Thursday, September 3, 2015

KISAH MISTERIUS TN. DAN NY. JONES



Bagi Richard Doyle, tidak ada yang dapat lebih membahagiakannya selain bangun di pagi hari dengan badan segar, dan segalanya masih dalam keadaan normal. Ia bukanlah tipe orang yang selalu mengharapkan sebuah perubahan, meski berhubungan dengan hidupnya. Dia sudah terlalu bahagia dengan apa yang ia miliki. Istrinya yang cantik, Sarah, dan putri kecilnya adalah sumber kebahagiaan bagi pria itu. Pekerjaannya sebagai pemilik sebuah toko kelontong juga bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan menghasilkan banyak uang. Namun ia begitu mencintai pekerjaannya, dimana ia bisa berbuat semaunya tanpa harus terpancang pada jadwal atau semacanya.
Richard bukanlah warga asli Blackwood. Ia adalah pendatang dari utara yang yang memutuskan untuk hidup di kota kecil itu lima tahun yang lalu. Segalanya berjalan normal tanpa ada satupun hambatan baginya. Meskipun warga Blackwood mengatakan bahwa kota Blackwood tidak akan terlalu ramah pada pendatang, namun Richard belum pernah sekalipun mendapatkan kesulitan untuk bersosialisasi dengan warga kota kecil itu.
Satu hal dari Blackwood yang menarik perhatian Richard adalah cerita mengenai kota itu sendiri. Dimana dikatakan bahwa Blackwood merupakan kota yang penuh dengan misteri dan hal-hal aneh yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Richard bukanlah tipe orang yang dengan mudahnya mempercayai cerita hantu atau semacamnya. Namun dengan cerita yang ia dengar, ia ingin sekali paling tidak mengalami satu hal aneh dalam hidupnya. Dan pada akhirnya, ia mendapatkan hal itu.
Semuanya bermula pada suatu malam di akhir bulan September, dimana Blackwood sedang dilanda dengan cuaca yang tidak begitu baik. Langit menghitam tertutup mendung, menghalangi cahaya bulan. Richard tengah bersiap menutup toko miliknya saat pasangan suami istri datang tergesa, meminta Richard untuk tidak menutup pintu. Richard mempersilahkan pelanggan terakhirnya itu masuk, sementara ia sibuk menata barang-barang lain di rak.
Pada awalnya, Richard tidak terlalu menaruh curiga atas pasangan suami-istri itu. Pasangan itu terlihat bergerak bersama di rak-rak lain, melihat-lihat barang, namun belum ada satupun barang yang mereka masukkan ke dalam keranjang. Richard terus melanjutkan pekerjaannya hingga akhrinya ia selesai, dan menunggu pasangan itu di konter kasir.
Richard mulai bertanya-tanya dalam hati mengenai pelanggannya itu saat keduanya tidak juga muncul lima belas menit kemudian. Richard berpikir, mungkin pasangan suami-istri itu sedang bingung dalam memilih barang. Namun kecurigaannya semakin besar saat dengan samar ia mendengar suara kasak-kusuk, yang berasal dari pasangan suami-istri itu.
Richard tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang tengah mereka bicarakan. Namun ia yakin bahwa kedua pasangan itu sedang berdebat mengenai suatu hal. Semakin lama, Richard tidak betah lagi menunggu dan memutuskan untuk menghampiri pasangan itu.
Pasangan suami istri itu tengah berdiri di rak yang menjual minyak saat Richard menghampiri mereka. Keduanya memutar tubuh mereka ke arah Richard saat pria itu datang mendekat.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Richard. “Sepertinya kalian sedang bingung memilih…”
“Minyak ini.” Potong sang pria. Pria itu mengangkat sebuah botol kecil minyak zaitun, dan memperlihatkannya pada Richard.
“Darimana asal minyak ini?” tanya pria itu. Siapapun yang mendengar pertanyaan pria itu tentu saja akan mengerutkan dahi, bingung dengan apa yang pria itu maksudkan. Begitu juga dengan Richard.
