Bagi Richard Doyle, tidak ada yang dapat lebih
membahagiakannya selain bangun di pagi hari dengan badan segar, dan segalanya
masih dalam keadaan normal. Ia bukanlah tipe orang yang selalu mengharapkan
sebuah perubahan, meski berhubungan dengan hidupnya. Dia sudah terlalu bahagia
dengan apa yang ia miliki. Istrinya yang cantik, Sarah, dan putri kecilnya
adalah sumber kebahagiaan bagi pria itu. Pekerjaannya sebagai pemilik sebuah
toko kelontong juga bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan menghasilkan
banyak uang. Namun ia begitu mencintai pekerjaannya, dimana ia bisa berbuat
semaunya tanpa harus terpancang pada jadwal atau semacanya.
Richard bukanlah warga asli
Blackwood. Ia adalah pendatang dari utara yang yang memutuskan untuk hidup di
kota kecil itu lima tahun yang lalu. Segalanya berjalan normal tanpa ada
satupun hambatan baginya. Meskipun warga Blackwood mengatakan bahwa kota
Blackwood tidak akan terlalu ramah pada pendatang, namun Richard belum pernah
sekalipun mendapatkan kesulitan untuk bersosialisasi dengan warga kota kecil
itu.
Satu hal dari Blackwood yang
menarik perhatian Richard adalah cerita mengenai kota itu sendiri. Dimana
dikatakan bahwa Blackwood merupakan kota yang penuh dengan misteri dan hal-hal
aneh yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Richard bukanlah tipe orang
yang dengan mudahnya mempercayai cerita hantu atau semacamnya. Namun dengan
cerita yang ia dengar, ia ingin sekali paling tidak mengalami satu hal aneh
dalam hidupnya. Dan pada akhirnya, ia mendapatkan hal itu.
Semuanya bermula pada suatu
malam di akhir bulan September, dimana Blackwood sedang dilanda dengan cuaca
yang tidak begitu baik. Langit menghitam tertutup mendung, menghalangi cahaya
bulan. Richard tengah bersiap menutup toko miliknya saat pasangan suami istri
datang tergesa, meminta Richard untuk tidak menutup pintu. Richard
mempersilahkan pelanggan terakhirnya itu masuk, sementara ia sibuk menata
barang-barang lain di rak.
Pada awalnya, Richard tidak
terlalu menaruh curiga atas pasangan suami-istri itu. Pasangan itu terlihat
bergerak bersama di rak-rak lain, melihat-lihat barang, namun belum ada satupun
barang yang mereka masukkan ke dalam keranjang. Richard terus melanjutkan
pekerjaannya hingga akhrinya ia selesai, dan menunggu pasangan itu di konter
kasir.
Richard mulai bertanya-tanya
dalam hati mengenai pelanggannya itu saat keduanya tidak juga muncul lima belas
menit kemudian. Richard berpikir, mungkin pasangan suami-istri itu sedang
bingung dalam memilih barang. Namun kecurigaannya semakin besar saat dengan
samar ia mendengar suara kasak-kusuk, yang berasal dari pasangan suami-istri
itu.
Richard tidak dapat
mendengar dengan jelas apa yang tengah mereka bicarakan. Namun ia yakin bahwa
kedua pasangan itu sedang berdebat mengenai suatu hal. Semakin lama, Richard
tidak betah lagi menunggu dan memutuskan untuk menghampiri pasangan itu.
Pasangan suami istri itu
tengah berdiri di rak yang menjual minyak saat Richard menghampiri mereka.
Keduanya memutar tubuh mereka ke arah Richard saat pria itu datang mendekat.
“Ada yang bisa saya bantu?”
tanya Richard. “Sepertinya kalian sedang bingung memilih…”
“Minyak ini.” Potong sang
pria. Pria itu mengangkat sebuah botol kecil minyak zaitun, dan
memperlihatkannya pada Richard.
“Darimana asal minyak ini?”
tanya pria itu. Siapapun yang mendengar pertanyaan pria itu tentu saja akan
mengerutkan dahi, bingung dengan apa yang pria itu maksudkan. Begitu juga
dengan Richard.
