Thursday, August 24, 2017

IT LIVES IN THE TOILET



Tanya terengah-engah. Keringat mengucur, membasahi dahi dan separuh dari bajunya. Kakinya terasa begitu kencang setelah sekian lama berlari. Sinar matahari sore itu memang sedikit menyengat, namun sama sekali bukan menjadi masalah bagi Tanya. Ia memang merasa kelalahan, namun hal itu sudahlah hal biasa. Mengingat ia sudah melakukan lari sore ini semenjak sebulan yang lalu.
Tanya selalu menyempatkan diri untuk berlari di taman setiap sore. Ia kini adalah anggota atlit lari di sma barunya. Dan ia selalu menggunakan waktu luangnya di sore hari untuk latihan.
Namun ada yang sedikit berbeda dari jadwal latihannya sore itu. Ketika ia melewati rute yang biasa ia pakai, langkah kakinya terhenti saat ada sekerumpulan orang mengerubung sebuah tempat di tengah taman itu. Terlihat pula ada beberapa patugas polisi mondar-mandir di tempat itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Seperti kebanyakan orang, Tanya pun penasaran dengan kerumunan yang ada di tengah taman itu.
Tanya sadari kemudian bahwa kerumunan itu berkumpul di sekitar toilet taman. Ada yang tidak beres. Tanya mencoba untuk melihat melalui sela-sela kerumunan orang, namun usahanya sia-sia. Ia tidak dapat melihat apa yang terjadi.
“Ada apa?” tanya gadis itu pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
“Seseorang pingsan.” Jawab orang itu. Tanya seketika mengernyitkan dahinya. Tidak mungkin orang pingsan bisa menarik perhatian begitu banyak orang, ‘kan?
“Bukan begitu.” Balas orang lain. Tanya seketika mengalihkan perhatiannya pada orang itu.
“Seorang gadis di temukan mati di dalam toilet.”
Jantung Tanya melonjak seketika. Apa yang ia dengar memang bukanlah sesuatu yang biasa. Mengingat biasanya taman itu baik-baik saja, dan kini ada orang yang mati? Hal itu semakin membuat Tanya penasaran.
“Kenapa?” tanya Tanya. “Kenapa gadis itu bisa meninggal? Apakah ada yang menyerang…”
“Tidak.” Potong seseorang di samping tanya. “Polisi mengatakan dia terkena serangan jantung.”
“Bukan serangan jantung.” Balas orang lain. “Dokter mengatakan tidak ada yang aneh dengan tubuh gadis itu.”
“Lalu kenapa?”
Pertanya-pertanyaan lain pun dilontarkan oleh banyak orang di sekitar tempat itu. Tidak ada yang benar-benar tahu kenapa gadis itu bisa meninggal di dalam toilet. Yang jelas, kejadian yang tidak terduga ini telah membuat sedikit keributan di kota kecil yang biasanya tenang itu.
Tanya tidak dapat melupakan apa yang baru saja ia lihat di taman. Ketika ia pulang ke rumah, ia segera menceritakan apa yang sudah ia lihat pada kakaknya, Amber, dan juga keuda orang tuanya.
“Seorang gadis meninggal di toilet taman?” ibu Tanya mengernyitkan dahinya. Ekspresinya sama seperti Tanya saat mendengar kabar itu.
“Ya.” ucap Tanya. “Tapi tidak ada kejelasan kenapa gadis itu bisa meninggal. Seseorang mengatakan serangan jantung, orang lain mengatakan hal lain.”
“Bukan kematian biasa, kurasa.” Sahut Amber. Kakak dari tanya itu terlihat begitu santai menanggapi cerita itu. Amber hanya duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.
“Apa maksudmu?” tanya Tanya pada kakaknya itu. Amber hanya memberikan kerilingan singkat.
“Kau belum pernah mendengar legendanya?” tanya Amber sedetik kemudian. Ucapannya ini tentu saja menarik perhatian Tanya.
“Apa? Legenda tentang apa? Amber, katakan padaku! Apakah ada sesuatu soal tempat itu yang…”
“Ya.” sahut Amber cepat. Seketika ia mengarahkan tatapan seriusnya pada Tanya. Tanya menunggu dengan jantung berdebar-debar mengenai apa yang akan diucapkan oleh kakaknya itu.
“Toilet itu…” ucap Amber dengan nada dalam. “Toilet itu terkutuk. Toilet itu selalu meminta tumbal. Dan setiap orang yang masuk ke dalam toilet itu akan mengalami nasib yang sama. Mereka akan…, mati.”
Jantung Tanya lagi-lagi melonjak. Ucapan dari kakaknya itu benar-benar mengena di hatinya. Apakah benar? Apakah toilet di taman itu memang benar-benar terkutuk?
“Kau serius, Amber?” tanya Tanya. “Aku sudah berkali-kali ke toilet itu tapi…”
Amber seketika melepas tawa lebarnya sambil memukul permukaan meja. Ia berhasil mengecoh adiknya itu. Dan Tanya merasa sedikit kesal dengan ulah usil kakaknya itu.
“Ya, lucu sekali.” Ucap Tanya seraya bangkit dari kursi yang ia duduki. “Dasar!”
“Kau tentu tidak percaya cerita takhayul seperti itu, ‘kan?” ucap Amber. “Oh…, gadis itu mungkin memang terkena serangan jantung. Tidak ada hal mistis. Percaya padaku!”