“Maaf?”
“Minyak ini.” Ucap pria itu sekali lagi. “Aku ingin tahu darimana minyak zaitun ini berasal?”
Richard bingung. Namun tidak ada alasan lain untuk menolak untuk menjawab pertanyaan pria itu. Richard meraih satu botol minyak yang sama dari rak, dan melihat nama dan lokasi pabrik pembuat minyak itu.
“Impor.” Jawab Richard. “Dari Vosolk, Norlandia. Berdasarkan dari apa yang tertulis di labelnya…”
“Bagus!” seru pria itu. Ia terlihat begitu bahagia, dengan wajah sumringah. Ia memandang ke arah istrinya, lalu kembali ke arah Richard. Rasa bingung Richard semakin menjadi-jadi dengan tingkah aneh pria itu.
“Kami ambil ini.” Ucapnya sambil menggoyangkan botol minyak zaitun itu.
“Hanya ini?” tanya Richard. Pasangan suami-istri itu mengangguk secara bersamaan.
Pikiran Richard tidak bisa mencerna apa yang tengah terjadi. Kenapa dengan pasangan itu? Kenapa mereka berdebat mengenai sebotol minyak zaitun? Dan kenapa pria itu harus menanyakan darimana minyak itu berasal?
Semua pertanyaan itu terus berputar di dalam kepala Richard selama ia melayani pasangan suami-istri itu. Pasangan itu terus bergerak bersama, dengan Richard berjalan di belakang mereka, terus menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh yang pasangan itu lontarkan.
Pasangan suami-istri itu pada akhirnya membeli barang-barang lain selain sebotol minyak zaitun. Mereka membeli bawang, pisau daging, sekotak lilin, beberapa bungkus roti, dan barang-barang lain. Hal yang aneh, pasangan suami istri itu terlihat terlalu senang dengan barang yang mereka beli, seolah mereka belum pernah berbelanja sebelumnya. Darimana sebenarnya pasangan itu berasal? Richard tidak pernah melihat pasangan itu sebelumnya. Mereka mungkin pendatang.
“Ada yang lain?” tanya Richard begitu ia kembali ke konter kasir dengan pasangan suami-istri itu bergerak dibelakangnya.
“Kami rasa cukup.” Ucap pria itu.
“Anda yakin?” tanya Richard lagi. Pasangan suami-istri itu lagi-lagi menganguk secara bersamaan.
Richard yang merasa terlalu penasaran dengan pasangan itu akhirnya mengucapkan pertanyaan yang berputar di kepalanya.
“Anda pendatang?” tanya Richard. “Aku belum pernah melihat kalian sebelumnya.”
“Ya, kami pendatang.” Jawab pria itu. “Kami keluarga Jones. Aku Matthew, dan ini istriku Liz. Kami tinggal tidak jauh dari tempat ini. Whisper Street.”
“Darimana kalian berasal?”
“Northshire.” Jawab pria itu. “Di utara. Terlalu dingin disana. Kami memutuskan pindah ke kota ini untuk mencari sedikit kehangatan.”
“Ya, aku mengerti dengan apa yang kalian rasakan.” Ucap Richard. “Aku juga dari utara. Santo Pedro.”
“Kota yang terkenal dengan legenda sihirnya? Di Northshire juga ada cerita mengenai sihir, dan ritual sihir. Sedikit menakutkan.”
“Anda akan banyak mendengar cerita aneh di kota ini, Tn. Jones.”
“Ya, aku sudah dengar.”
Richard menyerahkan bungkusan belanjaan pada pasangan itu setelah ia selesai menghitung harga barang-barang yang pasangan itu beli. Kedua pasangan itu tersenyum lebar, menunjukkan sikap aneh mereka lagi pada Richard.