“Maaf?”
“Minyak ini.” Ucap pria itu
sekali lagi. “Aku ingin tahu darimana minyak zaitun ini berasal?”
Richard bingung. Namun tidak
ada alasan lain untuk menolak untuk menjawab pertanyaan pria itu. Richard
meraih satu botol minyak yang sama dari rak, dan melihat nama dan lokasi pabrik
pembuat minyak itu.
“Impor.” Jawab Richard.
“Dari Vosolk, Norlandia. Berdasarkan dari apa yang tertulis di labelnya…”
“Bagus!” seru pria itu. Ia terlihat
begitu bahagia, dengan wajah sumringah. Ia memandang ke arah istrinya, lalu
kembali ke arah Richard. Rasa bingung Richard semakin menjadi-jadi dengan
tingkah aneh pria itu.
“Kami ambil ini.” Ucapnya
sambil menggoyangkan botol minyak zaitun itu.
“Hanya ini?” tanya Richard.
Pasangan suami-istri itu mengangguk secara bersamaan.
Pikiran Richard tidak bisa
mencerna apa yang tengah terjadi. Kenapa dengan pasangan itu? Kenapa mereka
berdebat mengenai sebotol minyak zaitun? Dan kenapa pria itu harus menanyakan
darimana minyak itu berasal?
Semua pertanyaan itu terus
berputar di dalam kepala Richard selama ia melayani pasangan suami-istri itu.
Pasangan itu terus bergerak bersama, dengan Richard berjalan di belakang
mereka, terus menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh yang pasangan itu lontarkan.
Pasangan suami-istri itu
pada akhirnya membeli barang-barang lain selain sebotol minyak zaitun. Mereka
membeli bawang, pisau daging, sekotak lilin, beberapa bungkus roti, dan
barang-barang lain. Hal yang aneh, pasangan suami istri itu terlihat terlalu
senang dengan barang yang mereka beli, seolah mereka belum pernah berbelanja
sebelumnya. Darimana sebenarnya pasangan itu berasal? Richard tidak pernah
melihat pasangan itu sebelumnya. Mereka mungkin pendatang.
“Ada yang lain?” tanya
Richard begitu ia kembali ke konter kasir dengan pasangan suami-istri itu
bergerak dibelakangnya.
“Kami rasa cukup.” Ucap pria
itu.
“Anda yakin?” tanya Richard
lagi. Pasangan suami-istri itu lagi-lagi menganguk secara bersamaan.
Richard yang merasa terlalu
penasaran dengan pasangan itu akhirnya mengucapkan pertanyaan yang berputar di
kepalanya.
“Anda pendatang?” tanya
Richard. “Aku belum pernah melihat kalian sebelumnya.”
“Ya, kami pendatang.” Jawab
pria itu. “Kami keluarga Jones. Aku Matthew, dan ini istriku Liz. Kami tinggal
tidak jauh dari tempat ini. Whisper Street.”
“Darimana kalian berasal?”
“Northshire.” Jawab pria
itu. “Di utara. Terlalu dingin disana. Kami memutuskan pindah ke kota ini untuk
mencari sedikit kehangatan.”
“Ya, aku mengerti dengan apa
yang kalian rasakan.” Ucap Richard. “Aku juga dari utara. Santo Pedro.”
“Kota yang terkenal dengan
legenda sihirnya? Di Northshire juga ada cerita mengenai sihir, dan ritual
sihir. Sedikit menakutkan.”
“Anda akan banyak mendengar
cerita aneh di kota ini, Tn. Jones.”
“Ya, aku sudah dengar.”
Richard menyerahkan
bungkusan belanjaan pada pasangan itu setelah ia selesai menghitung harga
barang-barang yang pasangan itu beli. Kedua pasangan itu tersenyum lebar,
menunjukkan sikap aneh mereka lagi pada Richard.
