Nafas Sandra terngengah-engah. Kakinya itu dengan kuat
terus bergerak dengan cepat, berlari dan melompati beberapa rintangan yang ada
di hadapan keduanya. Sandra merasa jantungnya sudah mau meledak setelah ia
berlari selama beberapa menit di permukaan tanah yang tidak datar. Kegelapan
malam pun sedikit mempersulit keadaan yang ia hadapi. Namun ia tahu bahwa ia
harus terus berlari jika ia ingin hidup. Jika ia ingin terhindar dari makhluk
yang mengejarnya itu.
Sandra tidak pernah berpikir
bahwa rekreasi ke gunung ini akan berakhir dengan malapetaka seperti. Dia, dan
tiga temannya yang lain memutuskan untuk mendaki gunung Elber sebagai satu
agenda di akhir musim panas sebelum mereka harus kembali ke kampus. Namun
ternyata perjalanan ini menjadi perjalanan maut.
Gunung Elber yang terletak
di Norlandia utara itu terlihat begitu mencekam di malam hari. Meski sudah
begitu terkenal dengan trek pendakiannya, namun tidak dapat memungkiri bahwa
hutan lebat di sekeliling tempat itu dapat begitu membingungkan, terutama di malam
hari. Sandra sudah tidak bisa mengingat lagi apa yang terjadi beberapa menit
yang lalu. Saat itu ia tidur di tenda dengan Sarah, gadis lain di kelompok itu.
Hingga akhirnya ia terbangun saat mendengar jeritan Tom.
Keadaan yang aneh ia temui
saat ia keluar dari tenda bersama dengan Sandra. Keadaan begitu gelap, dan
hanya cahaya dari api unggun yang menjadi satu-satunya penerangan di tempat
itu. Ia melihat gerumubulan semak tiba-tiba saja bergerak, seolah akan ada yang
melompat keluar dari sana. Saat tiba-tiba saja James berlari dari balik semak
dengan wajah penuh teror. Ia berteriak dengan suara nyaring,
“LARI!!”
Sandara tidak tahu apa yang
terjadi, dan tidak sempat untuk bertanya. Selama beberapa menit ia dan kedua
temannya berlari tanpa tahu arah di tengah kegelapan suasana. Mungkin hanya
sedikit cahaya dari bulan yang dapat membantu. Namun teror sudah semakin dekat.
“TERUS BERLARI! JANGAN
BERHENTI!” teriak James yang berlari di belakang mereka.
Kemana perginya Tom? Pikir
Sandra saat itu. Apakah Tom jatuh ke dalam suatu masalah? Teriakan itu…
Sandra baru bisa bertanya
soal Tom pada James saat ia dan kedua temannya itu berhenti berlari dan
berlindung di balik sebuah pohon besar. Dengan nafas terengah-tengah, James
mengatakan sesuatu yang membuat Sandra dan Sarah terpekik.
“Tom sudah mati!” ucap James
dengan wajah penuh teror. “Karena makhluk itu!”
Sandra tidak butuh
penjelasan mengenai makhluk apa yang sebenarnya James maksudkan. Sesaat setelah
mulut James tertutup, ia dapat mendnegar
sebuah jeritan yang memilukan di tengah kesunyian malam. Jerit dari makhluk
besar yang mengejar mereka itu.
Sandra masih belum
mempercayainya, namun apa yang ia dengar benar-benar nyata. Ada makhluk aneh
yang mengejar mereka saat itu. Entah makhluk apa itu. Yang jelas, mereka tidak
memilik banyak waktu untuk berhenti. Makhluk itu mungkin dapat mendeteksi
keberadaan mereka. Dan benar saja, sedetik kemudian terdengar suara menggelepar
di udara, seperti suara kelelawar. Dan Sandra melihat satu bayangan besar
muncul di angkasa di antara siluet pepohonan.
“Kita harus lari lagi!”
desis James seraya mendorong kedua temannya itu.
Rencananya sebenarnya sangat
sederhana. Mereka akan berlari menyusuri jalan setapak menuruni gunung dan
mencari bantuan di pos jaga. Namun siapa sangka bahwa mereka pada akhirnya akan
terpisah satu sama lain? Dan kini, Sandra sendirian di tengah gunung gelap, di
bawah mata makhluk ganas itu.