“Terima kasih.” Ucap pria itu seraya menerima bungkusan dari tangan Richard. Tanpa kata-kata lain, kedua orang itu pun pergi. Meninggalkan Richard terheran-heran dengan tingkah laku kedua orang itu.
Richard memang terheran-heran dengan tingkah aneh pasangan suami-istri itu. Namun ia memutuskan untuk tidak memikirkannya terlalu jauh. Ia mencoba untuk melupakan kedua orang itu. Namun keesokan harinya, ia terpaksa harus diingatkan lagi dengan sosok dua orang aneh itu saat salah satu teman Richard datang ke tokonya dan mulai membicarakan mengenai pasangan itu.
“Keluarga Jones.” Ucap Bill Murray. Seorang penjual daging di Blackwood yang sudah menjadi teman Richard selama lima tahun terakhir. Pria itu menekankan ucapannya seolah nama yang baru ia sebutkan adalah nama seseorang yang harus ditakuti.
“Aku tahu mereka.”
“Kau sudah bertemu dengan dua orang itu?”
“Mereka berbelanja di sini kemarin malam.” Jawab Richard. “Ada apa dengan keluarga itu?”
“Oh! Kau tidak akan percaya.”
“Apa?”
Bill mendekat ke arah Richard. Lalu, dengan suara direndahakan, ia mulai berbicara.
“Kau tidak merasa aneh saat bertemu dengan kedua orang itu?” tanya Bill. “Orang-orang di sekitar tempatku, terutama yang sudah berhubungan dengan kedua orang itu, mengatakan bahwa mereka sedikit…, entahlah. Bagaimana caraku menjelaskannya?”
“Aneh.” Ucap Richard.”
“Ya.”
“Memang aneh.” Ucap Richard lagi. “Kedua orang itu berdebat hanya karena sebotol minyak zaitun. Dan kau tahu? Bukan hanya itu. Mereka mulai bertanya hal-hal aneh padaku mengenai barang yang mereka beli. Seperti bawang, lalu pisau daging…”
“Itu!” seru Bill dengan nada tertahan. Ia memandang sekitar, memastikan tidak ada yang mendengarnya.
“Kemarin mereka juga datang ke tempatku. Mereka, kukira mencari daging untuk dimakan. Tapi…”
“Tapi apa?”
“Mereka membeli tulang.”
“Tulang?” Richard menaikkan sebelah alisnya. Bill mengangguk-angguk dengan serius.
“Aku tidak terlalu menaruh curiga pada mereka saat itu. Tapi setelah mendengar keanehan tingkah mereka dari beberapa orang, aku mulai curiga. Mereka dari Northshire, kau tahu?”
“Kenapa dengan Northshire?”
“Kau tidak tahu? Akan kuberi tahu. Mereka membeli tulang. Lalu aku juga mendengar mereka sering menghabiskan waktu di pemakaman, melakukan hal aneh yang tidak biasa dilakukan orang lain seperti… berputar-putar mengelilingi pemakaman. Lalu katamu mereka juga membeli minyak zaitun, ‘kan? Semuanya pas.”
“Dengan apa?”
“Legenda di Northsire mengenai sihir.”
Richard bisa saja tertawa mendengar ucapan terakhir temannya itu. Tapi ketika ia teringat bahwa semalam kedua Jones juga mengucapkan sesuatu tentang sihir, Richard mulai semakin penasaran dan ingin mendengar penjelasan lebih banyak dari Bill.
“Di Northsire…” ucap Bill. “Sudah bukan rahasia lagi saat ada orang-orang yang mulai bertingkah seperti itu. Mengumpukan tulang belulang, lalu minyak zaitun dan beberapa hal lain. Kurasa keluarga Jones sedang melakukan praktek sihir. Mereka melakukan ritual dengan barang-barang yang mereka beli.”
“Kau becanda, ‘kan?”