“Terima kasih.” Ucap pria
itu seraya menerima bungkusan dari tangan Richard. Tanpa kata-kata lain, kedua
orang itu pun pergi. Meninggalkan Richard terheran-heran dengan tingkah laku
kedua orang itu.
Richard memang
terheran-heran dengan tingkah aneh pasangan suami-istri itu. Namun ia
memutuskan untuk tidak memikirkannya terlalu jauh. Ia mencoba untuk melupakan
kedua orang itu. Namun keesokan harinya, ia terpaksa harus diingatkan lagi
dengan sosok dua orang aneh itu saat salah satu teman Richard datang ke tokonya
dan mulai membicarakan mengenai pasangan itu.
“Keluarga Jones.” Ucap Bill
Murray. Seorang penjual daging di Blackwood yang sudah menjadi teman Richard
selama lima tahun terakhir. Pria itu menekankan ucapannya seolah nama yang baru
ia sebutkan adalah nama seseorang yang harus ditakuti.
“Aku tahu mereka.”
“Kau sudah bertemu dengan
dua orang itu?”
“Mereka berbelanja di sini
kemarin malam.” Jawab Richard. “Ada apa dengan keluarga itu?”
“Oh! Kau tidak akan
percaya.”
“Apa?”
Bill mendekat ke arah
Richard. Lalu, dengan suara direndahakan, ia mulai berbicara.
“Kau tidak merasa aneh saat
bertemu dengan kedua orang itu?” tanya Bill. “Orang-orang di sekitar tempatku,
terutama yang sudah berhubungan dengan kedua orang itu, mengatakan bahwa mereka
sedikit…, entahlah. Bagaimana caraku menjelaskannya?”
“Aneh.” Ucap Richard.”
“Ya.”
“Memang aneh.” Ucap Richard
lagi. “Kedua orang itu berdebat hanya karena sebotol minyak zaitun. Dan kau
tahu? Bukan hanya itu. Mereka mulai bertanya hal-hal aneh padaku mengenai
barang yang mereka beli. Seperti bawang, lalu pisau daging…”
“Itu!” seru Bill dengan nada
tertahan. Ia memandang sekitar, memastikan tidak ada yang mendengarnya.
“Kemarin mereka juga datang
ke tempatku. Mereka, kukira mencari daging untuk dimakan. Tapi…”
“Tapi apa?”
“Mereka membeli tulang.”
“Tulang?” Richard menaikkan
sebelah alisnya. Bill mengangguk-angguk dengan serius.
“Aku tidak terlalu menaruh
curiga pada mereka saat itu. Tapi setelah mendengar keanehan tingkah mereka
dari beberapa orang, aku mulai curiga. Mereka dari Northshire, kau tahu?”
“Kenapa dengan Northshire?”
“Kau tidak tahu? Akan kuberi
tahu. Mereka membeli tulang. Lalu aku juga mendengar mereka sering menghabiskan
waktu di pemakaman, melakukan hal aneh yang tidak biasa dilakukan orang lain
seperti… berputar-putar mengelilingi pemakaman. Lalu katamu mereka juga membeli
minyak zaitun, ‘kan? Semuanya pas.”
“Dengan apa?”
“Legenda di Northsire
mengenai sihir.”
Richard bisa saja tertawa
mendengar ucapan terakhir temannya itu. Tapi ketika ia teringat bahwa semalam
kedua Jones juga mengucapkan sesuatu tentang sihir, Richard mulai semakin
penasaran dan ingin mendengar penjelasan lebih banyak dari Bill.
“Di Northsire…” ucap Bill.
“Sudah bukan rahasia lagi saat ada orang-orang yang mulai bertingkah seperti
itu. Mengumpukan tulang belulang, lalu minyak zaitun dan beberapa hal lain.
Kurasa keluarga Jones sedang melakukan praktek sihir. Mereka melakukan ritual
dengan barang-barang yang mereka beli.”
“Kau becanda, ‘kan?”