Sandra merasakan sakit di
dadanya. Mungkin karena ia terlalu lelah berlari. Ia mencoba menghentikan
langkahnya, namun ia tahu bahwa ia akan mati jika ia berhenti. Seolah ia masih
dapat mendengar gelepar suara sayap makhluk itu di belakangnya.
Tidak.
Sandra merasa bahwa ia sudah
tidak kuat lagi untuk berlari. Dan ketika orientasinya sedikit terganggu, ia
jadi tidak dapat berpikir dan melihat apa yang ada di depannya. Ia terjatuh ke
tanah dengan keras saat kakinya tersandung oleh sebuah akar besar.
Sandra meringkuk di atas
tanah yang dingin dan basah, dengan jantung berdegup cepat. Apakah makhluk itu
akan menemukan posisinya? Keadaan begitu gelap dan sunyi, yang dapat ia dengar
hanyalah suara nafasnya sendiri. Kedua matanya begerak jalang di rongganya,
mengamati keadaan gelap di sekelilingnya.
Ia sebenarnya tidak dapat
melihat begitu jelas di tengah kegelapan total itu. Namun seolah ia dapat
menyadari jika makhluk itu datang. Dan untuk saat itu, sepertinya ia aman untuk
sementara.
Sandra mengangkat tubuhnya
ke posisi duduk sambil meremas kakinya yang terasa begitu pegal. Beberapa
bagian tubuhnya sudah penuh dengan luka goresan saat ia berlari menembus semak
berduri dan ranting-ranting rendah. Sandra sudah tidak tahu lagi apa yang harus
ia lakukan. Ia sendirian, dan tidak tahu dimana keberadaan Sarah maupun James.
Ia tentu saja juga sudah
kehilangan jalur pendakian itu. Kini ia tersesat di dalam hutan yang luas,
dengan makhluk aneh mengejar dan mungkin akan memangsanya. Sandra tidak tahu
lagi. Makhluk apa yang sebenarnya tengah mengejarnya itu?
Otak Sandra tiba-tiba saja
berputar dengan cepat mengingat kembali apa yang pernah teman-temannya
ceritakan soal gunung Elber. Dan ia teringat akan satu mitos soal gunung itu.
Gunung Elber memang terkenal
sebagai gunung pendakian dengan hadiah yang luar biasa jika pendaki bisa sampai
di puncak. Namun ada satu cerita aneh soal gunung itu yang hingga saat ini
masih menjadi misteri. Cerita soal monster gunung Elber yang melegenda.
Tidak ada yang tahu persis
monster apa yang sebenarnya ada dalam cerita itu. Sandra selalu berpikir,
mungkin orang-orang hanya membesar-besarkan cerita itu. Mungkin hanya hewan
liar, dan pendaki salah melihat karena terllau kelelahan. Namun kini Sandra
tahu sendiri bahwa teror di gunung itu bukan cerita bualan.
Kenapa ia mau mendaki gunung
dengan mitos mengerikan itu?
Sandra sendiri tidak habis
pikir kenapa ia menyetujui rencana James ini. Ya. James-lah yang memiliki ide
untuk mendaki gunung Elber. Dan kini, ia berada dalam masalah besar. Ia tidak
tahu lagi apa yang harus ia lakukan di tengah kegelapan seperti itu. Ia merasa
cukup putus asa.
Pemikiran soal monster itu
tiba-tiba saja buyar saat Sandra mendengar suara bergemerisik tak jauh darinya.
Ada yang bergerak di dalam semak-semak yang tak jauh darinya. Siapa? Tidak
mungkin monster besar itu, ‘kan?
Sandra masih terpaku di
tempatnya tanpa dapat bergerak. Kedua matanya memicing mencoba untuk melihat di
tengah kegelapan, dan telinganya ia buka lebar-lebar. Apa yang akan keluar dari
semak-semak itu?
“Sarah?” panggil Sandra
lirih. Apakah mungkin Sarah yang berada di balik semak itu?