“Tidak.” Ucap Bill. “Kau boleh tidak mempercayainya. Tapi aku memang merasa bahwa mereka sedang melakukan suatu hal yang serius. Oh, Richard! Kau harus melihat dengan kepalamu sendiri hal-hal aneh yang mereka lakukan. Dan kau akan mulai memikirkan apa yang baru saja kukatakan.”
Richard tidak mempercayai seratus persen dugaan Bill mengenai keluarga Jones yang tengah melakukan praktek sihir. Namun ia juga tidak bisa mengabaikan cerita itu begitu saja, mengingat ia saat ini tinggal di Blackwood dimana hal-hal mistis bukanlan hal yang aneh.
Beberapa hari kemudian Richard kembali dikagetkan oleh kedatangan psangan Jones di tokonya. Sama seperti sebelumnya, kedua Jones dtang tepat sesaat sebelum Richard menutup tokonya. Dan yang lebih anehnya lagi, kedua Jones membeli barang yang sama dengan apa yang telah mereka beli beberapa hari sebelumnya. Richard yang merasa penasaran, memberanikan diri untuk bertanya mengenai barang-barang yang dibeli oleh pasangan itu.
“Anda sepertinya menyukai minyak zaitun.” Ucap Richard. “Baru beberapa hari yang lalu Anda membelinya. Boleh aku tahu untuk apa?”
“Sesuatu.” Ucap pria itu. “Sesuatu yang penting. Untuk putri kami. Kami harus membelinya.”
“Putri Anda menkonsumi minyak zaitun? Atau ia gunakan untuk keperluan lain?”
Richard hampir saja menyesal mengucapkan pertanyaan itu, saat ia melihat tanda-tanda kemarahan dalam wajah pria di depannya itu. Istri dari pria itu pun memiliki ekspresi yang sama. Sepertinya mereka tidak terlalu senang urusan mereka diganggu.
“Bukan sesuatu yang harus kuceritakan.” Ucap pria itu.
Rencana awal Richard untuk melupakan kisah misterius mengenai pasangan Jones ternyata harus ia batalkan saat ia merasa semakin curiga dan penasaran. Richard, dalam beberapa hari setelah hari itu terus mendengar cerita aneh mengenai kedua pasangan itu. Ia mendengar hal-hal yang sudah diucapkan oleh Bill beberapa hari yang lalu.
Richard tidak akan merasa puas sebelum ia melihat sendiri dengan mata kepalanya. Suatu hari, Richard menyempatkan diri untuk berkunjung ke Whisper Street, dimana kedua Jones tinggal. Disana, Richard menyaksikan sendiri keanehan yang terjadi. Ia melihat pasangan itu berjalan keluar rumah, lalu mengarah ke pamakaman. Richard mengikuti keduanya sambil bersembunyi. Dan ia pun melihat apa yang sudah diceritakan padanya oleh orang-orang. Kedua Jones berjalan mengitari area pemakaman, sambil menggumamkan sesuatu yang terdengar begitu aneh. Richard tidak memiliki pengetahuan yang lebih mengenai bahasa. Namun ia yakin bahwa apa yang digumamkan oleh kedua Jones bukanlah bahasa normal dari suatu negara. Mereka berbicara dengan bahasa yang benar-benar tidak dimengerti. Seperti bahasa roh, atau semacamnya. Richard mulai berpikir bahwa apa ayng mereka gumamkan adalah mantra.
“Bukan hanya itu. Mereka juga berbicara pada anjing.”
Bill kembali menceritakan hal-hal aneh pada Ricahrd beberapa hari kemudian. Cerita yang diucapkan oleh pria itu sama persis dengan apa yang sudah Richard dengar dari orang lain, dan dari pengalamannya sendiri saat menintai kedua pasangan itu.
“Mereka berjalan di pemakaman, sambil mengucapkan sesuatu.” Ucap Richard. “Bahasa yang aneh. Bukan bahasa biasa, kurasa. Kau tahu apa yang tengah mereka lakukan?”