Untuk sesaat, atau selama beberapa hari, Tanya percaya bahwa memang tidak ada sesuatu yang mistis dengan toilet di tengah taman itu. Namun suatu ketika, Tanya mendengar kabar bahwa ada yang pingsan di toilet wanita di toilet taman itu. Tanya merasa penasaran lagi dengan apa yang terjadi di toilet itu.
“Mungkin memang bukan takhayul.” Ucap salah satu teman Tanya saat Tanya menceritakan mengenai kematian dan pingsannya seorang gadis itu.
“Apa yang sudah kau dengar soal toilet itu?” tanya Tanya pada Dana, temannya.
“Banyak hal.” Jawab Dana. “Jika kau masuk ke toilet itu lebih dari pukul lima sore, katanya akan ada sesuatu yang keluar.”
“Apa?” Tanya mengernyit. “Apa yang keluar? Apa maksud dari ucapanmu itu, Dana?”
“Dari cermin di dalam toilet itu.” Ucap Dana. “Katanya, arwah seorang gadis hidup di dalam cermin toilet itu.”
Tanya tidak tahu apakah ia harus mempercayai cerita itu atau tidak. Namun dengan adanya dua kejadian aneh di taman itu, rasanya sedikit tidak sopan untuk meremehkan cerita itu, meski tergolong supranatural.
Tanya sudah pernah masuk ke dalam toilet wanita di taman itu, tentu saja. Namun selama ini ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang terjadi pada dirinya. Namun ia belum pernah masuk setelah pukul lima sore.
Suatu ketika saat ia sedang melakukan lari sore seperti biasa, Tanya memiliki keinginan untuk ke toilet. Ia lirik jam di tangannya, dan jarum jam belum melewati pukul lima sore. Jika cerita takhayul mengenai arwah itu benar, maka tidak akan ada yang terjadi pada dirinya.
Tanya melakukan bisnis kecilnya seperti biasa. Ia menggunakan bilik toilet selama beberapa menit, dan memang tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Meski harus ia akui, suasana sore hari di dalam toilet taman itu memang sedikit menyeramkan.
Toiletnya memang bersih dan tidak banyak corat-coretan. Dan airnya juga masih bisa mengalir dengan lancar. Sepertinya tidak ada alasan untuk menjelek-jelekkan toilet itu, kecuali dengan cerita soal arwah di cermin itu.
Tanya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin saat ia mencuci tangan. Pikirannnya seketika kembali teringat akan cerita Dana soal arwah yang hidup di dalam cermin. Seperti apa rupa arwah itu? Dan pasti ada suatu pemicu agar arwah itu bisa keluar dari cermin, ‘kan? Mungkin dengan melakukan sesuatu, hal yang spesifik?
Tanya melepas tawa kecil, menertawakan dirinya sendiri yang sudah berpikir konyol. Apa yang ia harapkan? Apakah ia berniat mengundang arwah itu untuk keluar dari toilet?
Tanya hampir saja melepaskan pandangannya dari cermin saat ia seketika melihat ada sekelebatan bayangan hitam melintas di belakang tubuhnya. Ia melihat pantulannya dari cermin. Seketika ia memutar kepalanya, dan tentu saja tidak ada apa-apa di belakangnya. Apa yang sudah ia lihat?
Selama beberapa detik, Tanya memaku pandangannya pada cermin di depannya. Otaknya sekali lagi berputar, mengingat cerita Dana soal arwah itu. Apakah arwah itu muncul? Tanya seketika melihat jam tangannya, dan jantungnya hampir saja merosot.
Jam lima lebih dua menit!
Tanya sadar bahwa ia berada dalam bahaya jika ia terus berada di dalam toilet itu. Ia mencoba untuk bergerak pergi, namun kemudian langkahnya terhenti saat lampu toilet tiba-tiba saja meredup. Tidak! Tanya membeku di tempatnya. Apakah arwah itu akan…
Ia melonjak kaget saat keran tiba-tiba saja terbuka dengan sendirinya.mengucurkan aliran air deras ke arah wastafel. Tanya sadar bahwa ia sudah dipermainkan oleh sesuatu yang ada di dalam toilet itu. Lampu berkedip, lalu ada bayangan hitam di cermin, dan kini keran yang tiba-tiba hidup sendiri. Tanya tahu bahwa cerita mistis soal toilet itu benar.
Tanya berhasil keluar dari toilet itu sebelum ia jatuh pingsan. Ia tidak peduli lagi dengan lari sorenya, dan ia memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Begitu ia sampai rumah, ia ceritakan segala hal yang sudah alami di toilet itu pada kakaknya.
“Sungguh, aku tidak berbohong!” ucap Tanya mencoba meyakinkan kakaknya yang terlihat tidak begitu percaya dengan ceritanya.
“Kau pasti hanya kelelahan setelah berlari, Tanya.” Ucap Amber. “Kau mengada-ada.”
“Tidak, aku serius! Aku tidak berkhayal soal hal itu!”
Amber kemudian mendenguskan nafasnya, dan memberikan satu tatapan serius pada adiknya itu.
“Oke,” ucapnya. “Kita akan membuktikannya besok.”

