Thursday, July 6, 2017

THE MONSTER OF MOUNT ELBER



Nafas Sandra terngengah-engah. Kakinya itu dengan kuat terus bergerak dengan cepat, berlari dan melompati beberapa rintangan yang ada di hadapan keduanya. Sandra merasa jantungnya sudah mau meledak setelah ia berlari selama beberapa menit di permukaan tanah yang tidak datar. Kegelapan malam pun sedikit mempersulit keadaan yang ia hadapi. Namun ia tahu bahwa ia harus terus berlari jika ia ingin hidup. Jika ia ingin terhindar dari makhluk yang mengejarnya itu.
Sandra tidak pernah berpikir bahwa rekreasi ke gunung ini akan berakhir dengan malapetaka seperti. Dia, dan tiga temannya yang lain memutuskan untuk mendaki gunung Elber sebagai satu agenda di akhir musim panas sebelum mereka harus kembali ke kampus. Namun ternyata perjalanan ini menjadi perjalanan maut.
Gunung Elber yang terletak di Norlandia utara itu terlihat begitu mencekam di malam hari. Meski sudah begitu terkenal dengan trek pendakiannya, namun tidak dapat memungkiri bahwa hutan lebat di sekeliling tempat itu dapat begitu membingungkan, terutama di malam hari. Sandra sudah tidak bisa mengingat lagi apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. Saat itu ia tidur di tenda dengan Sarah, gadis lain di kelompok itu. Hingga akhirnya ia terbangun saat mendengar jeritan Tom.
Keadaan yang aneh ia temui saat ia keluar dari tenda bersama dengan Sandra. Keadaan begitu gelap, dan hanya cahaya dari api unggun yang menjadi satu-satunya penerangan di tempat itu. Ia melihat gerumubulan semak tiba-tiba saja bergerak, seolah akan ada yang melompat keluar dari sana. Saat tiba-tiba saja James berlari dari balik semak dengan wajah penuh teror. Ia berteriak dengan suara nyaring,
“LARI!!”
Sandara tidak tahu apa yang terjadi, dan tidak sempat untuk bertanya. Selama beberapa menit ia dan kedua temannya berlari tanpa tahu arah di tengah kegelapan suasana. Mungkin hanya sedikit cahaya dari bulan yang dapat membantu. Namun teror sudah semakin dekat.
“TERUS BERLARI! JANGAN BERHENTI!” teriak James yang berlari di belakang mereka.
Kemana perginya Tom? Pikir Sandra saat itu. Apakah Tom jatuh ke dalam suatu masalah? Teriakan itu…
Sandra baru bisa bertanya soal Tom pada James saat ia dan kedua temannya itu berhenti berlari dan berlindung di balik sebuah pohon besar. Dengan nafas terengah-tengah, James mengatakan sesuatu yang membuat Sandra dan Sarah terpekik.
“Tom sudah mati!” ucap James dengan wajah penuh teror. “Karena makhluk itu!”
Sandra tidak butuh penjelasan mengenai makhluk apa yang sebenarnya James maksudkan. Sesaat setelah mulut James tertutup, ia  dapat mendnegar sebuah jeritan yang memilukan di tengah kesunyian malam. Jerit dari makhluk besar yang mengejar mereka itu.
Sandra masih belum mempercayainya, namun apa yang ia dengar benar-benar nyata. Ada makhluk aneh yang mengejar mereka saat itu. Entah makhluk apa itu. Yang jelas, mereka tidak memilik banyak waktu untuk berhenti. Makhluk itu mungkin dapat mendeteksi keberadaan mereka. Dan benar saja, sedetik kemudian terdengar suara menggelepar di udara, seperti suara kelelawar. Dan Sandra melihat satu bayangan besar muncul di angkasa di antara siluet pepohonan.
“Kita harus lari lagi!” desis James seraya mendorong kedua temannya itu.
Rencananya sebenarnya sangat sederhana. Mereka akan berlari menyusuri jalan setapak menuruni gunung dan mencari bantuan di pos jaga. Namun siapa sangka bahwa mereka pada akhirnya akan terpisah satu sama lain? Dan kini, Sandra sendirian di tengah gunung gelap, di bawah mata makhluk ganas itu.