“Seperti kataku sebelumnya. Sihir. Aku yakin seratus persen. Dan apa yang mereka ucapkan di pemakaman adalah mantra. Dan mereka masih membeli minyak zaitun itu?”
“Ya.” Jawab Richard. “Dan lilin, bawang, barang yang sama.”
“Begitu juga dengan tulang dari tempatku.”
Pada akhirnya, Richard tidak bisa melepaskan pikirannya dari apa yang tengah terjadi di kotanya mengenai keanehan keluarga Jones itu. Setiap hari, ia selalu mendengar cerita-cerita aneh mengenai pasangan itu. Mulai dari tingkah aneh mereka di pemakaman, lalu tingkah mereka saat berdiri di depan pohon besar yang ada di depan stasiun, dan yang paling aneh adalah saat pasangan itu terlihat berbicara dengan anjing, menggunakan bahasa aneh yang sudah pernah Richard dengar.
Richard membawa semua perasaan penasarannya itu hingga ia berangkat tidur di malam hari. Ia mulai gelisah dan tak tenang.
“Kau tidak apa-apa, sayang?” tanya Sarah di suatu malam saat Richard tidak bisa memejamkan matanya.
“Kau percaya dengan sihir?” tanya Richard. “Kau pasti juga sudah mendengar mengenai keanehan keluarga Jones, ‘kan? Mengenai tingkah mereka…”
“Ya.” Jawab sarah. “Pemakaman, barang-barang aneh yang mereka beli, lalu anjing…, ngomong-ngomong soal anjing, memang ada yang aneh akhir-akhir ini.”
“Ada apa?”
“Banyak yang kehilangan anjing.”
“Apa?”
“Ya. Kau tidak sadar bahwa akhir-akhir ini jarang sekali ada lolongan anjing saat malam? Biasanya anjing-anjing di sekitar tempat ini tidak mau diam. Tapi kini mereka menghilang. Kurasa ada kaitannya dengan keluarga Jones, atau dengan sesuatu yang mereka lakukan.”
“Menurutmu apa?” tanya Richard. “Apa kau juga percaya bahwa mereka melakukan praktek sihir? Maksudku…, barang yang mereka beli itu aneh.”
“Kurasa aku mulai mempercayainya.” Ucap Sarah. “Mereka dari Northshire.”
Richard tidak pernah merasakan hal besar seperti ini sebelumnya. Sebuah rasa penasaran yang mengakar terlalu dalam di dadanya. Seperti rasa gatal yang ingin sekali ia garuk, ia ingin mengetahui kebenaran dari apa yang sebenarnya tengah terjadi pada keluarga Jones.
“Polisi tidak dapat melakukan apapun.” Ucap Bill di suatu akhir pekan yang mendung. Richard saat itu mengatakan rencananya untuk membawa kepolisian dalam membongkar misteri keluarga Jones.
“Kenapa tidak?” tanya Richard. “Mereka terbukti bertingkah aneh, ‘kan? Hal ini mulai mengganggu warga.”
“Di Blackwood ada banyak keanehan.” Jawab Bill. “Dan kurasa kepolisian sudah terbiasa dnegan hal itu. Tapi jika kau benar-benar ingin membongkar misteri ini, kau harus melakukannya sendiri. Seperti katamu, keluarga Jones memang sudah benar-benar mengganggu pikiran warga.”
Richard belum pernah mengambil sebuah keputusan besar sebelumnya. Dan kini ia melakukannya. Ia akan mendatangi kediaman Jones, dan melihat sendiri apa yang terjadi. Atau jika memungkinkan, ia akan menghentikan rencana buruk keluarga Jones.
Tapi penolakan selalu hadir dalam setiap keputusan besar. Sarah begitu mengkhawatirkan suaminya, dan tidak ingin sumainya itu terluka. Ia mencoba membujuk Richard untuk membatalkan rencananya itu. Tapi pria itu sudah membulatkan tekad.
“Aku harus melakukannya.” Ucap Richard dengan kesungguhan hati.
