Saturday, March 12, 2016

TANGISAN RUANG BAWAH TANAH



Jason Jasper dan istrinya, Rose, sudah dua minggu menempati rumah baru mereka yang mereka dapatkan dengan harga murah. Keadaan ekonomi yang susah menyebabkan mereka harus kehilangan pekerjaan lama mereka dan terpaksa harus pindah ke kota baru di selatan, dimana mereka menemukan rumah tua dengan harga murah itu. Mengingat mereka memiliki dua anak yang masih harus bersekolah, mereka tidak bisa menyewa sebuah apartemen yang harganya memang jauh lebih murah. Rumah yang mereka tempati saat ini cukup luas untuk keluarga mereka. Cukup nyaman, meski berada jauh dari pusat kota.
Jason dan Rose tidak pernah mengira bahwa kehidupan tentram mereka akan terganggu dengan keputusan mereka pindah ke rumah itu. Memang pada awalnya semuanya berjalan baik-baik saja. Jason mendapatkan pekerjaan baru dengan panghasilan cukup bagus, dan Rose senang dengan rutinitas menulisnya di rumah sementara kedua anaknya bersekolah. Semuanya berjalan begitu mulus, hingga kejadian itu terjadi beberapa hari yang lalu.
Rose tengah berada di tengah mimpi saat tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh sebuah suara hantaman yang sepertinya berasal dari salah satu bagian rumah. Di tengah kegelapan, Rose mencoba menajamkan kedua indra pendengarannya, menunggu suara hantaman itu datang lagi. Ia khawatir jika ada pencuri yang masuk. Rumah itu memang sudah tua dengan kunci pintu yang sudah selayaknya diganti. Dan sepertinya bukan pemikiran yang asal jika ia khawatir akan datangnya pencuri.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Jason yang melihat istrinya duduk diatas tempat tidur dengan wajah pucat. Jason mengguncang lengan istrinya, membuat wanita itu menolah ke arahnya.
“Ada apa?”
“Kau tidak dengar?” tanya Rose. “Ada sebuah suara keras yang datang dari bawah.”
“Benarkah?”
Rose masih menunggu datangnya suara keras itu. Namun menit-menit berlalu, dan suara itu tidak kembali. Rose mendesah pelan, lalu kembali berbaring diatas tempat tidur. Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari. Sebenarnya, suara apa yang ia dengar tadi? Rose tidak menemukan jawabannya, dan suara itu tidak terdengar lagi.
Rose sepenuhnya telah melupakan suara yang ia dengar semalam saat pagi datang. Kesibukannya sebagai seorang ibu rumah tangga memaksanya untuk tidak pernah bisa terfokus pada hal-hal kecil yang terjadi di sekelilingnya. Mengenai suara itu, Rose tidak membicarakannya lagi. Dan Jason pun juga tidak merasa penasaran dengan apa yang ia dengar semalam.
Jam-jam berlalu. Jason sudah pergi bersama dengan kedua anaknya beberapa jam yang lalu, dan Rose sibuk dengan pekerjaannya di dapur. Untuk sesaat, ia merasa bahwa semuanya baik-baik saja. Namun ketika ia tidak menyadari, suara gebrakan keras itu terdengar lagi.
Rose melonjak kaget, membuat pisau yang ada di tangannya terjatuh ke lantai. Suara hentaman itu terdengar begitu keras dan begitu dekat, bahkan seolah-olah keluar dari lantai. Rose mengelus dadanya yang berdegup kencang. Suara apa itu?
Belum sempat Rose terlepas dari keterkejutannya, suara kedua datang dengan sama keras.
“BRAKK!!”
Rose lagi-lagi melonjak. Ia pegang erat kursi yang yang ada di dapur, dengan otak berputar cepat, mencoba untuk menebak apa yang sebenarnya menciptakan suara itu.
Suara yang Rose dengar memang benar-benar berasal dari dalam tanah. Tidak. Lebih tepatnya, dari arah ruang bawah tanah rumah yang ia tempati itu. Rose, selama ia tinggal di tempat itu, jarang mengunjungi ruang bawah tanah. Yang ia tahu, hanya ada mesin cuci dan beberapa barang bekas di ruang bawah tanah itu. Dan ia tidak pernah menghabiskan waktu lama untuk mencuci di sana karena ia selalu membawa pakaian kotor ke tempat pencucian. Dan kini, ada suara misterius yang datang dari sana. Apa yang harus ia lakukan?
Rose sedikit takut. Bukankah itu wajar? Namun ia juga masih memiliki pemikiran yang cukup logis. Apa yang mungkin menyebabkan suara itu? Mungkin karena ulah tikus?
Rose bergerak meninggalkan dapur dengan lambat. Ia merasa sedikit cemas, dengan apa yang sebenarnya tidak ia ketahui dengan jelas. Pintu menuju ruang bawah tanah terletak tepat di depan pintu dapur. Rose bergerak menuju pintu tersebut, dan perlahan membukanya.