“Tidak.” Ucap Bill. “Kau
boleh tidak mempercayainya. Tapi aku memang merasa bahwa mereka sedang
melakukan suatu hal yang serius. Oh, Richard! Kau harus melihat dengan kepalamu
sendiri hal-hal aneh yang mereka lakukan. Dan kau akan mulai memikirkan apa
yang baru saja kukatakan.”
Richard tidak mempercayai
seratus persen dugaan Bill mengenai keluarga Jones yang tengah melakukan
praktek sihir. Namun ia juga tidak bisa mengabaikan cerita itu begitu saja,
mengingat ia saat ini tinggal di Blackwood dimana hal-hal mistis bukanlan hal
yang aneh.
Beberapa hari kemudian
Richard kembali dikagetkan oleh kedatangan psangan Jones di tokonya. Sama
seperti sebelumnya, kedua Jones dtang tepat sesaat sebelum Richard menutup
tokonya. Dan yang lebih anehnya lagi, kedua Jones membeli barang yang sama
dengan apa yang telah mereka beli beberapa hari sebelumnya. Richard yang merasa
penasaran, memberanikan diri untuk bertanya mengenai barang-barang yang dibeli
oleh pasangan itu.
“Anda sepertinya menyukai
minyak zaitun.” Ucap Richard. “Baru beberapa hari yang lalu Anda membelinya.
Boleh aku tahu untuk apa?”
“Sesuatu.” Ucap pria itu.
“Sesuatu yang penting. Untuk putri kami. Kami harus membelinya.”
“Putri Anda menkonsumi
minyak zaitun? Atau ia gunakan untuk keperluan lain?”
Richard hampir saja menyesal
mengucapkan pertanyaan itu, saat ia melihat tanda-tanda kemarahan dalam wajah
pria di depannya itu. Istri dari pria itu pun memiliki ekspresi yang sama.
Sepertinya mereka tidak terlalu senang urusan mereka diganggu.
“Bukan sesuatu yang harus
kuceritakan.” Ucap pria itu.
Rencana awal Richard untuk
melupakan kisah misterius mengenai pasangan Jones ternyata harus ia batalkan
saat ia merasa semakin curiga dan penasaran. Richard, dalam beberapa hari
setelah hari itu terus mendengar cerita aneh mengenai kedua pasangan itu. Ia
mendengar hal-hal yang sudah diucapkan oleh Bill beberapa hari yang lalu.
Richard tidak akan merasa
puas sebelum ia melihat sendiri dengan mata kepalanya. Suatu hari, Richard
menyempatkan diri untuk berkunjung ke Whisper Street, dimana kedua Jones tinggal.
Disana, Richard menyaksikan sendiri keanehan yang terjadi. Ia melihat pasangan
itu berjalan keluar rumah, lalu mengarah ke pamakaman. Richard mengikuti
keduanya sambil bersembunyi. Dan ia pun melihat apa yang sudah diceritakan
padanya oleh orang-orang. Kedua Jones berjalan mengitari area pemakaman, sambil
menggumamkan sesuatu yang terdengar begitu aneh. Richard tidak memiliki
pengetahuan yang lebih mengenai bahasa. Namun ia yakin bahwa apa yang
digumamkan oleh kedua Jones bukanlah bahasa normal dari suatu negara. Mereka
berbicara dengan bahasa yang benar-benar tidak dimengerti. Seperti bahasa roh,
atau semacamnya. Richard mulai berpikir bahwa apa ayng mereka gumamkan adalah
mantra.
“Bukan hanya itu. Mereka
juga berbicara pada anjing.”
Bill kembali menceritakan
hal-hal aneh pada Ricahrd beberapa hari kemudian. Cerita yang diucapkan oleh
pria itu sama persis dengan apa yang sudah Richard dengar dari orang lain, dan
dari pengalamannya sendiri saat menintai kedua pasangan itu.
“Mereka berjalan di
pemakaman, sambil mengucapkan sesuatu.” Ucap Richard. “Bahasa yang aneh. Bukan
bahasa biasa, kurasa. Kau tahu apa yang tengah mereka lakukan?”
“Seperti kataku sebelumnya.