Hari-hari di awal bulan Oktober tidak terlalu bagus. Hari dimana Richard menjalankan rencananya adalah suatu hari dimana matahari tidak pernah muncul sejak pagi, selalu tertutup oleh mendung tebal. Namun tidak ada hujan yang turun. Udara terasa pengap dan berat, seolah ada sebuah kekuatan jahat yang sedang berkumpul di Blackwood.
Malam telah larut saat Richard keluar dari rumahnya. Jalanan kota Blackwood telah sepi, dan ia menjadi satu-satunya orang yang berjalan di tengah hawa dingin.
Whisper Street tidak begitu jauh dari rumahnya. Hanya perlu berjalan kaki selama sepuluh menit, dan ia sudah sampai di kawasan yang terletak di tepian Blackwood itu. Hutan yang berada di belkang deretan perumahan terlihat begitu mengacam malam itu. Richard mendapatkan firsat yang buruk. Namun ia tidak dapat lagi membatalkan apa yang sudah ia mulai.
Langkah kaki pria itu akhirnya mebawa dirinya tepat did epan rumah keluarga Jones, yang saat itu terlihat gelap. Namun Jones melihat adanya secercah cahaya yang keluar dari sebuah jendela. Berwarna jingga, terang, berasal dari sebuah ruangan.
Richard mengendap, mendekat, dan mencoba untuk melihat ke dalam rumah. Namun usahanya itu sia-sia sebab ruangan yang bercahaya itu tidak dapat dilihat dari luar rumah. Richard, terpaksa harus menggunakan aksi nekat, dengan menyelinap masuk rumah itu.
Ia harus menjebol satu kunci lewat pintu belakang, yang membawanya ke dapur dari rumah keluarga Jones itu. Begitu ia masuk, udara panas ia rasakan seoalh membakar kulitnya. Ada yang tidak beres dengan hawa malam itu. Apakah semuanya disebabkan oleh apa yang tengah dilakukan oleh pasangan Jones?
Richard bergidik ngeri saat ia mendengar lagi gumaman-gumaman aneh dan misterius itu. Sebuah bahasa yang tidak ia kenal, terdengar begitu berat, dan sulit untuk dimengerti. Setiap kata yang terucap dalam bahasa itu seolah memebrikan satu undangan pada maut, yang sepertinya telah memenuhi rumah itu.
Richard akhirnya sapai di depan sebuah pintu yang terbuka, dimana dari dalamnya terlihat cahaya lilin memenuhi ruangan. Lilin-lilin itu, mungkin lilin yang dibeli oleh pasangan Jones dari tokonya. Gumaman mantra itu semakin jelas terdengar. Dan Richard semakin penasaran dengan apa yang tengah terjadi di dalam. Ia memberanikan diri untuk mengintip, lalu…
Richard hampir saja muntah melihat keadaan di dalam ruangan yang dipenuhi dengan cahaya lilin itu. Dengan kedua mata membelalak, Ricahrd melihat ratusan macam tulang telah tersebar di segala tempat di dalam ruangan itu. Diatas meja, kursi digantungkan di dinding, dan di beberapa tempat. Warna merah, yang bukan dihasilkan dari cahaya lilin terlihat memenuhi ruang itu. Warna merah, berbau anyir, yang datang dari beberapa kepala anjing yang terpajang di beberapa titik. Keadaan yang mengerikan, menjijikan dan aneh ini bisa saja membuat Richard pingsan. Namun entah kenapa ia amsih dapat berdiri, meski perutnya serasa berputar tak karuan.
Di tengah-tengah ruangan itu, berdirilah pasnagan suami istri itu yang terbalut dengan mantel hitam berkudung, panjang hingga menyentuh mata kaki. Mereka berdiri tegak di tengah ruangan, melakukan gerakan-gerakan aneh dengan tangan mereka, dan terus menggumamkan mantra itu.