Sandra menyeret tubuhnya
mendekati semak-semak itu. Memang sebuah ide yang gila mengingat ia belum tahu
benar apa yang ada di balik semak itu. Tapi mungkin Sarah. Mungkin Sarah juga
ketakutan seperti dirinya dan tidak dapat membalas ucapannya. Namun ketika
Sandra mengarahkan tangannya pada semak itu, tiba-tiba saja…
“ARRGH!!”
Sandra memekik saat sepasang
mata bersinar dan gigi taring keluar dari semak-semak itu. Sandra terpental ke
belakang, dan makhluk kecil itu berlari cepat melewatinya. Apa itu tadi? Hewan
liar?
Sandra seketika memfokuskan
kembali perhatiannya pada sekelilingnya. Ia mendengar suara aneh itu lagi.
suara menggelepar di udara, seperti suara sayap kelelawar besar. Makhluk itu.
Dan sedetik kemudian…
“Oh!”
Sandra memekik kecil saat
sesuatu yang besar bergerak melewati atas kepalanya. Sesuatu seperti sebuah
kelelawar raksasa yang menciptakan sebuah suara yang aneh. Suara seperti sebuah
jeritan, yang terdengar memilukan di tengah keheningan suasana. Dan Sandra
melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Sesosok makhluk yang
bentuknya tidak jelas terlihat bertengger di salah satu dahan pohon berjarak
beberapa meter dari posisi Sandra berada. Makhluk itu menciptakan sebuah silut
besar di tengah remangnya suasana hutan. Terlihat seperti sebuah kelelawar
raksasa, namun dengan tubuh seperti manusia. Kepalanya…
Tidak. Sandra tidak dapat
melihat kepala dari makhluk itu. Yang terlihat olehnya hanyalah rentangan sayap
raksasa dari makhluk itu. Dan kemudian ia mendengar kembali jeritan memilukan
itu, yang terdengar lebih jelas dari sebelumnya.
Sandra mengerjap, dan
mencoba untuk tidak bergerak. Lebih tepatnya, ia tidak dapat bergerak karena
rasa takut yang ia derita. Tubuhnya menjadi kaku seperti kayu, dan jantungnya
rasanya mau pecah. Kedua mata Sandra masih terpaku pada makhluk aneh itu, yang terlihat
begitu besar. Apakah makhluk itu akan tahu posisinya?
KRAK!
Sandra mengerjap seketika.
Otot-otot di tubuhnya menegang saat ia secara tidak sengaja menginjang ranting
kering. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi, kepala dari sosok misterius
itu berputar ke arahnya.
Sandra tidak begitu dapat
menjelaskan seperti apa rupa dari makhluk itu, mengingat keadaan cukup gelap.
Namun dari bayangannya, Sandra dapat melihat bentuk kepala seperti kepala
manusia. Bulat, dengan betuk seperti telur dengan telinga runcing. Makhluk apa
itu sebenarnya? Dan Sandra lagi-lagi memekik saat sepasang mata berwarna merah
darah memandang tajam ke arahnya. Apa yang akan ia lakukan? Ia berdiri kaku di
tempat. Apakah makhluk itu tahu keberadaannya? Hingga detik berikutnya…
Makhluk itu tiba-tiba saja
mengeluarkan lengkingan jeritannya lagi seraya mengepakkan sayapnya, dan
terbang lurus ke arah Sandra. Otot-otot di tubuh Sandra seketika reflek
melakukan apa yang sudah seharusnya ia lakukan. Ia memutar tubuhnya dan
berlari.
Di tengah kegelapan suasana,
dengan keadaan yang remang dan penuh dengan rintangan, Sandra seperti berlari
di neraka. Nafasnya begitu berat dan cepat, dengan dada panas dan jantung
seolah mau pecah. Ia tidak peduli lagi dengan ranting-ranting atau duri yang
menusuknya. Rasa sakit yang ia rasakan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
rasa takut yang ia rasakan.
“Tidak! Tidak!” Amanda terus
mengerakkan kakinya meski ia sudah merasa terlalu lelah. Suara menggelepar itu
terdengar begitu dekat dengannya, di belakang, dan suara jeritan itu…
“TIDAK!!” Sandra berteriak
saat ia mendengar makhluk itu semakin dekat. Makhluk itu melakukan satu gerakan
terbang rendah, berusaha meraih tubuh Sandra, tapi kemudian…
“AARRGGHH!!!”