**

Tanya tidak menyukai ide radikal kakaknya itu. Bagaimana jika hal buruk sampai terjadi? Bagaimana jika salah satu dari mereka akan mendapatkan nasib yang sama dengan gadis yang tewas di dalam toilet itu?
“Amber!”
“Jangan jadi pengecut, Tanya!” ucap Amber. Ia dan adiknya melangkah cepat di jalan setapak di tengah taman. Hari sudah mulai sore. jarum jam menunjukkan pukul lima kurang lima belas menit.
“Jika apa yang temanmu itu ucapkan benar, hantu itu akan keluar setelah pukul lima, ‘kan?” ucap Amber. “Kita akan masuk setelah pukul lima. Dan aku akan membuktikan padamu bahwa tidak ada yang namanya hantu.”
Tanya menggigit bibirnya sendiri. Ia ragu untuk masuk ke dalam toilet itu setelah pukul lima. Namun ia tidak mau dikatakan pengecut oleh kakaknya. Mau tidak mau, ia harus masuk ke dalam toilet itu.
Keduanya telah berdiri di depan toilet yang bermasalah itu. Cahaya jingga yang sudah sirna dari langit membuat suasana toilet itu terlihat sedikit mencekam. Seolah ada mata-mata yang mengawasi dari sudut-sudut gelap. Tanya merasakan jantungnya berdegup dengan kencang, dan rasanya tak karuan.
“Sebentar lagi.” ucap Amber sambil melihat pada jam tangannya.
Tanya mulai ragu. Apakah ia harus membatalkan ide ini? Apakah ia harus menarik Amber pulang? Namun ia tidak mau dikatakan pengecut. Lalu bagaimana jika arwah itu memang benar-benar keluar? Tanya benar-benar merasa pusing dengan apa yang ia pikirkan. Hingga ia sadari kemudian, bahwa jarum jam telah melewati angka dua belas.
“Ini saat pembuktian, Tanya. Ayo masuk!”
Amber mendahului masuk ke dalam toilet wanita itu dengan langkah yang pasti tanpa keraguan. Tanya mengekor di belakangnya dengan perasaan yang tak karuan. Kedanya bergerak di depan wastafel, sambil memandang ke arah cermin yang dengan jelas menampilkan pantulan diri mereka.
“Lihat, ‘kan?” ucap Amber. “Tidak ada apa-apa. Temanmu itu hanya membohongimu, Tanya. Tidak ada yang namanya ar…”
Ucapan Amber seketika terputus, dan wajah dari gadis itu memucat. Tanya yang penasaran dengan tingkah kakaknya itu segera menyentuh lengan kakaknya.
“Amber, kenapa denganmu?”
Amber terlihat menggelengkan kepalanya. Ia melirik ke arah Tanya, lalu memadnang kembali ke arah cermin.
“Tidak, tidak!” ucap Amber. “Aku hanya salah lihat. Tidak ada apa-apa di dalam toilet ini, ‘kan? Aku hanya…”
Ucapannya kembali terpotong saat lampu toilet tiba-tiba saja berkedip. Jantung tanya melonjak seketika, dan ia dapat mendengar satu jeritan. Amber menjerit saat tiba-tiba saja terlembar ke arah dinding.
“Amber!”
“Tidak!” keluh Amber seraya bangkit lagi ke posisi berdiri. Wajahnya yang awalnya kalem itu kini dipenuhi dengan kepanikan.
“Ya, ya.” ucapnya. “Ada! Sosok itu…”
Lampu toilet itu tiba-tiba saja padam, dan keduanya berada di dalam kegelapan total tanpa dapat melihat apapun.
“Tanya!”
“Aku disini.” Ucap Tanya. Ia meraih lengan kakaknya yang mulai berkeringat. “Amber, kita harus…
“AAAAAHHHHHHHH!!!!!
“AMBER!!!”
Amber seperti ditarik oleh sebuah kekuatan yang tidak terlihat. Ia membentur dinding beberapa kali, sebelum akhirnya terpuruk ke lantai. Masih berada di dalam kegelapan, Tanya tidak tahu apa yang sudah terjadi. Dan ketika lampu kembali menyala, ia lihat Amber terpuruk di lantai dengan darah mengucur dari dalam kepalanya.
“Tidak!”
“Tanya…, lari!”
Tanya memutar tubuhnya dan berlari ke arah pintu keluar. Namun ketika ia memutar kenob pintu, pintu itu tidak mau terbuka sedikitpun. Seperti ada sebuah kekuatan tak kasat mata yang menahan pintu itu tertutup.
“TOLONG!!” teriak Tanya. Namun tidak ada yang mendengar teriakannya. Ia mendengar Amber merintih, dengan satu ucapan yang tidak jelas.
“Di…belakangmu…”
Tanya seketika memutar kepalanya, dan ia melihat seorang gadis dalam balutan pakaian hitam telah berdiri di depannya. Mata merah, dengan gigi meringis. Lalu tangan membusuk itu mengarah ke wajah Tanya.

