Tanya terengah-engah. Keringat mengucur, membasahi dahi dan
separuh dari bajunya. Kakinya terasa begitu kencang setelah sekian lama
berlari. Sinar matahari sore itu memang sedikit menyengat, namun sama sekali
bukan menjadi masalah bagi Tanya. Ia memang merasa kelalahan, namun hal itu
sudahlah hal biasa. Mengingat ia sudah melakukan lari sore ini semenjak sebulan
yang lalu.
Tanya selalu menyempatkan
diri untuk berlari di taman setiap sore. Ia kini adalah anggota atlit lari di
sma barunya. Dan ia selalu menggunakan waktu luangnya di sore hari untuk
latihan.
Namun ada yang sedikit
berbeda dari jadwal latihannya sore itu. Ketika ia melewati rute yang biasa ia
pakai, langkah kakinya terhenti saat ada sekerumpulan orang mengerubung sebuah
tempat di tengah taman itu. Terlihat pula ada beberapa patugas polisi
mondar-mandir di tempat itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Seperti kebanyakan
orang, Tanya pun penasaran dengan kerumunan yang ada di tengah taman itu.
Tanya sadari kemudian bahwa
kerumunan itu berkumpul di sekitar toilet taman. Ada yang tidak beres. Tanya
mencoba untuk melihat melalui sela-sela kerumunan orang, namun usahanya
sia-sia. Ia tidak dapat melihat apa yang terjadi.
“Ada apa?” tanya gadis itu
pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
“Seseorang pingsan.” Jawab orang
itu. Tanya seketika mengernyitkan dahinya. Tidak mungkin orang pingsan bisa
menarik perhatian begitu banyak orang, ‘kan?
“Bukan begitu.” Balas orang
lain. Tanya seketika mengalihkan perhatiannya pada orang itu.
“Seorang gadis di temukan
mati di dalam toilet.”
Jantung Tanya melonjak
seketika. Apa yang ia dengar memang bukanlah sesuatu yang biasa. Mengingat biasanya
taman itu baik-baik saja, dan kini ada orang yang mati? Hal itu semakin membuat
Tanya penasaran.
“Kenapa?” tanya Tanya. “Kenapa
gadis itu bisa meninggal? Apakah ada yang menyerang…”
“Tidak.” Potong seseorang di
samping tanya. “Polisi mengatakan dia terkena serangan jantung.”
“Bukan serangan jantung.” Balas
orang lain. “Dokter mengatakan tidak ada yang aneh dengan tubuh gadis itu.”
“Lalu kenapa?”
Pertanya-pertanyaan lain pun
dilontarkan oleh banyak orang di sekitar tempat itu. Tidak ada yang benar-benar
tahu kenapa gadis itu bisa meninggal di dalam toilet. Yang jelas, kejadian yang
tidak terduga ini telah membuat sedikit keributan di kota kecil yang biasanya
tenang itu.
Tanya tidak dapat melupakan
apa yang baru saja ia lihat di taman. Ketika ia pulang ke rumah, ia segera
menceritakan apa yang sudah ia lihat pada kakaknya, Amber, dan juga keuda orang
tuanya.
“Seorang gadis meninggal di
toilet taman?” ibu Tanya mengernyitkan dahinya. Ekspresinya sama seperti Tanya
saat mendengar kabar itu.
“Ya.” ucap Tanya. “Tapi
tidak ada kejelasan kenapa gadis itu bisa meninggal. Seseorang mengatakan
serangan jantung, orang lain mengatakan hal lain.”
“Bukan kematian biasa,
kurasa.” Sahut Amber. Kakak dari tanya itu terlihat begitu santai menanggapi
cerita itu. Amber hanya duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.
“Apa maksudmu?” tanya Tanya
pada kakaknya itu. Amber hanya memberikan kerilingan singkat.
“Kau belum pernah mendengar
legendanya?” tanya Amber sedetik kemudian. Ucapannya ini tentu saja menarik
perhatian Tanya.
“Apa? Legenda tentang apa?
Amber, katakan padaku! Apakah ada sesuatu soal tempat itu yang…”
“Ya.” sahut Amber cepat. Seketika
ia mengarahkan tatapan seriusnya pada Tanya. Tanya menunggu dengan jantung
berdebar-debar mengenai apa yang akan diucapkan oleh kakaknya itu.
“Toilet itu…” ucap Amber
dengan nada dalam. “Toilet itu terkutuk. Toilet itu selalu meminta tumbal. Dan setiap
orang yang masuk ke dalam toilet itu akan mengalami nasib yang sama. Mereka akan…,
mati.”