Kuku tajam dari makhluk itu
mungkin saja bisa menembus tubuh Sandra jika saja Sandra tidak tersandung dan
jatuh ke tanah. Sialnya, ia terjatuh pada permukaan tanah yang miring turun,
dan memaksanya untuk bergulingan di tanah yang basah hingga akhirnya ia
terjerembab ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam. Sandra seektika melihat
makhluk besar itu terbang di atasnya, melewatinya, dan…, menghilang dari
pandangan. Sandra masih terpaku di tempatnya dengan jantung berdebar dan nafas
terengah.
Untuk sesaat, ia dapat
merasa cukup aman. Berada di dalam kubangan lumpur sepertinya bukan ide yang
buruk mengingat apa yang baru saja terjadi. Sandra kemudian berusaha untuk
mengangkat tubuhnya berdiri dari kubangan itu, dan merangkak menuju tanah yang
lebih tinggi. Perlahan, ia rasakan rasa perih di sekujur tubuhnya karena
luka-luka yang ia derita. Apakah mimpi buruk sudah berlalu? Sepertinya belum.
Sandra nyaris tidak dapat bergerak
karena kakinya terkilir saat ia jatuh ke dalam lubang tadi. Ia terus mencoba
untuk begrerak maju meski tertatih-tatih. Ia juga masih harus waspada dengan
keadaan di sekelilingnya. Ia mencoba mencari dimana keberadaan makhluk itu,
namun ia tidak menemukannya.
Sandra menghentikan
langkahnya seketika saat ia mendengar sebuah suara aneh dari balik semak-semak.
Apakah pergerakan hewan liar lagi? sepertinya bukan. Sesuatu yang untuk sesaat
dapat melambungkan perasaannya.
Sebuah tangisan seorang
gadis.
Sandra bergerak tertatih ke
arah semak berduri itu, penasaran dengan apa yang ia dengar. Jika apa yang ia
pikirkan benar…
“Sarah!”
Sarah terlihat terpuruk di
atas tanah sambil menangis. Wajah gadis itu terlihat begitu berantakan dengan
segala macam luka dan lumpur, bercampur dengan air mata.
“Oh, Sandra!” Sarah seketika
bangkit dari posisinya dan bergerak ke arah Sandra yang masih tertatih.
“Oh, Sandra! Apa yang akan
terjadi pada kita? Makhluk itu! Makhluk itu…, dan James, dia…”
“James tidak bersamamu?”
“Makhluk itu membunuh
James!” teriak Sarah histeris dengan tangisan yang keluar semakin keras. Sandra
mencoba menghentikan tangis gadis itu, sebab takut seandainya makhluk itu akan
mendengar.
“Tubuh James! Tubuh James…”
Sarah terbta-bata.
“Tenang, Sarah! Kini kita
bersama.” Ucap Sandra, mencoba untuk berpikir positif. Meski sulit untuk
dilakukan dalam keadaan itu.
“Apa yang akan kita lakukan?
Apa kita akan mati?”
“Tidak, Sarah.” Ucap Sandra.
“Kita harus turun gunung. Kita ahrus mencapai pos jaga.”
“Tapi kita tersesat!”
Ya, itu benar. Sandra tidak
tahu lagi apa yang harus ia lakukan dalam posisi seperti itu. Mungkin mereka
bisa menunggu datangnya pagi? Namun sepertinya masih terlalu lama, dan mereka
tidak tahu ahrus berlindung di mana. Makhluk itu mungkin masih mengincar
mereka.
“Kita harus terus bergerak!”
ucap Sandra. Ia mencoba menguatkan otot-otot di kakinya meski terasa sakit.
Keduanya berjalan tertatih
diantara semak dan pohon-pohon besar tanpa tahu kemana mereka harus bergerak.
Mungkin mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan, dan jauh dari jalur
pendakian. Memang terlihat begitu kacau saat itu.
Keduanya saling diam, tak
mengucapkan sepatah katapun selama dalam perjalanan. Sandra mencoba untuk
memimpin, meski ia tidak tahu arah yang benar. Tapi ia tahu bahwa ia dan Sarah
harus terus bergerak jika tidak ingin dimangsa oleh makhluk itu.