**

Tanya mengerjap. Nafas seolah telah direnggut dari dirinya, dan jantungnya berdesir dengan keras. Ia membuka matanya, dan ia dapat melihat cahaya keemasan matahari pagi di tengah taman. Ia tersadar dari pingsannya. Dan ia dapat melihat wajah di depannya. Wajah orang yang tidak ia kenal.
“Dia sudah sadar.” Ucap pria itu. Tanya mencoba menegakkan tubuhnya, namun ia didorong tidur lagi oleh petugas medis yang ada di tempat itu.
Ketika ia sudah dapat melihat segalanya dengan jelas, barulah ia sadari bahwa ia berada tepat di luar toilet taman. Yang kini menjadi pertanyaan, dimana kakaknya? Dimana Amber?
“Yang satu hidup, dan sudah sadar.” Ucap salah seorang anggota polisi yang berdiri tak jauh dari Tanya. “Yang satu lagi…
Apa? Apa yang terjadi pada Amber? Tanya memaksa tubuhnya berdiri, lalu berlari ke arah toilet. Di dalam, ia dapat melihat beberapa anggota polisi berdiri di samping sebuah tubuh yang Tanya kenali dengan betul. Amber, tergeletak tak bernyawa.
“TIDAK!!!!”
Jeritan Tanya menjadi semacam jeritan yang tak terdengar. Rasa penasaran telah merenggut nyawa Amber malam itu. Dan yang ada dalam hati Tanya hanyalah penyesalan. Makhluk yang hidup di dalam toilet itu telah merenggut kakaknya. Dan mungkin akan merenggut nyawa orang-orang berikutnya. Tidak ada yang dapat Tanya lakukan. Yang jelas, ia tidak akan pernah kembali ke taman itu lagi.

****

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Ah, selalu suka dengan cerita-cerita dari Mas Deandra ;) gak ada niatan untuk bikin kumcermis, mas? :D

    ReplyDelete
  3. Wahhh... Ketinggalan cerita nih ��

    ReplyDelete