Jantung Tanya lagi-lagi
melonjak. Ucapan dari kakaknya itu benar-benar mengena di hatinya. Apakah benar?
Apakah toilet di taman itu memang benar-benar terkutuk?
“Kau serius, Amber?” tanya
Tanya. “Aku sudah berkali-kali ke toilet itu tapi…”
Amber seketika melepas tawa
lebarnya sambil memukul permukaan meja. Ia berhasil mengecoh adiknya itu. Dan Tanya
merasa sedikit kesal dengan ulah usil kakaknya itu.
“Ya, lucu sekali.” Ucap Tanya
seraya bangkit dari kursi yang ia duduki. “Dasar!”
“Kau tentu tidak percaya
cerita takhayul seperti itu, ‘kan?” ucap Amber. “Oh…, gadis itu mungkin memang
terkena serangan jantung. Tidak ada hal mistis. Percaya padaku!”
Untuk sesaat, atau selama
beberapa hari, Tanya percaya bahwa memang tidak ada sesuatu yang mistis dengan
toilet di tengah taman itu. Namun suatu ketika, Tanya mendengar kabar bahwa ada
yang pingsan di toilet wanita di toilet taman itu. Tanya merasa penasaran lagi
dengan apa yang terjadi di toilet itu.
“Mungkin memang bukan
takhayul.” Ucap salah satu teman Tanya saat Tanya menceritakan mengenai
kematian dan pingsannya seorang gadis itu.
“Apa yang sudah kau dengar
soal toilet itu?” tanya Tanya pada Dana, temannya.
“Banyak hal.” Jawab Dana. “Jika
kau masuk ke toilet itu lebih dari pukul lima sore, katanya akan ada sesuatu
yang keluar.”
“Apa?” Tanya mengernyit. “Apa
yang keluar? Apa maksud dari ucapanmu itu, Dana?”
“Dari cermin di dalam toilet
itu.” Ucap Dana. “Katanya, arwah seorang gadis hidup di dalam cermin toilet
itu.”
Tanya tidak tahu apakah ia
harus mempercayai cerita itu atau tidak. Namun dengan adanya dua kejadian aneh
di taman itu, rasanya sedikit tidak sopan untuk meremehkan cerita itu, meski
tergolong supranatural.
Tanya sudah pernah masuk ke
dalam toilet wanita di taman itu, tentu saja. Namun selama ini ia merasa
biasa-biasa saja dan tidak ada yang terjadi pada dirinya. Namun ia belum pernah
masuk setelah pukul lima sore.
Suatu ketika saat ia sedang
melakukan lari sore seperti biasa, Tanya memiliki keinginan untuk ke toilet. Ia
lirik jam di tangannya, dan jarum jam belum melewati pukul lima sore. Jika
cerita takhayul mengenai arwah itu benar, maka tidak akan ada yang terjadi pada
dirinya.
Tanya melakukan bisnis
kecilnya seperti biasa. Ia menggunakan bilik toilet selama beberapa menit, dan
memang tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Meski harus ia akui, suasana sore
hari di dalam toilet taman itu memang sedikit menyeramkan.
Toiletnya memang bersih dan
tidak banyak corat-coretan. Dan airnya juga masih bisa mengalir dengan lancar. Sepertinya
tidak ada alasan untuk menjelek-jelekkan toilet itu, kecuali dengan cerita soal
arwah di cermin itu.
Tanya menatap pantulan
dirinya sendiri di cermin saat ia mencuci tangan. Pikirannnya seketika kembali
teringat akan cerita Dana soal arwah yang hidup di dalam cermin. Seperti apa
rupa arwah itu? Dan pasti ada suatu pemicu agar arwah itu bisa keluar dari
cermin, ‘kan? Mungkin dengan melakukan sesuatu, hal yang spesifik?
Tanya melepas tawa kecil,
menertawakan dirinya sendiri yang sudah berpikir konyol. Apa yang ia harapkan? Apakah
ia berniat mengundang arwah itu untuk keluar dari toilet?
Tanya hampir saja melepaskan
pandangannya dari cermin saat ia seketika melihat ada sekelebatan bayangan
hitam melintas di belakang tubuhnya. Ia melihat pantulannya dari cermin. Seketika
ia memutar kepalanya, dan tentu saja tidak ada apa-apa di belakangnya. Apa yang
sudah ia lihat?
Selama beberapa detik, Tanya
memaku pandangannya pada cermin di depannya. Otaknya sekali lagi berputar,
mengingat cerita Dana soal arwah itu. Apakah arwah itu muncul? Tanya seketika
melihat jam tangannya, dan jantungnya hampir saja merosot.