Richard terlonjak saat tiba-tiba saja terdengar suara bising dari ruang itu. Seperti suara gemuruha angin, berdesis, menggetarkan beberapa bingkai foto yang tergantung di dinding. Semakin keras bising angin itu terdengar, semakin keras pula pasangan itu menggumamkan mantra. Gerakan tangan mereka menyentuh udara, membentang, lalu mengarah ke satu titik di depan keduanya yang tidak dapat Richard lihat.
“Ini saatnya, putriku!” seru sang pria di sela-sela desingan angin hebat itu.
“Saatnya, untuk melepaskan segala kesusahan dari dirimu, dan bergabung kembali dengan kami. Datanglah! Datanglah!”
Richard tanpa sadar bergerak masuk ke dalam ruangan, tak menghiraukan lagi desingan angin yang seolah menahannya. Kepala-kepala anjing yang terletak di atas meja seolah menatapnya tajam, memebrikan sebuah peringatan.
“Datanglah! Datanglah!”
Dengan satu langkah, Richard akhirnya dapat melihat apa yang sebenarnya tengah dihadap oleh kedua Jones. Terletak di sebuah kursi kayu, terlihat seperti sbeuah boneka usang dan kumal, seorang gadis kecil duduk dengan tatapan kosong. Richard tanpa sadar menjerit saat melihat wajah mengerikan dari gadis itu. Wajah putih layu itu seolah memandangnya. Kosong, penuh dengan derita. Lebih menegrikannya lagi, gadis itu belum mati. Richard sempat mendapat satu kerlingan dari wajah pucat itu sebelum ia akhirnya berteriak.
“KAU!!”
Kedua Jones terlihat murka saat ritual yang mereka lakukan mendapat gangguan dari orang luar. Richard mencoba untuk berteriak, atau menerjang mau dan menghancurkan segala peralatan ritual yang ada di tempat itu. Namun kakinya seolah terpaku dengan lantai, dan ia tak dapat bergerak. Kedua Jones mengarahkan tangan mereka ke arah Richard. Dan Richard seketika merasakan rasa sakit yang luar biasa pada kepalanya. Kepalanya terasa berat, pening, berputar-putar, dan membuat berteriak dengan begitu keras.
“MATI!!!”
Richard hanya dapat melihat sorot mata memerah tajam dari kedua Jones, sesaat sebelum ia akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

**

“Richard! Bangun, Richard! Rick!”
Suara yang begitu familiar itu berputar di dalam kepala Richard, saat pria itu mulai mencoba untuk membuka kedua matanya. Kepalanya masih terasa begitu berat, dan pandangannya sedikit kabur. Namun ia dapat melihat dengan jelas sosok Bill yang berdiri dihadapannya.
Ketika Richard sudah benar-benar bisa menyadari keadaan sekitarnya, ia menemukan dirinya telah terbaring di rerumputan halaman rumah Jones. Ia pandang sekitarnya, dan ia temukan banyak sekali petugas kepolisian dan juga medis. Sedetik kemudian, ia teringat akan petualangannya semalam.
“Syukurlah kau tidak apa-apa.” Ucap Bill. “Kukira sihir kedua Jones telah melukaimu.”
“Jones!” seru Richard. “Bill, lihat di dalam! Mereka…, mereka…”
“Aku sudah tahu.” Potong Bill. “Polisi sedang mengurus segalanya. Kau tidak perlu cemas.”
Richard masih ingat dengan jelas apa yang ia lihat semalam di dalam ruang tengah keluarga Jones itu. Darah, tulang belulang, kepala-kepala anjing, dan gadis itu. Siapa gadis yang mengerikan itu? Putri Jones?
“Apa yang terjadi?”
“Tetangga mendengar teriakanmu semalam.” Ucap Bill. “Begitu mereka datang, keadaannya sudah seperti itu.”
“Seperti apa?”