Sebuah lorong sempit yang mengarah ke bawah terlihat begitu gelap. Dengan satu saklar, ruang bawah tanah itu segera berpendar, memancanrkan cahaya keemasan yang berasal dari sebuah bola lampu yang tergantung tepat di tengah ruangan. Rose, dengan perlahan mulai menggerakkan kakinya menuruni tangga, hingga akhirnya ia sampai di ruangan kecil yang lembab itu.
Yang terlihat hanyalah barang rongsokan yang seharusnya sudah dibuang. Ada sebuah lemari tua, kotak perkakas kerja, dan ada sepeda tua. Mesin cuci tua terletak di sudut ruangan. Sejauh apa yang Rose lihat, tidak ada yang aneh dengan ruangan itu.
Rose sempat melihat adanya sebuah lubang di sudut ruangan itu. Sebuah lubang kecil yang hanya dapat dimasuki oleh tikus. Mungkin suara itu memang disebabkan oleh tikus? Hanya itu penjelasan masuk akal yang dapat Rose terima.
Rose kembali ke dapur, melanjutkan pekerjaannya. Selama beberapa setelah itu, tidak ada lagi suara hantaman itu. Namun ketika sore tiba, suara itu terdengar lagi. Rose yang tengah bersantai di depan tv terpaksa harus melonjak terkejut lagi.
“BRAK!!”
Rose merasa benar-benar kesal dengan suara itu. Suara-suara aneh itu membuatnya merasa begitu takut dan cemas disaat yang bersamaan, dan ia tidak pernah bisa tahu apa sebenarnya yang menyebabkan suara hantaman itu.
Rose segera menceritakan hal-hal aneh itu pada Jason ketika Jason pulang beberapa jam kemudian.
“Seperti yang kau dengar semalam?” tanya Jason. “Mungkin hanya tikus atau semacamnya. Rumah ini tua.”
“Awalnya aku berpikiran seperti itu.” Ucap Rose. “Tapi…, masih saja terasa aneh. Kau harus melihatnya.”
Jason setuju dengan usulan istrinya itu. Sebagai seorang suami, ia tidak ingin membiarkan istrinya hidup dalam ketakutan. Setelah makan malam, ia dan Rose berjalan turun ke ruang bawah tanah itu, dan menemukan bahwa tidak ada satupun hal yang aneh.
“Oh! Lihat lubang itu?” tanya Jason sambil menunjuk. “Sepertinya kita mendapatkan jawabannya?”
“Aku juga sudah memikirkannya.” Ucap Rose. “Tapi aku tidak melihat adanya tikus. Lagipula, apa tikus bisa menyebabkan suara keras seperti itu?”
Pertanyaan itu belum dapat terjawan saat itu juga. Jason dan Rose kembali naik, dan menghabiskan malam mereka di depan tv. Kedua putri mereka sudah pergi tidur beberapa jam sebelumnya.
Rose tidak sadar sudah berapa lama ia tidur. Ia tertidur ketika menonton tv di pangkuan suaminya. Jason sudah tertidur ketika Rose bangun malam itu. Jam yang ada diatas perapian menunjukkan pukul setengah dua malam. Keadaan yang dingin membuat Rose ingin masuk ke kamarnya dan tidur dibalik selimut hangat.
“Sayang! Jason!”
Rose mengguncang lengan Jason untuk membangunkan pria itu. Namun pria itu masih tertidur pulas. Mungkin ia kelelahan karena pekerjaannya.
“Jason!”
Ruangan yang Rose tempati terlihat remang, karena satu-satunya cahaya hanya berasal dari tv yang masih menyala. Di tengah keremangan, Rose merasakan sebuah perasaan cemas yang aneh, yang tidak dapat ia jelaskan. Suara misterius dari ruang bawah tanah itu masih menjadi satu-satunya hal yang menggantung di pikirannya.
Rose bergerak ke arah dapur dan meminum segelas air putih untuk dapat menenangkan perasaannya. Namun secara tak disangka, suara gebrakan itu terdengar lagi. Rose melonjak, nyaris melepaskan pegangannya pada gelas yang ada di tangannya.
“Jason!” Rose berteriak. Ia berada dalam keadaan yang tidak begitu mengenakkan. Namun ternyata teriakannya tidak dapat membangunkan suaminya itu. Tubuh Rose bergetar. Dan bergetar lebih hebat saat dengan samar ia dengar sebuah rintihan anak kecil dari suatu tempat. Apakah tangisan putrinya? Bukan. Putri Rose sudah jarang menangis lagi. Dan arah suaranya bukan dari lantai dua. Melainkan dari ruang bawah tanah dimana suara hentakan itu berasal.
Rose mencoba menutup kedua telinganya seraya bergerak cepat meninggalkan dapur dan bergabung kembali dengan suaminya yang masih tertidur pulas di sofa. Ia ingin sekali marah pada Jason karena pria itu tidak mau bangun. Tapi…, Rose mengurungkan niatnya untuk membangunkan suaminya itu.
“Tidak apa-apa.” Ucap Rose mencoba menenangkan dirinya sendiri seraya masuk ke dalam pelukan suaminya. Suara rintihan tangis pelan itu masih dengan samar terdengar. Dan Rose mencoba untuk mengabaikannya. Ia pun tertidur dalam ketakutan.

