Wednesday, December 14, 2016

KALUNG ZAMRUD PETAKA



Amber tidak bisa tidur lagi malam itu. Untuk yang kesekian kali, ia selalu terbangun setiap pukul dua dini hari dikarenakan sebuah suara aneh yang muncul di dalam kamarnya. Sebuah suara berkelotak seperti benda yang bergerak di lantai, namun hingga detik itu Amber tidak mampu menemukan sumber suara misterius itu.
Amber bangkit ke posisi duduk. Di dalam kamar yang gelap, ia mencoba untuk memegang kenyataan bahwa apa yang ia dengar mungkin hanyalah imajinasinya. Ia memang sering mimpi aneh selama beberapa minggu terakhir. Semuanya terjadi karena ia terlalu lelah. Ia bekerja lembur sejak dua minggu yang lalu. Dan ia pergi tidur dengan begitu banyak masalah di dalam kepalanya.
“Hanya ada di dalam kepalamu, Amber.” Ucap Amber dalam hati, mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa suara berkelotak itu mungkin bukan suara yang nyata.
Namun untuk memastikannya, Amber bangkit dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamar. Cahaya temaram seketika berpendar dari lampu meja di samping tempat tidur, menyiram ke seluruh isi kamar apartemennya. Yang terlihat hanyalah beberapa barang biasa di sudut kamar, ada jaekt di gantungan baju, dan sepatu-sepatunya di sisi ruangan yang lain. Amber masih mencoba menebak-nebak apa yang membuat suara berkelotak setiap malam itu.
Ia mencoba menyengggol beberapa barang yang tergeletak di lantai. Namun tidak ada satupun benda yang menciptakan suara yang sama dengan apa yang ia dengar. Suara berkelotak, seolah ada sesuatu yang hidup yang ingin melompat keluar dari sarangnya. Mustahil, pikir Amber. Ia pada akhirnya mencoba untul melupakan soal suara itu dan kembali ke tempat tidur. Ia matikan lampu, dan untuk yang kedua kalinya, ia kembali tidur.
Amber mulai menyadari suara berkelotak itu sejak seminggu yang lalu. Di suatu malam, ia mendapatkan mimpi yang begitu buruk yang membuatnya terbangun dengan kaos basah oleh keringat dingin. Di saat yang bersamaan, ia mendengar suara berkelotak itu. Suaranya terdengar jelas saat Amber masih menutup mata. Namun ketika ia mencoba untuk bangun, suara itu berhenti dengan seketika. Seolah benda yang membuat suara itu memiliki mata, dan sadar akan kehadiran Amber.
Amber mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Ia beekrja seperti biasa di kantor, dan pulang sekitar pukul lima sore. Namun kecemasan mengenai suara itu kembali muncul di dadanya saat ia sedang mengarah ke kamar, ia mendengar suara berkelotak itu lagi dengan jelas. Ia yakin seratus persen bahwa suara itu berasal dari dalam kamarnya. Namun ketika ia periksa lagi, tidak ada satupun benda yang bisa menggelinding atau semacamnya.
Amber sudah mencoba untuk menceritakan hal ini pada salah satu temannya. Namun ucapan dari mereka benar-benar tidak membantu. Mereka mengucapkan sesuatu mengenai hal-hal spiritual yang kenyataannya tidak Amber percayai. Amber bukanlah penggila horor. Namun tidak dapat ia sangkal bahwa suara berkelotak itu mungkin memang ada kaitannya dengan sesuatu yang supranatural.
“Kau tidak menyimpan benda keramat di dalam kamarmu, ‘kan?” tanya salah seroang temanya saat makan siang. Amber menggeleng.
“Aku tidak ingat aku punya benda seperti itu.”
“Ada banyak hal yang bisa menciptakan suara seperti itu. Jika itu benda keramat, mungkin ada roh di dalamnya yang mencoba untuk keluar. Kau yakin tidak punya benda seperti itu? Bentuknya bisa berbagai macam. Biasanya topeng etnik dari beberapa negara,…”
“Tidak ada.” Jawab Amber.
Ketika mendengar suara berkelotak lagi, pikiran Amber langsung terarah pada ucapan temannya. Apakah ia mempunya benda aneh seperti apa yang disebutkan temannya? Amber mencoba mengingat-ingat. Ia memang pernah membeli sebuah patung di pameran dengan ahrga yang murah. Sebuah patung seni yang terlihat aneh. Namun patung itu saat ini berada di rumahnya di Cherwood, dan tidak bersamanya di kamar apartemen itu.