Sihir. Aku yakin seratus persen. Dan apa yang mereka ucapkan di pemakaman
adalah mantra. Dan mereka masih membeli minyak zaitun itu?”
“Ya.” Jawab Richard. “Dan
lilin, bawang, barang yang sama.”
“Begitu juga dengan tulang
dari tempatku.”
Pada akhirnya, Richard tidak
bisa melepaskan pikirannya dari apa yang tengah terjadi di kotanya mengenai
keanehan keluarga Jones itu. Setiap hari, ia selalu mendengar cerita-cerita
aneh mengenai pasangan itu. Mulai dari tingkah aneh mereka di pemakaman, lalu
tingkah mereka saat berdiri di depan pohon besar yang ada di depan stasiun, dan
yang paling aneh adalah saat pasangan itu terlihat berbicara dengan anjing,
menggunakan bahasa aneh yang sudah pernah Richard dengar.
Richard membawa semua
perasaan penasarannya itu hingga ia berangkat tidur di malam hari. Ia mulai
gelisah dan tak tenang.
“Kau tidak apa-apa, sayang?”
tanya Sarah di suatu malam saat Richard tidak bisa memejamkan matanya.
“Kau percaya dengan sihir?”
tanya Richard. “Kau pasti juga sudah mendengar mengenai keanehan keluarga
Jones, ‘kan? Mengenai tingkah mereka…”
“Ya.” Jawab sarah.
“Pemakaman, barang-barang aneh yang mereka beli, lalu anjing…, ngomong-ngomong
soal anjing, memang ada yang aneh akhir-akhir ini.”
“Ada apa?”
“Banyak yang kehilangan
anjing.”
“Apa?”
“Ya. Kau tidak sadar bahwa
akhir-akhir ini jarang sekali ada lolongan anjing saat malam? Biasanya anjing-anjing
di sekitar tempat ini tidak mau diam. Tapi kini mereka menghilang. Kurasa ada
kaitannya dengan keluarga Jones, atau dengan sesuatu yang mereka lakukan.”
“Menurutmu apa?” tanya
Richard. “Apa kau juga percaya bahwa mereka melakukan praktek sihir? Maksudku…,
barang yang mereka beli itu aneh.”
“Kurasa aku mulai
mempercayainya.” Ucap Sarah. “Mereka dari Northshire.”
Richard tidak pernah
merasakan hal besar seperti ini sebelumnya. Sebuah rasa penasaran yang mengakar
terlalu dalam di dadanya. Seperti rasa gatal yang ingin sekali ia garuk, ia
ingin mengetahui kebenaran dari apa yang sebenarnya tengah terjadi pada
keluarga Jones.
“Polisi tidak dapat
melakukan apapun.” Ucap Bill di suatu akhir pekan yang mendung. Richard saat
itu mengatakan rencananya untuk membawa kepolisian dalam membongkar misteri
keluarga Jones.
“Kenapa tidak?” tanya
Richard. “Mereka terbukti bertingkah aneh, ‘kan? Hal ini mulai mengganggu
warga.”
“Di Blackwood ada banyak
keanehan.” Jawab Bill. “Dan kurasa kepolisian sudah terbiasa dnegan hal itu.
Tapi jika kau benar-benar ingin membongkar misteri ini, kau harus melakukannya
sendiri. Seperti katamu, keluarga Jones memang sudah benar-benar mengganggu
pikiran warga.”
Richard belum pernah
mengambil sebuah keputusan besar sebelumnya. Dan kini ia melakukannya. Ia akan
mendatangi kediaman Jones, dan melihat sendiri apa yang terjadi. Atau jika
memungkinkan, ia akan menghentikan rencana buruk keluarga Jones.
Tapi penolakan selalu hadir
dalam setiap keputusan besar. Sarah begitu mengkhawatirkan suaminya, dan tidak
ingin sumainya itu terluka. Ia mencoba membujuk Richard untuk membatalkan
rencananya itu. Tapi pria itu sudah membulatkan tekad.
“Aku harus melakukannya.”
Ucap Richard dengan kesungguhan hati.