“Makhluk apa itu
sebenarnya?” tanya Sarah lirih. Kekuatan sepertinya telah menghilang dari
dirinya. “Aku tidak…”
“Aku juga tidak tahu.” Balas
Sandra.
“Ini kutukan!” ucap Sarah.
“Seperti apa yang selalu orang-orang katakan mengenai gunung ini. Entah kenapa
aku menyetujui perjalanan mengesalkan ini!”
“Tidak ada yang bisa kita
lakukan untuk memutar waktu.” Ucap Sandra. “Kita hanya harus bertahan.”
“Aku takut mati!” keluh
Sarah, yang sepertinya ingin menangis lagi.
Gerakan keduanya seketika
terhenti saat jeritan memilukan itu terdengar lagi. Dan kemudian, suara
menggelepar di udara itu.
“Oh, tidak! Kita harus lari!”
Sandra dan Sarah menegrahkan
kekuatan terakhir mereka untuk bergerak cepat menembus segala semak yang ada di
hadapan mereka. Mereka melompat akar demi akar, lalu menyusuri kembali lereng
sempit, dan kembali berlari. Akan tetapi…
Jeritan itu kembali
terdengar, dan semakin dekat. Suara gelepar dari sayap besar makhluk itu
membelah udara. Semakin dekat…, dan dekat…
“Oh! Oh, tidak!”
Seketika seperti ada sebuah
tiupan angin dari samping, dan terdengarlah suara jerit wanita yang seolah
dapat menggetarkan setiap daun di pepohonan.
“SANDRA!!!!!”
Sandra terpuruk di tanah,
terpaku memadnang pada sosok makhluk besar itu yang menyahut temannya. Dan
dalam cahaya bulan, Sandra dapat melihat makhluk itu mencabik Sarah. Sandra
hanya dapat terpaku, dengan kekuatan sepenuhnya menghilang darinya. Dan
kemudian, makhluk itu kembali mengarah padanya. Dan kini Sandra dapat melihat
dengan jelas sosok dari makhluk besar itu. Makhluk yang hampir menyerupai
campuran antara manusia, kelelawar, dan juga serigala. Wajah berkerut dengan
taring dan mata merah itu kini tepat berada di depan Sandra. Sandra seketika
yakin, bahwa ini adalah saat terakhir baginya. Sebelum pada akhirnya…
Makhluk itu mengayunkan
sayapnya yang besar, bersiap untuk mencabik tubuh Sandra seperti apa yang
terjadi pada Sarah. Sandra seketika memejamkan matanya, siap untuk menjemput
ajalnya. Namun…
Sebuah suara semburan
terdengar begitu keras di sisinya, dan Sandra dapat merasakan hawa panas di
udara. Sandra melihat sebuah kobaran api menyembur dari sela-sela pepohonan,
mengarah pada makhluk besar itu. Makhluk itu mencoba melawan, namun api yang
besar membuatnya bergerak semakin menjauh, dan pada akhirnya, memaksanya untuk
pergi. Sandra masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sesaat ketika ia
pikir ia akan mati…
Sandra merasakan tubuhnya
lemas seketika, dengan pandangan berputar cepat. Pandangannya menjadi kabur,
dan ia terjatuh ke tanah. Dengan sisa tenaga terakhir, ia masih dapat melihat
sesosok manusia bergerak ke arahnya. Namun terlalu buram, dan kabur. Ia tidak
kuat lagi. Sandra tak sadarkan diri.
**
Sandra masih dapat mendengar
jelas suara jeritan memilukan dan juga kepakan sayap besar itu. Ia ingat betul
dengan dua mata semerah darah itu, dan juga jeritan dari teman-temannya. Tom,
James, dan Sarah. Sandra merasa tidak berdaya dengan kesendirian yang ia
hadapi. Dan apa yang sebenarnya terjadi? Ia melihat semburan api, dan makhluk
itu pergi darinya. Namun…
Sandra perlahan membuka kedua
matanya yang terasa begitu berat. Di hadapannya terdapat pemandangan
langit-langit rumah yang kotor, dan ia dapat mencium aroma harum yang
sepertinya berasal dari sebuah panci masakan. Ia mengerjap, kemudian ia sadar
dengan apa yang terjadi. Seseorang telah menyelamatkannya.