Jam lima lebih dua menit!
Tanya sadar bahwa ia berada
dalam bahaya jika ia terus berada di dalam toilet itu. Ia mencoba untuk
bergerak pergi, namun kemudian langkahnya terhenti saat lampu toilet tiba-tiba
saja meredup. Tidak! Tanya membeku di tempatnya. Apakah arwah itu akan…
Ia melonjak kaget saat keran
tiba-tiba saja terbuka dengan sendirinya.mengucurkan aliran air deras ke arah
wastafel. Tanya sadar bahwa ia sudah dipermainkan oleh sesuatu yang ada di
dalam toilet itu. Lampu berkedip, lalu ada bayangan hitam di cermin, dan kini
keran yang tiba-tiba hidup sendiri. Tanya tahu bahwa cerita mistis soal toilet
itu benar.
Tanya berhasil keluar dari
toilet itu sebelum ia jatuh pingsan. Ia tidak peduli lagi dengan lari sorenya,
dan ia memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Begitu ia sampai rumah, ia ceritakan
segala hal yang sudah alami di toilet itu pada kakaknya.
“Sungguh, aku tidak
berbohong!” ucap Tanya mencoba meyakinkan kakaknya yang terlihat tidak begitu
percaya dengan ceritanya.
“Kau pasti hanya kelelahan
setelah berlari, Tanya.” Ucap Amber. “Kau mengada-ada.”
“Tidak, aku serius! Aku tidak
berkhayal soal hal itu!”
Amber kemudian mendenguskan
nafasnya, dan memberikan satu tatapan serius pada adiknya itu.
“Oke,” ucapnya. “Kita akan
membuktikannya besok.”
**
Tanya tidak menyukai ide
radikal kakaknya itu. Bagaimana jika hal buruk sampai terjadi? Bagaimana jika
salah satu dari mereka akan mendapatkan nasib yang sama dengan gadis yang tewas
di dalam toilet itu?
“Amber!”
“Jangan jadi pengecut,
Tanya!” ucap Amber. Ia dan adiknya melangkah cepat di jalan setapak di tengah
taman. Hari sudah mulai sore. jarum jam menunjukkan pukul lima kurang lima
belas menit.
“Jika apa yang temanmu itu
ucapkan benar, hantu itu akan keluar setelah pukul lima, ‘kan?” ucap Amber. “Kita
akan masuk setelah pukul lima. Dan aku akan membuktikan padamu bahwa tidak ada
yang namanya hantu.”
Tanya menggigit bibirnya
sendiri. Ia ragu untuk masuk ke dalam toilet itu setelah pukul lima. Namun ia
tidak mau dikatakan pengecut oleh kakaknya. Mau tidak mau, ia harus masuk ke
dalam toilet itu.
Keduanya telah berdiri di
depan toilet yang bermasalah itu. Cahaya jingga yang sudah sirna dari langit
membuat suasana toilet itu terlihat sedikit mencekam. Seolah ada mata-mata yang
mengawasi dari sudut-sudut gelap. Tanya merasakan jantungnya berdegup dengan
kencang, dan rasanya tak karuan.
“Sebentar lagi.” ucap Amber
sambil melihat pada jam tangannya.
Tanya mulai ragu. Apakah ia
harus membatalkan ide ini? Apakah ia harus menarik Amber pulang? Namun ia tidak
mau dikatakan pengecut. Lalu bagaimana jika arwah itu memang benar-benar
keluar? Tanya benar-benar merasa pusing dengan apa yang ia pikirkan. Hingga ia
sadari kemudian, bahwa jarum jam telah melewati angka dua belas.
“Ini saat pembuktian, Tanya.
Ayo masuk!”
Amber mendahului masuk ke
dalam toilet wanita itu dengan langkah yang pasti tanpa keraguan. Tanya
mengekor di belakangnya dengan perasaan yang tak karuan. Kedanya bergerak di
depan wastafel, sambil memandang ke arah cermin yang dengan jelas menampilkan
pantulan diri mereka.
“Lihat, ‘kan?” ucap Amber. “Tidak
ada apa-apa. Temanmu itu hanya membohongimu, Tanya. Tidak ada yang namanya ar…”
Ucapan Amber seketika
terputus, dan wajah dari gadis itu memucat. Tanya yang penasaran dengan tingkah
kakaknya itu segera menyentuh lengan kakaknya.
“Amber, kenapa denganmu?”
