitam itu. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia mungkin harus berusaha menemukan istrinya. Tapi…
Lubran cairan hitam dari dapur itu tiba-tiba saja menyentuh kakinya. Dan seketika, ada tangan-tangan kurus yang keluar dari dalam cairan hitam itu, mencengekram pergelangan kakinya. Ethan mencoba menarik kakinya terlepas namun usahanya sia-sia. Dan ia akhirnya kehilangan keseimbangan, dan terjatuh. Kepalanya terbentur pada sisi konter dapur, dan ia tak sadarkan diri.

**

“Ethan…”
Suara itu terdengar dengan begitu jelas di telinganya. Kepalanya teras begitu pusing dan ia tidak dapat membuka kedua matanya selama beberapa detik. Namun ia ingat dengan apa yang terjadi. Ia terjatuh ke lantai, setelah ia berhasil membunuh sosok mengerikan itu. Tapi cairan hitam dari dapur itu…
Perlahan ia dapat membuka matanya. cahaya dari lampu ruangan sedikit membutakannya, namun pada akhirnya ia berhasil melihat sekelilingnya. Alangkah terkejutnya ia saat ia sadari bahwa cairan hitam yang melubar itu telah sirna. Apakah karena ia berhasil membunuh sosok yang menghantuinya itu? Ethan melirik tangannya, dan ia melonjak seketika. Pisau yang ia pegang terlihat berlumuran darah merah yang masih segar.
Sosok itu…
Ethan merasa seolah ada yang menghantam perutnya dengan keras. Sebuah perasaan yang tidak karuan, dan seolah ada petir yang baru saja menyambar kepalanya. Kedua matanya melebar, dan pisau yang ia pegang terjatuh seketika. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sosok yang tergeletak di lantai itu…
“TIDAK!!!” teriak Ethan tak mempercayai apa yang terjadi. Tubuhnya seketika bergetar. Sosok menjijikkan itu sudah tidak ada di tempat itu lagi. Namun sebagai gantinya, sosok istrinya tergeletak di tempat sosok menjijikkan tadi berada, dengan darah membasahi bagian depan tubuhnya. Sammy terlihat sudah tidak bernyawa lagi, dengan satu lubang bekas pisau di dadanya.
“TIDAK!! SAMMY, TIDAK!!”
Ethan sadar kemudian bahwa makhluk itu telah menipu matanya. Ia sama sekali tidak membunuh sosok menjijikkan itu. Ia malah membunuh istrinya sendiri.
Ethan hanya dapat berteriak, menyesali apa yang telah ia perbuat, dengan tubuh bergetar dan air mata mengalir turun. Tubuh Sammy terlihat terkulai lemah dengan mata mendelik diatas lantai, terendam oleh darahnya sendiri. Ethan…, menggila seketika.
“TIDAK!!!”
Ethan tiba-tiba saja merasakan satu hembusan angin menerpanya dari depan. Dan kemudian ia lihat kursi goyang yang bergerak sendiri itu. Suara berkeriak dari kayunya yang tua, dan ada satu sosok yang duduk di kursi itu. Jantung Ethan berdegup kencang seketika. Sosok itu kemudian memutar kepalanya ke arah Ethan. Dan ia lihat, dua mata merah itu lagi. Dan ada satu seringai di wajah yang menjijikkan itu. Detik berikutnya, sosok itu menyerang ke arah Ethan yang tak berdaya. Ethan…, kehilangan nyawanya.

****


4 comments:

  1. Kereen... Tapi kapan nih special story di wattpad terbitnya?? Ditunggu loh janjinya��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah ada kok di wattpad.
      A little untold story of crystal walker. Bukan horror sih. Tp masih ada unsur misterinya.

      Delete
  2. Saya punya banyak akun google tapi kadang suka error. Makanya suka gonta ganti akun pas koment disini. My wattpad: arrya21

    ReplyDelete