Hari-hari di awal bulan
Oktober tidak terlalu bagus. Hari dimana Richard menjalankan rencananya adalah
suatu hari dimana matahari tidak pernah muncul sejak pagi, selalu tertutup oleh
mendung tebal. Namun tidak ada hujan yang turun. Udara terasa pengap dan berat,
seolah ada sebuah kekuatan jahat yang sedang berkumpul di Blackwood.
Malam telah larut saat
Richard keluar dari rumahnya. Jalanan kota Blackwood telah sepi, dan ia menjadi
satu-satunya orang yang berjalan di tengah hawa dingin.
Whisper Street tidak begitu
jauh dari rumahnya. Hanya perlu berjalan kaki selama sepuluh menit, dan ia
sudah sampai di kawasan yang terletak di tepian Blackwood itu. Hutan yang
berada di belkang deretan perumahan terlihat begitu mengacam malam itu. Richard
mendapatkan firsat yang buruk. Namun ia tidak dapat lagi membatalkan apa yang
sudah ia mulai.
Langkah kaki pria itu
akhirnya mebawa dirinya tepat did epan rumah keluarga Jones, yang saat itu
terlihat gelap. Namun Jones melihat adanya secercah cahaya yang keluar dari
sebuah jendela. Berwarna jingga, terang, berasal dari sebuah ruangan.
Richard mengendap, mendekat,
dan mencoba untuk melihat ke dalam rumah. Namun usahanya itu sia-sia sebab
ruangan yang bercahaya itu tidak dapat dilihat dari luar rumah. Richard,
terpaksa harus menggunakan aksi nekat, dengan menyelinap masuk rumah itu.
Ia harus menjebol satu kunci
lewat pintu belakang, yang membawanya ke dapur dari rumah keluarga Jones itu.
Begitu ia masuk, udara panas ia rasakan seoalh membakar kulitnya. Ada yang
tidak beres dengan hawa malam itu. Apakah semuanya disebabkan oleh apa yang
tengah dilakukan oleh pasangan Jones?
Richard bergidik ngeri saat
ia mendengar lagi gumaman-gumaman aneh dan misterius itu. Sebuah bahasa yang
tidak ia kenal, terdengar begitu berat, dan sulit untuk dimengerti. Setiap kata
yang terucap dalam bahasa itu seolah memebrikan satu undangan pada maut, yang
sepertinya telah memenuhi rumah itu.
Richard akhirnya sapai di
depan sebuah pintu yang terbuka, dimana dari dalamnya terlihat cahaya lilin
memenuhi ruangan. Lilin-lilin itu, mungkin lilin yang dibeli oleh pasangan
Jones dari tokonya. Gumaman mantra itu semakin jelas terdengar. Dan Richard
semakin penasaran dengan apa yang tengah terjadi di dalam. Ia memberanikan diri
untuk mengintip, lalu…
Richard hampir saja muntah
melihat keadaan di dalam ruangan yang dipenuhi dengan cahaya lilin itu. Dengan
kedua mata membelalak, Ricahrd melihat ratusan macam tulang telah tersebar di
segala tempat di dalam ruangan itu. Diatas meja, kursi digantungkan di dinding,
dan di beberapa tempat. Warna merah, yang bukan dihasilkan dari cahaya lilin
terlihat memenuhi ruang itu. Warna merah, berbau anyir, yang datang dari
beberapa kepala anjing yang terpajang di beberapa titik. Keadaan yang
mengerikan, menjijikan dan aneh ini bisa saja membuat Richard pingsan. Namun
entah kenapa ia amsih dapat berdiri, meski perutnya serasa berputar tak karuan.
Di tengah-tengah ruangan itu,
berdirilah pasnagan suami istri itu yang terbalut dengan mantel hitam
berkudung, panjang hingga menyentuh mata kaki. Mereka berdiri tegak di tengah
ruangan, melakukan gerakan-gerakan aneh dengan tangan mereka, dan terus
menggumamkan mantra itu.