**

“Kau tidak akan percaya.” Ucap Rise keesokan harinya, menjelaskan segala sesuatu yang ia dengar semalam pada Jason. Jason sedikit tidak percaya. Namun ia sama sekali tidak menunjukkan sikap tak acuhnya pada semua ucapan Rose.
“Tangisan? Bagaimana mungkin…”
“Ini gila.” Ucap Rose. “Kita tidak tahu sejarah rumah ini. Dan kurasa, ceritanya tidak akan terdengar bagus.”
“Kau terlalu banyak berspekulasi mengenai segala hal, Rose.” Ucap Jason. “Rumah ini…, baik-baik saja.”
“Tapi suara-suara itu…” balas Rose. “Tidak mungkin tikus, ‘kan? Lalu tangisan itu?”
“Mungkin Amber?” ucap Jason.
“Bukan.” Balas Rose. “Bukan tangisan Amber.”
Amber adalah putri kedua Rose, yang baru berusia enam tahun. Dan ketika ia membicarakan mengenai Amber, ia baru sadar bahwa Amber tidak ada di meja makan pagi itu. Hanya ada Cecil, yang duduk di sebelah ayahnya.
“Dimana adikmu, Cecil?” tanya Rose. “Bukankah kalian tadi sudah turun?”
“Dia pergi saat kau sibuk berbicara.” Jawab Cecil, yang hanya dua tahun lebih tua dari Amber.
“Amber!”
Rose meneriakkan nama putrinya itu sambil bergerak ke setiap ruangan, mencoba menemukan Amber. Namun Amber tidak terlihat sama sekali.
“Amber, dimana kau?”
Rose tiba-tiba saja menghentikan langkahnya saat terdengar sebuah suara dari belakangnya. Ketika ia memutar kepalanya, terlihat seorang gadis kecil telah berdiri di belakangnya. Amber. Dan anehnya, ia baru saja keluar dari ruang bawah tanah.
“Amber, apa yang kau lakukan disana?” tanya Rose. “Apa yang kau lakukan di ruang bawah tanah, sayang?”
“Dia kesepian. Dia butuh teman. Aku bermain dengannya.”
“Siapa yang kesepian?”
Amber tidak menjawab. Melainkan, ia hanya menunjuk dengan satu jarinya ke arah belakang tubuh Rose. Rose merinding seketika. Ketika ia putar kepalanya, ia sama sekali tidak melihata seorang pun berdiri di belakangnya. Dengan tatapan nanar, Rose melempar pandangannya pada Jason yang juga merasa aneh dengan apa yang baru saja Amber ucapkan.
“Tidak mungkin.”
Jason memutuskan untuk tidak pergi bekerja hari itu. Ia pulang ke rumah setelah mengantarkan Amber dan Cecil ke sekolah, tepat pukul sembilan pagi. Dan sisa pagi itu ia gunakan untuk membicarakan hal aneh yang terjadi pada rumah tua itu.
“Tidak mungkin ia berbohong.” Ucap Rose. “Amber tidak pernah berbohong.”
“Tapi dia bertingkah aneh.”
“Ini pertama kalianya ia seperti itu.” Ucap Rose. “Aku tidak pernah melihatnya bermain dengan teman khayalan sebelumnya.”
“Lalu apa maksud dari anak itu?”
Jawabannya tidak akan mereka temukan saat itu juga. Hari berlalu, berganti malam. Suara hentakan keras dan tangisan itu tidak terdengar lagi. Jason dan Rose masih sibuk membicarakan masalah itu diatas tempat tidur. Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam.
“Mungkin besok aku harus mencari jawabannya.” Ucap Jason. “Aku akan bertanya pada penduduk setempat, tetangga mungkin, mengenai rumah ini.”
“Kita tidak bisa tinggal disini lagi.” Ucap Rose. “Gangguan ini…”
Tapi mereka berdua tidak punya pilihan lain. Mereka tidak memiliki cukup uang untuk pindah lagi. Dan sebenarnya, tanpa suara yang mengganggu itu, rumah itu terlihat begitu sempurna.
Rose telah terjatuh ke dalam alam mimpi, ketika lagi-lagi ia dikejutkan dengan sebuah suara keras dari lantai bawah. Lagi-lagi dari ruang bawah tanah bermasalah itu. Kali ini, Jason pun mendengarnya. Dan anehnya, suara itu kini terdengar berulang-ulang. Seperti ada seseorang yang berusaha untuk meruntuhkan dinding rumah itu.
“Jason!”
“Kita harus memeriksanya.” Ucap Jason seraya bangkit dari tempat tidur.
Jason dan Rose merasakan jantung mereka yang berdegup kencang, saat mereka berdua turun ke lantai satu lalu mengarah ke ruang bawah tanah. Ketika mereka membuka pintu yang menuju ruangan itu, tiba-tiba Rose terpekik.
“Astaga!”
Aroma busuk tiba-tiba saja menyeruak. Seperti ada hewan mati di dalam ruang bawah tanah itu. Yang tidak mereka cium sebelumnya. Keadaan sudah benar-benar aneh, dan tidak masuk akal lagi. Suara benturan keras itu terdengar semakin jelas, dan memang berasal dari ruang bawah tanah rumah itu. Tapi, ketika Jason dan Rose tiba di ruang bawah tanah, suara itu berhenti seketika.
Aroma busuk itu masih tercium dengan begitu jelas. Rose mungkin bisa muntah seketika jika ia tidak bisa menahan.
“Astaga! Bau apa ini?”
Jason bergerak ke tengah ruangan. Dan tiba-tiba saja ia berteriak pelan saat kakinya secara tidak sengaja menyentuh benda cair dingin, yang merembes dari celah papan kayu di lantai. Cairan kental, hitam, merembes keluar dari bawah tanah.
“Itu lumpur?” tanya Rose. “Kenapa bisa…”
Jason mengambil kapak yang ada di seberang ruangan. Sesaat, ia pandang istrinya. Ia mengangguk pelan, dan kini benar-benar serius untuk mengungkap apa yang ada balik papan lantai itu. Dan dengan satu ayunan, sebuah suara berderak terdengar.
Papan kayu pecah, terlepas begitu saja. Dan cairan kental hitam mulai merembes dengan kencang dari celah yang tercipta. Cairan kental berwarna hitam seperti lumpur rawa itu beraroma begitu busuk. Dan cairan seperti itu belum pernah Jason lihat selama hidupnya.
“Sesuatu dibalik lumpur ini…”
Jason menggunakan ujung kapaknya untuk menjajaki genangan lumpur dari lubang lantai yang tercipta. Dan tiba-tiba saja ia merasakan sebuah benda keras berada di balik lumpur itu.
“Ada sesuatu…”
Jason mencungkil benda itu keluar. Dan saat itu juga, Rose menjerit saat melihat sebuah tekorak keluar dari lubang lantai.