Sandra merasakan sakit di dadanya. Mungkin karena ia terlalu lelah berlari. Ia mencoba menghentikan langkahnya, namun ia tahu bahwa ia akan mati jika ia berhenti. Seolah ia masih dapat mendengar gelepar suara sayap makhluk itu di belakangnya.
Tidak.
Sandra merasa bahwa ia sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Dan ketika orientasinya sedikit terganggu, ia jadi tidak dapat berpikir dan melihat apa yang ada di depannya. Ia terjatuh ke tanah dengan keras saat kakinya tersandung oleh sebuah akar besar.
Sandra meringkuk di atas tanah yang dingin dan basah, dengan jantung berdegup cepat. Apakah makhluk itu akan menemukan posisinya? Keadaan begitu gelap dan sunyi, yang dapat ia dengar hanyalah suara nafasnya sendiri. Kedua matanya begerak jalang di rongganya, mengamati keadaan gelap di sekelilingnya.
Ia sebenarnya tidak dapat melihat begitu jelas di tengah kegelapan total itu. Namun seolah ia dapat menyadari jika makhluk itu datang. Dan untuk saat itu, sepertinya ia aman untuk sementara.
Sandra mengangkat tubuhnya ke posisi duduk sambil meremas kakinya yang terasa begitu pegal. Beberapa bagian tubuhnya sudah penuh dengan luka goresan saat ia berlari menembus semak berduri dan ranting-ranting rendah. Sandra sudah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia sendirian, dan tidak tahu dimana keberadaan Sarah maupun James.
Ia tentu saja juga sudah kehilangan jalur pendakian itu. Kini ia tersesat di dalam hutan yang luas, dengan makhluk aneh mengejar dan mungkin akan memangsanya. Sandra tidak tahu lagi. Makhluk apa yang sebenarnya tengah mengejarnya itu?
Otak Sandra tiba-tiba saja berputar dengan cepat mengingat kembali apa yang pernah teman-temannya ceritakan soal gunung Elber. Dan ia teringat akan satu mitos soal gunung itu.
Gunung Elber memang terkenal sebagai gunung pendakian dengan hadiah yang luar biasa jika pendaki bisa sampai di puncak. Namun ada satu cerita aneh soal gunung itu yang hingga saat ini masih menjadi misteri. Cerita soal monster gunung Elber yang melegenda.
Tidak ada yang tahu persis monster apa yang sebenarnya ada dalam cerita itu. Sandra selalu berpikir, mungkin orang-orang hanya membesar-besarkan cerita itu. Mungkin hanya hewan liar, dan pendaki salah melihat karena terllau kelelahan. Namun kini Sandra tahu sendiri bahwa teror di gunung itu bukan cerita bualan.
Kenapa ia mau mendaki gunung dengan mitos mengerikan itu?
Sandra sendiri tidak habis pikir kenapa ia menyetujui rencana James ini. Ya. James-lah yang memiliki ide untuk mendaki gunung Elber. Dan kini, ia berada dalam masalah besar. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan di tengah kegelapan seperti itu. Ia merasa cukup putus asa.
Pemikiran soal monster itu tiba-tiba saja buyar saat Sandra mendengar suara bergemerisik tak jauh darinya. Ada yang bergerak di dalam semak-semak yang tak jauh darinya. Siapa? Tidak mungkin monster besar itu, ‘kan?
Sandra masih terpaku di tempatnya tanpa dapat bergerak. Kedua matanya memicing mencoba untuk melihat di tengah kegelapan, dan telinganya ia buka lebar-lebar. Apa yang akan keluar dari semak-semak itu?
“Sarah?” panggil Sandra lirih. Apakah mungkin Sarah yang berada di balik semak itu?
Sandra menyeret tubuhnya mendekati semak-semak itu. Memang sebuah ide yang gila mengingat ia belum tahu benar apa yang ada di balik semak itu. Tapi mungkin Sarah. Mungkin Sarah juga ketakutan seperti dirinya dan tidak dapat membalas ucapannya. Namun ketika Sandra mengarahkan tangannya pada semak itu, tiba-tiba saja…
“ARRGH!!”