Amber bangkit dari tempat tidurnya suatu malam dengan tergesa saat ia mendengar suara berkelotak itu lagi. karena kurang berhati-hati saat bergerak di dalam kegelapan, ia menabrak sebuah laci yang terletak di sebelah tempat tidurnya. Amber mengumpat pelan seraya menarik saklar lampu. Dan begitu cahaya menyiram ruangan itu, Amber menyadari bahwa kejadian kecil tadi telah membuat tumpukan buku dan majalah diatas laci berserakan di lantai. Dengan kesal, karena masih mengantuk, Jane memunguti kembali ceceran kertas dan buku itu. Hingga akhirnya ia menemukan selembar brosur lama yang terjepit diantara halaman buku.
Sebuah brosur perjalanan wisata ke La Luna, yang ia lakukan sebulan yang lalu dengan saudaranya. Ia pergi untuk sekedar refreshing otaknya, pergi ke gunung dan kota tua Morgan, dan…
Kedua mata Amber membelalak seketika. Mengingat soal kota Morgan, Amber ingat bahwa ia punya satu benda yang ia dapatkan saat liburan sebulan yang lalu itu. Ia bahkan tidak ingat ia masih menyimpan benda itu.
Amber bergerak cepat ke arah lemari pakaiannya, dan menyingkapi tumpukan pakaian yang ada di dalamnya. Hingga ia menemukan sebuah kalung yang terbuat dari emas putih dan memiliki liontin batu ebrwarna hijau gelap. Mungkin zamrud. Apakah ia membeli kalung itu?
Tidak. Amber tidak mempunyai cukup banyak uang untuk dapat membeli barang dari emas putih dan batu zamrud seperti itu. Harganya pasti jutaan. Ia mendapatkannya sudah berada di dalam saku mantel yang ia pakai. Ia tidak tahu siapa yang memasukkannya, dan abru sadar akan benda itu ketika ia sudah sampai di rumah. Benda yang bernilai harga tinggi seperti itu membuat Amber sedikit cemas pada awalnya. Bagaimana jika itu adalah barang curian? Amber berniat untuk menyerahkannya pada polisi, namun ia lupa dengan benda itu. Hingga detik ini, kalung itu melingkar indah di permukaan tangannya.
Amber seketika teringat dengan ucapan temannya mengenai benda keramat. Mungkinkan zamrud itu termasuk benda keramat? Yang Amber alami hanyalah ganggaun suara berkelotak. Dan ia belum mendapatkan ancaman yang bisa merenggut nyawanya. Amber rasa, mungkin ia harus berhati-hati dengan benda itu. Ia meletakkan di atas meja sisi tempat tidur, sebelum kembali ke atas tempat tidurnya.
Pagi menjelang, dan Amber harus melakukan rutinitas hariannya seperti biasa. Ketika akan mengambil tas yang harus ia bawa ke kantor, ia melewati sisi tmepat tidurnya dan melihat kalung itu masih tergeletak disana. Amber termangu untuk sesaat. Benda itu, tak lain adalah emas dan zamrud. Apakah akan terlihat bagus dengan blazer yang ia pakai?
Amber bukanlah tipe orang yang suka pamer. Namun entah kenapa hari itu ia memiliki keinginan yang besar untuk menunjukkan kalung zamrud itu pada setiap temannya di kantor. Ia memakainya di dada. Zamrud itu berwarna senada dengan kedua matanya.
“Darimana kau mendapatkannya?” tanya salah seorang teman Amber saat melihat kalung itu. Amber seketika merasa bangga.
“Oh, hadiah dari seseorang.” Jawab Amber berbohong. “Seseorang yang aku cintai saat di sma.”
“Kau masih pergi dengannya?”
“Kadang.” Jawab Amber, lagi-lagi berbohong.
Entah karena pengaruh kalung itu atau apa. Yang jelas, selama ia memakai kalung itu ia merasa begitu beruntung. Pekerjaannya terselesaikan dengan cepat dan ia mendapat pujian dari bosnya. Belum lagi ucapan selama dari beberapa karyawan saat ia tiba-tiba saha dipromosikan menjadi kepala bagian. Sungguh sebuah titik balik yang tidak pernah Amber bayangkan, bahkan dalam impian terliarnya.
Amber mulai terbiasa memakai kalung itu. Dan lebih bagusnya lagi, suara berkelotak itu menghilang semenjak ia mengeluarkan kalung itu dari lemari pakaiannya. Apakah mungkin ada hubungannya dengan kalung itu? Amber sudah menceritakan soal hal-hal bagus yang terjadi padanya semenjak ia memakai kalung itu pada temannya. Namun tidak seperti yang ia kira, temannya itu malah menatap tajam adanya dengan raut penuh kekhawatiran.
“Aku akan berhati-hati jika jadi kau.” Ucap Teman Amber. “Sesuatu yang berubah menjadi bagus secara tiba-tiba, bukanlah pertanda yang baik. Kau tiba-tba beruntung dalam setiap hal yang kau lakukan, karena kalung itu, ‘kan? Jika kau terus memakai kalung itu, kau akan mendapatkan hal buruk pada akhirnya.”