Richard terlonjak saat
tiba-tiba saja terdengar suara bising dari ruang itu. Seperti suara gemuruha
angin, berdesis, menggetarkan beberapa bingkai foto yang tergantung di dinding.
Semakin keras bising angin itu terdengar, semakin keras pula pasangan itu
menggumamkan mantra. Gerakan tangan mereka menyentuh udara, membentang, lalu
mengarah ke satu titik di depan keduanya yang tidak dapat Richard lihat.
“Ini saatnya, putriku!” seru
sang pria di sela-sela desingan angin hebat itu.
“Saatnya, untuk melepaskan
segala kesusahan dari dirimu, dan bergabung kembali dengan kami. Datanglah!
Datanglah!”
Richard tanpa sadar bergerak
masuk ke dalam ruangan, tak menghiraukan lagi desingan angin yang seolah
menahannya. Kepala-kepala anjing yang terletak di atas meja seolah menatapnya tajam,
memebrikan sebuah peringatan.
“Datanglah! Datanglah!”
Dengan satu langkah, Richard
akhirnya dapat melihat apa yang sebenarnya tengah dihadap oleh kedua Jones.
Terletak di sebuah kursi kayu, terlihat seperti sbeuah boneka usang dan kumal,
seorang gadis kecil duduk dengan tatapan kosong. Richard tanpa sadar menjerit
saat melihat wajah mengerikan dari gadis itu. Wajah putih layu itu seolah
memandangnya. Kosong, penuh dengan derita. Lebih menegrikannya lagi, gadis itu
belum mati. Richard sempat mendapat satu kerlingan dari wajah pucat itu sebelum
ia akhirnya berteriak.
“KAU!!”
Kedua Jones terlihat murka
saat ritual yang mereka lakukan mendapat gangguan dari orang luar. Richard
mencoba untuk berteriak, atau menerjang mau dan menghancurkan segala peralatan ritual
yang ada di tempat itu. Namun kakinya seolah terpaku dengan lantai, dan ia tak
dapat bergerak. Kedua Jones mengarahkan tangan mereka ke arah Richard. Dan
Richard seketika merasakan rasa sakit yang luar biasa pada kepalanya. Kepalanya
terasa berat, pening, berputar-putar, dan membuat berteriak dengan begitu
keras.
“MATI!!!”
Richard hanya dapat melihat
sorot mata memerah tajam dari kedua Jones, sesaat sebelum ia akhirnya jatuh tak
sadarkan diri.
**
“Richard! Bangun, Richard!
Rick!”
Suara yang begitu familiar
itu berputar di dalam kepala Richard, saat pria itu mulai mencoba untuk membuka
kedua matanya. Kepalanya masih terasa begitu berat, dan pandangannya sedikit
kabur. Namun ia dapat melihat dengan jelas sosok Bill yang berdiri
dihadapannya.
Ketika Richard sudah
benar-benar bisa menyadari keadaan sekitarnya, ia menemukan dirinya telah
terbaring di rerumputan halaman rumah Jones. Ia pandang sekitarnya, dan ia
temukan banyak sekali petugas kepolisian dan juga medis. Sedetik kemudian, ia
teringat akan petualangannya semalam.
“Syukurlah kau tidak
apa-apa.” Ucap Bill. “Kukira sihir kedua Jones telah melukaimu.”
“Jones!” seru Richard.
“Bill, lihat di dalam! Mereka…, mereka…”
“Aku sudah tahu.” Potong
Bill. “Polisi sedang mengurus segalanya. Kau tidak perlu cemas.”
Richard masih ingat dengan
jelas apa yang ia lihat semalam di dalam ruang tengah keluarga Jones itu.
Darah, tulang belulang, kepala-kepala anjing, dan gadis itu. Siapa gadis yang
mengerikan itu? Putri Jones?
“Apa yang terjadi?”
“Tetangga mendengar teriakanmu
semalam.” Ucap Bill. “Begitu mereka datang, keadaannya sudah seperti itu.”
“Seperti apa?”