Sandra memekik saat sepasang mata bersinar dan gigi taring keluar dari semak-semak itu. Sandra terpental ke belakang, dan makhluk kecil itu berlari cepat melewatinya. Apa itu tadi? Hewan liar?
Sandra seketika memfokuskan kembali perhatiannya pada sekelilingnya. Ia mendengar suara aneh itu lagi. suara menggelepar di udara, seperti suara sayap kelelawar besar. Makhluk itu. Dan sedetik kemudian…
“Oh!”
Sandra memekik kecil saat sesuatu yang besar bergerak melewati atas kepalanya. Sesuatu seperti sebuah kelelawar raksasa yang menciptakan sebuah suara yang aneh. Suara seperti sebuah jeritan, yang terdengar memilukan di tengah keheningan suasana. Dan Sandra melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Sesosok makhluk yang bentuknya tidak jelas terlihat bertengger di salah satu dahan pohon berjarak beberapa meter dari posisi Sandra berada. Makhluk itu menciptakan sebuah silut besar di tengah remangnya suasana hutan. Terlihat seperti sebuah kelelawar raksasa, namun dengan tubuh seperti manusia. Kepalanya…
Tidak. Sandra tidak dapat melihat kepala dari makhluk itu. Yang terlihat olehnya hanyalah rentangan sayap raksasa dari makhluk itu. Dan kemudian ia mendengar kembali jeritan memilukan itu, yang terdengar lebih jelas dari sebelumnya.
Sandra mengerjap, dan mencoba untuk tidak bergerak. Lebih tepatnya, ia tidak dapat bergerak karena rasa takut yang ia derita. Tubuhnya menjadi kaku seperti kayu, dan jantungnya rasanya mau pecah. Kedua mata Sandra masih terpaku pada makhluk aneh itu, yang terlihat begitu besar. Apakah makhluk itu akan tahu posisinya?
KRAK!
Sandra mengerjap seketika. Otot-otot di tubuhnya menegang saat ia secara tidak sengaja menginjang ranting kering. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi, kepala dari sosok misterius itu berputar ke arahnya.
Sandra tidak begitu dapat menjelaskan seperti apa rupa dari makhluk itu, mengingat keadaan cukup gelap. Namun dari bayangannya, Sandra dapat melihat bentuk kepala seperti kepala manusia. Bulat, dengan betuk seperti telur dengan telinga runcing. Makhluk apa itu sebenarnya? Dan Sandra lagi-lagi memekik saat sepasang mata berwarna merah darah memandang tajam ke arahnya. Apa yang akan ia lakukan? Ia berdiri kaku di tempat. Apakah makhluk itu tahu keberadaannya? Hingga detik berikutnya…
Makhluk itu tiba-tiba saja mengeluarkan lengkingan jeritannya lagi seraya mengepakkan sayapnya, dan terbang lurus ke arah Sandra. Otot-otot di tubuh Sandra seketika reflek melakukan apa yang sudah seharusnya ia lakukan. Ia memutar tubuhnya dan berlari.
Di tengah kegelapan suasana, dengan keadaan yang remang dan penuh dengan rintangan, Sandra seperti berlari di neraka. Nafasnya begitu berat dan cepat, dengan dada panas dan jantung seolah mau pecah. Ia tidak peduli lagi dengan ranting-ranting atau duri yang menusuknya. Rasa sakit yang ia rasakan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa takut yang ia rasakan.
“Tidak! Tidak!” Amanda terus mengerakkan kakinya meski ia sudah merasa terlalu lelah. Suara menggelepar itu terdengar begitu dekat dengannya, di belakang, dan suara jeritan itu…
“TIDAK!!” Sandra berteriak saat ia mendengar makhluk itu semakin dekat. Makhluk itu melakukan satu gerakan terbang rendah, berusaha meraih tubuh Sandra, tapi kemudian…
“AARRGGHH!!!”