Bukan sebuah perbincangan yang Amber harapkan. Ia mulai tidak suka dengan sikap temannya itu. Ia mendapatkan kesan bahwa temannya itu mungkin hanya iri karena keberhasilannya selama ini. Mungkin dari kalung itu? Tapi Amber, dengan naif-nya, masih percaya bahwa semua hal bagus yang ia dapatkan hanya karena kemampuannya.
Selama sebulan penuh, amber selalu pergi dengan kalung itu. Bahkan ia memakai kalung itu di rumah. Saat memasak, membersikah rumah, mandi, bahkan tidur dengan kalung itu. Amber merasa lebih aman jika ia terus memakai kalung itu di lehernya. Hingga suatu malam, Amber terbangun lagi pukul dua dini hari saat ia mendengar suara berkelotak itu lagi.
Amber bangkit dari posisi tidurnya, dan seketika menyalakan lampu ruangan. Tidak. Ia hanya bermimpi soal suara berkelotak itu. Suara itu tidak terdengar lagi. namun Amber mulai meraskan ada yang tidak beres dengan tubuhnya, yang tiba-tiba saja menjadi panas seperti demam.
“Ouch!” Amber berjingkat saat ia secara tidak sengaja menyentuh permukaan zamrud yang ada di dadanya. Zamrud itu menjadi panas dan tidak dapatia sentuh. Kenapa? Apa yang terjadi?
Jantung Amber berdekat dengan cepat, penuh dengan ketakutan saat rasa panas dari zamrud itu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Bukan hanya itu saja. Rantai emas putih itu tiba-tiba saja bererak dengan sendirinya, dan mencekik leher Amber. Amber mendendang-nendang siata tempat tidurnya, dengan tangan menggapai-gapai ke arah lehernya berusaha untuk melepaskan kalung itu. Namun sudah terlambat.
Lampu di kamar berkedip, dan Amber dapat melihat satu sosok tinggi besar muncul seperti asap tepat di depan kedua matanya. Satu sosok besar, dengan mata merah yang memandang ke arahnya. Amber berusaha untuk berteriak, meminta tolong, namun ikatan dari emas putih itu terlalu kuat. Zamrudnya menjadi semakin panas, dan membekas di dadanya. Amber terjatuh dari tempat tidur, menghantam tepian meja, dan bergulat di lantai dengan kalung itu.
“Benda terkutuk…, singkirkan kalung itu!” Amber mendnegar suara-suara di dalam kepalanya. Suara-suara yang tidak ia kenal, yang asing, dan meminta dirinya untuk menyingkirkan benda terkutuk itu.
“Benda keramat, Amber…” Amber mendengar suara temannya lagi,yang hingga beberapa hari yang lalu masih memperingatkannya untuk membuang benda itu jauh-jauh. Namun Amber tidak mendengarkan usulan temannya itu. Dan kini ia menerima konsekuensi dari apa yang ia lakukan. Segala hal bagus yang terjadi di kantor, segala hal yang berkaitan dengan promosi jabatan, kini tidak ada gunanya. Amber mencakar lehernya sendiri saat mencoba untuk membebaskan diri, namun…
“Tidak!!!” Kedua mata Amber melotot, saat kekuatan dari cekikan rantai putih itu membawanya ke alam kematian. Tubuhnya terkulai lemah, dan ia telah menghilang dari dunia ini.

**

Jenazah Amber Morris ditemukan tiga hari kemudian dengan keadaan membusuk di dalam kamar apartemennya. Namun dari sekian banyak benda yang dapat polisi selidiki, ada satu benda yang menghilang. Yang tidak akan pernah disadari oleh polisi.
Kalung Zamrud itu. Kalung itu telah menghilang dari leher Amber, entah kemana perginya. Kutukan dari kalung itu telah merenggut puluhan nyawa sejak dua ratus tahun terakhir. Dan setiap kali memakan korban, kalung itu selalu berpindah tangan.
Jauh di selatan, berjarak ratusan kilometer dari kamar apartemen Amber, seorang gadis duduk diam di dalam kereta bawah tanah, santai, sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Salah satu tangannya yang masuk ke dalam saku jaket tiba-tiba saja ia tarik keluar, dan kalung zamrud hijau itu sudah berada di dalam genggamannya. Wajahnya menunjukkan sebuah keterkejutan sama seperti Amber. Namun detik berikutnya ada senyum lebar di wajahnya. Emas putih…, zamrud…, kalung mahal. Apa yang akan terjadi jika ia bisa memakainya dan memarmerkannya pada teman-teman di sekolahnya?

****

No comments:

Post a Comment