Sorort dinar dari matahari
pagi yang masuk melalui celah dinding membutakannya untuk sesaat. Namun ketika
ia memperoleh penglihatannya kembali, ia sadar bahwa saat itu ia tengah berada
di dalam sebuah pondok kecil, yang sepertinya masih berada di dalam hutan gunung
Elber. Pertanyaannya, siapa yang menyelamatkannya?
Jawaban tas hal itu muncul
sedetik kemudian, saat seorang pria tua masuk ke dalam ruangan sambil membawa
sebuah mangkok kecil. Pria itu melepas satu senyum ramah, sebelum pada akhirnya
menyerahkan mangkuk berisi sup panas pada Sandra. Sandra masih belum dapat
mengucapkan apapun saat itu.
Dengan ada sup panas itu,
pikirannya kembali terbuka. Dan kini ia teringat kembali dengan horor yang ia
alami beberapa jam sebelumnya. Dimana ia kehilangan ketiga temannya secara
tragis.
“Tidak ada yang dapat kau
lakukan jika berhadapan dengan makhluk itu.” Ucap pria itu, seolah dapat
membaca apa yang ada di dalam pikiran Sandra dari raut wajahnya. Sandra
mendongak, dan meminta penjelasan lebih lanjut mengenai makhluk itu.
“Kami menyebutnya, The Night
Reaper.” Ucap pria tua itu. “Seekor makhluk purba yang sudah hidup selama
ribuan tahun di gunung ini. Dan selalu mencari mangsa setiap malam.”
Sandra tidak mencoba untuk
membantah cerita mengenai makhluk gunung Elber itu, mengingat ia sudah melihat
sendiri.
“Itulah kenapa aku membangun
pondok di tempat ini.” Ucap pria tua itu. “Hanya aku yang berani menghadapi
makhluk itu, karena hanya akulah yang tahu betul-betul soal makluk itu. Selain
itu, tugasku juga untuk mencoba mencegah pendaki memasuki hutan di gunung ini.”
“Dan kau juga
menyelamatkanku.” Ucap Sandra tanpa sadar. Pria itu tidak mengatakan apapun
selain duduk di sudut ruangan.
“Kenapa makhluk itu bisa
hidup disini?” ucap Sandra dengan pikiran kabur, berputar kembali pada kejadian
semalam. “Kenapa tidak ada yang mencoba untuk membunuhnya?”
“Kau pikir apa yang bisa
membuatnya bertahan selama ribuan tahun?” balas pria tua itu. “Makhluk itu
tidak bisa mati, dan akan terus mencari mangsa.”
“Teman-temanku…”
“Kurasa sudah tidak ada yang
tersisa dari tubuh mereka.”
Tubuh Sandra tanpa sadar
bergetar hebat saat gejolak emosi memenuhi dirinya. Air mata kemudian mentes
dari rongga matanya saat ia mengingat kembali wajah ketiga temannya. Makhluk
itu…
“Kini kau menjadi saksi
hidup.” Ucap pria tua itu kemudian. “Jika kau tidak ingin orang lain berakhir
seperti teman-temanmu, kau harus memperingatkan orang lain agar tidak mendaki
lagi gunung ini. Hanya kau, yang bisa menceritakannya. Dan mungkin dengan
begitu tugasku di tempat ini akan jadi sedikit lebih ringan.”
Sandra tidak akan melupakan
kejadian yang ia alami. Mungkin untuk seumur hidup. Dan Sandra sadar, bahwa
memang hanya dialah yang mungkin dapat memperingatkan orang lain untuk tidak
mendaki lagi gunung Elber itu.
Gunung Elber, yang penuh
dengan misteri, masih terus akan menjadi misteri. Segala kemisteriusan dari
gunung itu akan terpendam dalam-dalam di hutannya yang lebat. Soal The Night
Reaper, dan juga korban-korban yang tewas, hanya Sandralah yang hidup untuk
menceritakannya.
****
61.
ReplyDeleteMy Wattpad : Gusti_Deandra