Sedetik kemudian, Richard melihat dengan kepalanya sendiri saat dua tandu dibawa keluar dari dalam rumah Jones. Tanda yang tertutup dengan kain, menandakan satu hal.
“Oh, tidak! Aku membunuh mereka?”
“Tidak! Astaga!”
“Lalu apa yang terjadi?” Richard bingung. “Semalam, mereka tengah melakukan semacam ritual atau…, entahlah. Mengerikan. Suara-suara angin itu, kekuatan mereka…, dan gadis itu…”
“Ya. Sihir.” Balas Bill. Pria itu kemudian duduk di depan Richard, dan menjelaskan semuanya.
“Ada semacam ritual sihir di Northshire, yang memang memerlukan bahan-bahan seperti yang sudah kedua Jones beli darimu dan dari tokoku. Minyak zaitun, tulang, lalu kau sebut tadi ada darah, kepala anjing,…”
“Lilin.”
“Ya. Mereka membentuk sebuah pula di dalam rumah itu. Gambaran di atas lantai, dimana di bagian tengah terdapat satu kursi…”
“Disana!” seru Richard. “Gadis kecil itu duduk disana. Dan kedua Jones seperti tengah…, memantrai gadis itu.”
“Kurasa yang Jones lakukan adalah sebuah sihir untuk menyembuhkan seseorang.”
“Gadis itu.”
“Ya.” Ucap Bill. “Kudengar sihir ini memerlukan kekuatan spiritual yang begitu kuat. Di Northshire, praktek semacam ini sudah jarang ditemui. Itu sebabnya mereka memilih Blackwood, dimana kota ini masih memiliki kekuatan spiritual yang begitu besar, yang mereka gunakan untuk menyempurnakan mantra sihir mereka. Tapi sayang, kurasa sihir kedua Jones gagal. Mereka tewas karena kutukan mereka sendiri.”
“Tapi bagaimana dengan gadis itu?” tanya Richard. “Kau melihat gadis itu? Bagaimana dengan mereka, polisi maksudku.”
“Tidak ada.” Jawab Bill. “Gadis itu…, jika itu benar yang kau lihat, mungkin ia sudah kabur entah kemana. Yah…, mungkin sihir kedua Jones untuk menyembuhkan agdis itu sedikit berhasil. Tapi kedua Jones menerima konsekuensinya. Dengan kematian.”
Richard tidak akan mempercayai apa yang Bill ucapkan jika ia tidak melihat sendiri kejadian semalam. Kekuatan yang besar, jahat, seolah memenuhi rumah Jones. Tapi ketika semua itu berakhir, Richard tidak lagi merasakan udara berat itu. Sinar matahari ebrsinar cerah, menerangi halaman rumah Jones. Mungkin sihirnya tidak sempurna, dan gagal. Tapi yang menjadi pertanyaan, kemana gadis kecil itu pergi?
“Aneh.” Ucap Richard. Sedetik kemudian ia tertawa. Sebuah tawa yang mengandung sebuah kekesalan saat ia sadari bahwa semalam ini ia sudah berpikir bodoh. Ia berpikir bahwa kekuatan jahat itu tidak ada. Lalu, bagaimana dengan apa yang baru saja ia lihat?
“Kau sekarang tinggal di Blackwood, Richard.” Ucap Bill sedetik kemudian. “Kau harus menerima satu fakta bahwa kekuatan gaib memang ada di kota ini. Dan kurasa, hal-hal aneh bukanlah hal yang asing di kota ini.”
“Kurasa kau benar.” Balas Richard. “Hanya tinggal bagaimana caraku menyikapinya. Aku tidak akan jatuh ke dalam tangan kegelapan. Tidak. Aku akan melindungi keluargaku.”
Kekuatan gaib dan benda kasat mata memang sulit untuk ditangkap oleh akal sehat. Namun segala yang belum terjelaskan menjadi misteri di dunia yang tua ini. Dan Richard, telah mengalami salah satunya.

****







No comments:

Post a Comment