Amber terlihat menggelengkan
kepalanya. Ia melirik ke arah Tanya, lalu memadnang kembali ke arah cermin.
“Tidak, tidak!” ucap Amber. “Aku
hanya salah lihat. Tidak ada apa-apa di dalam toilet ini, ‘kan? Aku hanya…”
Ucapannya kembali terpotong
saat lampu toilet tiba-tiba saja berkedip. Jantung tanya melonjak seketika, dan
ia dapat mendengar satu jeritan. Amber menjerit saat tiba-tiba saja terlembar
ke arah dinding.
“Amber!”
“Tidak!” keluh Amber seraya
bangkit lagi ke posisi berdiri. Wajahnya yang awalnya kalem itu kini dipenuhi
dengan kepanikan.
“Ya, ya.” ucapnya. “Ada! Sosok
itu…”
Lampu toilet itu tiba-tiba
saja padam, dan keduanya berada di dalam kegelapan total tanpa dapat melihat
apapun.
“Tanya!”
“Aku disini.” Ucap Tanya. Ia
meraih lengan kakaknya yang mulai berkeringat. “Amber, kita harus…
“AAAAAHHHHHHHH!!!!!
“AMBER!!!”
Amber seperti ditarik oleh
sebuah kekuatan yang tidak terlihat. Ia membentur dinding beberapa kali,
sebelum akhirnya terpuruk ke lantai. Masih berada di dalam kegelapan, Tanya
tidak tahu apa yang sudah terjadi. Dan ketika lampu kembali menyala, ia lihat
Amber terpuruk di lantai dengan darah mengucur dari dalam kepalanya.
“Tidak!”
“Tanya…, lari!”
Tanya memutar tubuhnya dan
berlari ke arah pintu keluar. Namun ketika ia memutar kenob pintu, pintu itu
tidak mau terbuka sedikitpun. Seperti ada sebuah kekuatan tak kasat mata yang
menahan pintu itu tertutup.
“TOLONG!!” teriak Tanya. Namun
tidak ada yang mendengar teriakannya. Ia mendengar Amber merintih, dengan satu
ucapan yang tidak jelas.
“Di…belakangmu…”
Tanya seketika memutar
kepalanya, dan ia melihat seorang gadis dalam balutan pakaian hitam telah
berdiri di depannya. Mata merah, dengan gigi meringis. Lalu tangan membusuk itu
mengarah ke wajah Tanya.
**
Tanya mengerjap. Nafas
seolah telah direnggut dari dirinya, dan jantungnya berdesir dengan keras. Ia membuka
matanya, dan ia dapat melihat cahaya keemasan matahari pagi di tengah taman. Ia
tersadar dari pingsannya. Dan ia dapat melihat wajah di depannya. Wajah orang
yang tidak ia kenal.
“Dia sudah sadar.” Ucap pria
itu. Tanya mencoba menegakkan tubuhnya, namun ia didorong tidur lagi oleh
petugas medis yang ada di tempat itu.
Ketika ia sudah dapat
melihat segalanya dengan jelas, barulah ia sadari bahwa ia berada tepat di luar
toilet taman. Yang kini menjadi pertanyaan, dimana kakaknya? Dimana Amber?
“Yang satu hidup, dan sudah
sadar.” Ucap salah seorang anggota polisi yang berdiri tak jauh dari Tanya. “Yang
satu lagi…
Apa? Apa yang terjadi pada
Amber? Tanya memaksa tubuhnya berdiri, lalu berlari ke arah toilet. Di dalam,
ia dapat melihat beberapa anggota polisi berdiri di samping sebuah tubuh yang
Tanya kenali dengan betul. Amber, tergeletak tak bernyawa.
“TIDAK!!!!”
Jeritan Tanya menjadi
semacam jeritan yang tak terdengar. Rasa penasaran telah merenggut nyawa Amber
malam itu. Dan yang ada dalam hati Tanya hanyalah penyesalan. Makhluk yang hidup
di dalam toilet itu telah merenggut kakaknya. Dan mungkin akan merenggut nyawa
orang-orang berikutnya. Tidak ada yang dapat Tanya lakukan. Yang jelas, ia
tidak akan pernah kembali ke taman itu lagi.
****
65
ReplyDeleteWattpad: Gusti_Deandra
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAh, selalu suka dengan cerita-cerita dari Mas Deandra ;) gak ada niatan untuk bikin kumcermis, mas? :D
ReplyDeleteThanks, Put. Belum ada rencana untuk saat ini.
DeleteWahhh... Ketinggalan cerita nih ��
ReplyDelete