**

Ketenangan malam hari itu harus terganggu dengan datangnya mobil-mobil polisi. Jason telah melaporkan apa yang terjadi, dan petugas telah bekerja di ruang bawah tanah untuk mengambil tulang belulang yang terkubur di bawah lantai ruang bawah tanah itu. Bersamaan dengan diangkatnya kerangka itu, terdapat pula cuilan baju seorang anak kecil, yang sudah membusuk di dalam sana.
“Dia butuh teman.” Ucap Amber.
Jason dan Rose mendapatkan keterangan mengenai apa yang terjadi beberapa jam kemudian. Beberapa tahun yang lalu, pernah ada laporan seorang gadis kecil yang hilang, dan tidak pernah ditemukan. Gadis itu adalah anak dari pemilik rumah yang lama. Dan dapat ditebak. Mungkin ada semacam permainan rahasia dalam keluarga pemilik rumah itu beberapa tahun yang lalu, yang berakibat dengan meninggalnya putri kecil itu. Namun mengenai alasan kenapa jasad anak itu dikuburkan di ruang bawah tanah masih menjadi misteri. Keluarga lama penghuni rumah itu sudah menghilang sejak dua tahun yang lalu, tanpa ada yang tahu keberadaan mereka.
“Dia akan pergi dengan tenang.” Ucap Amber lirih sambil tersenyum. Ia melambai ke arah taman di depan rumah, tanpa ada satupun makhluk terlihat di tempat itu.
“Selamat jalan, Ester!”

****

No comments:

Post a Comment