Sedetik kemudian, Richard
melihat dengan kepalanya sendiri saat dua tandu dibawa keluar dari dalam rumah
Jones. Tanda yang tertutup dengan kain, menandakan satu hal.
“Oh, tidak! Aku membunuh
mereka?”
“Tidak! Astaga!”
“Lalu apa yang terjadi?”
Richard bingung. “Semalam, mereka tengah melakukan semacam ritual atau…,
entahlah. Mengerikan. Suara-suara angin itu, kekuatan mereka…, dan gadis itu…”
“Ya. Sihir.” Balas Bill.
Pria itu kemudian duduk di depan Richard, dan menjelaskan semuanya.
“Ada semacam ritual sihir di
Northshire, yang memang memerlukan bahan-bahan seperti yang sudah kedua Jones
beli darimu dan dari tokoku. Minyak zaitun, tulang, lalu kau sebut tadi ada
darah, kepala anjing,…”
“Lilin.”
“Ya. Mereka membentuk sebuah
pula di dalam rumah itu. Gambaran di atas lantai, dimana di bagian tengah
terdapat satu kursi…”
“Disana!” seru Richard.
“Gadis kecil itu duduk disana. Dan kedua Jones seperti tengah…, memantrai gadis
itu.”
“Kurasa yang Jones lakukan
adalah sebuah sihir untuk menyembuhkan seseorang.”
“Gadis itu.”
“Ya.” Ucap Bill. “Kudengar
sihir ini memerlukan kekuatan spiritual yang begitu kuat. Di Northshire,
praktek semacam ini sudah jarang ditemui. Itu sebabnya mereka memilih
Blackwood, dimana kota ini masih memiliki kekuatan spiritual yang begitu besar,
yang mereka gunakan untuk menyempurnakan mantra sihir mereka. Tapi sayang,
kurasa sihir kedua Jones gagal. Mereka tewas karena kutukan mereka sendiri.”
“Tapi bagaimana dengan gadis
itu?” tanya Richard. “Kau melihat gadis itu? Bagaimana dengan mereka, polisi
maksudku.”
“Tidak ada.” Jawab Bill.
“Gadis itu…, jika itu benar yang kau lihat, mungkin ia sudah kabur entah
kemana. Yah…, mungkin sihir kedua Jones untuk menyembuhkan agdis itu sedikit
berhasil. Tapi kedua Jones menerima konsekuensinya. Dengan kematian.”
Richard tidak akan
mempercayai apa yang Bill ucapkan jika ia tidak melihat sendiri kejadian
semalam. Kekuatan yang besar, jahat, seolah memenuhi rumah Jones. Tapi ketika
semua itu berakhir, Richard tidak lagi merasakan udara berat itu. Sinar
matahari ebrsinar cerah, menerangi halaman rumah Jones. Mungkin sihirnya tidak
sempurna, dan gagal. Tapi yang menjadi pertanyaan, kemana gadis kecil itu
pergi?
“Aneh.” Ucap Richard.
Sedetik kemudian ia tertawa. Sebuah tawa yang mengandung sebuah kekesalan saat
ia sadari bahwa semalam ini ia sudah berpikir bodoh. Ia berpikir bahwa kekuatan
jahat itu tidak ada. Lalu, bagaimana dengan apa yang baru saja ia lihat?
“Kau sekarang tinggal di
Blackwood, Richard.” Ucap Bill sedetik kemudian. “Kau harus menerima satu fakta
bahwa kekuatan gaib memang ada di kota ini. Dan kurasa, hal-hal aneh bukanlah
hal yang asing di kota ini.”
“Kurasa kau benar.” Balas
Richard. “Hanya tinggal bagaimana caraku menyikapinya. Aku tidak akan jatuh ke
dalam tangan kegelapan. Tidak. Aku akan melindungi keluargaku.”
Kekuatan gaib dan benda
kasat mata memang sulit untuk ditangkap oleh akal sehat. Namun segala yang
belum terjelaskan menjadi misteri di dunia yang tua ini. Dan Richard, telah
mengalami salah satunya.
****
No comments:
Post a Comment