Kuku tajam dari makhluk itu mungkin saja bisa menembus tubuh Sandra jika saja Sandra tidak tersandung dan jatuh ke tanah. Sialnya, ia terjatuh pada permukaan tanah yang miring turun, dan memaksanya untuk bergulingan di tanah yang basah hingga akhirnya ia terjerembab ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam. Sandra seektika melihat makhluk besar itu terbang di atasnya, melewatinya, dan…, menghilang dari pandangan. Sandra masih terpaku di tempatnya dengan jantung berdebar dan nafas terengah.
Untuk sesaat, ia dapat merasa cukup aman. Berada di dalam kubangan lumpur sepertinya bukan ide yang buruk mengingat apa yang baru saja terjadi. Sandra kemudian berusaha untuk mengangkat tubuhnya berdiri dari kubangan itu, dan merangkak menuju tanah yang lebih tinggi. Perlahan, ia rasakan rasa perih di sekujur tubuhnya karena luka-luka yang ia derita. Apakah mimpi buruk sudah berlalu? Sepertinya belum.
Sandra nyaris tidak dapat bergerak karena kakinya terkilir saat ia jatuh ke dalam lubang tadi. Ia terus mencoba untuk begrerak maju meski tertatih-tatih. Ia juga masih harus waspada dengan keadaan di sekelilingnya. Ia mencoba mencari dimana keberadaan makhluk itu, namun ia tidak menemukannya.
Sandra menghentikan langkahnya seketika saat ia mendengar sebuah suara aneh dari balik semak-semak. Apakah pergerakan hewan liar lagi? sepertinya bukan. Sesuatu yang untuk sesaat dapat melambungkan perasaannya.
Sebuah tangisan seorang gadis.
Sandra bergerak tertatih ke arah semak berduri itu, penasaran dengan apa yang ia dengar. Jika apa yang ia pikirkan benar…
“Sarah!”
Sarah terlihat terpuruk di atas tanah sambil menangis. Wajah gadis itu terlihat begitu berantakan dengan segala macam luka dan lumpur, bercampur dengan air mata.
“Oh, Sandra!” Sarah seketika bangkit dari posisinya dan bergerak ke arah Sandra yang masih tertatih.
“Oh, Sandra! Apa yang akan terjadi pada kita? Makhluk itu! Makhluk itu…, dan James, dia…”
“James tidak bersamamu?”
“Makhluk itu membunuh James!” teriak Sarah histeris dengan tangisan yang keluar semakin keras. Sandra mencoba menghentikan tangis gadis itu, sebab takut seandainya makhluk itu akan mendengar.
“Tubuh James! Tubuh James…” Sarah terbta-bata.
“Tenang, Sarah! Kini kita bersama.” Ucap Sandra, mencoba untuk berpikir positif. Meski sulit untuk dilakukan dalam keadaan itu.
“Apa yang akan kita lakukan? Apa kita akan mati?”
“Tidak, Sarah.” Ucap Sandra. “Kita harus turun gunung. Kita ahrus mencapai pos jaga.”
“Tapi kita tersesat!”
Ya, itu benar. Sandra tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan dalam posisi seperti itu. Mungkin mereka bisa menunggu datangnya pagi? Namun sepertinya masih terlalu lama, dan mereka tidak tahu ahrus berlindung di mana. Makhluk itu mungkin masih mengincar mereka.
“Kita harus terus bergerak!” ucap Sandra. Ia mencoba menguatkan otot-otot di kakinya meski terasa sakit.
Keduanya berjalan tertatih diantara semak dan pohon-pohon besar tanpa tahu kemana mereka harus bergerak. Mungkin mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan, dan jauh dari jalur pendakian. Memang terlihat begitu kacau saat itu.
Keduanya saling diam, tak mengucapkan sepatah katapun selama dalam perjalanan. Sandra mencoba untuk memimpin, meski ia tidak tahu arah yang benar. Tapi ia tahu bahwa ia dan Sarah harus terus bergerak jika tidak ingin dimangsa oleh makhluk itu.
“Makhluk apa itu sebenarnya?” tanya Sarah lirih. Kekuatan sepertinya telah menghilang dari dirinya. “Aku tidak…”
“Aku juga tidak tahu.” Balas Sandra.
“Ini kutukan!” ucap Sarah. “Seperti apa yang selalu orang-orang katakan mengenai gunung ini. Entah kenapa aku menyetujui perjalanan mengesalkan ini!”
“Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memutar waktu.” Ucap Sandra. “Kita hanya harus bertahan.”
“Aku takut mati!” keluh Sarah, yang sepertinya ingin menangis lagi.
Gerakan keduanya seketika terhenti saat jeritan memilukan itu terdengar lagi. Dan kemudian, suara menggelepar di udara itu.
“Oh, tidak! Kita harus lari!”
Sandra dan Sarah menegrahkan kekuatan terakhir mereka untuk bergerak cepat menembus segala semak yang ada di hadapan mereka. Mereka melompat akar demi akar, lalu menyusuri kembali lereng sempit, dan kembali berlari. Akan tetapi…
Jeritan itu kembali terdengar, dan semakin dekat. Suara gelepar dari sayap besar makhluk itu membelah udara. Semakin dekat…, dan dekat…
“Oh! Oh, tidak!”
Seketika seperti ada sebuah tiupan angin dari samping, dan terdengarlah suara jerit wanita yang seolah dapat menggetarkan setiap daun di pepohonan.
“SANDRA!!!!!”
Sandra terpuruk di tanah, terpaku memadnang pada sosok makhluk besar itu yang menyahut temannya. Dan dalam cahaya bulan, Sandra dapat melihat makhluk itu mencabik Sarah. Sandra hanya dapat terpaku, dengan kekuatan sepenuhnya menghilang darinya. Dan kemudian, makhluk itu kembali mengarah padanya. Dan kini Sandra dapat melihat dengan jelas sosok dari makhluk besar itu. Makhluk yang hampir menyerupai campuran antara manusia, kelelawar, dan juga serigala. Wajah berkerut dengan taring dan mata merah itu kini tepat berada di depan Sandra. Sandra seketika yakin, bahwa ini adalah saat terakhir baginya. Sebelum pada akhirnya…
Makhluk itu mengayunkan sayapnya yang besar, bersiap untuk mencabik tubuh Sandra seperti apa yang terjadi pada Sarah. Sandra seketika memejamkan matanya, siap untuk menjemput ajalnya. Namun…
Sebuah suara semburan terdengar begitu keras di sisinya, dan Sandra dapat merasakan hawa panas di udara. Sandra melihat sebuah kobaran api menyembur dari sela-sela pepohonan, mengarah pada makhluk besar itu. Makhluk itu mencoba melawan, namun api yang besar membuatnya bergerak semakin menjauh, dan pada akhirnya, memaksanya untuk pergi. Sandra masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sesaat ketika ia pikir ia akan mati…
Sandra merasakan tubuhnya lemas seketika, dengan pandangan berputar cepat. Pandangannya menjadi kabur, dan ia terjatuh ke tanah. Dengan sisa tenaga terakhir, ia masih dapat melihat sesosok manusia bergerak ke arahnya. Namun terlalu buram, dan kabur. Ia tidak kuat lagi. Sandra tak sadarkan diri.

**

Sandra masih dapat mendengar jelas suara jeritan memilukan dan juga kepakan sayap besar itu. Ia ingat betul dengan dua mata semerah darah itu, dan juga jeritan dari teman-temannya. Tom, James, dan Sarah. Sandra merasa tidak berdaya dengan kesendirian yang ia hadapi. Dan apa yang sebenarnya terjadi? Ia melihat semburan api, dan makhluk itu pergi darinya. Namun…
Sandra perlahan membuka kedua matanya yang terasa begitu berat. Di hadapannya terdapat pemandangan langit-langit rumah yang kotor, dan ia dapat mencium aroma harum yang sepertinya berasal dari sebuah panci masakan. Ia mengerjap, kemudian ia sadar dengan apa yang terjadi. Seseorang telah menyelamatkannya.
Sorort dinar dari matahari pagi yang masuk melalui celah dinding membutakannya untuk sesaat. Namun ketika ia memperoleh penglihatannya kembali, ia sadar bahwa saat itu ia tengah berada di dalam sebuah pondok kecil, yang sepertinya masih berada di dalam hutan gunung Elber. Pertanyaannya, siapa yang menyelamatkannya?
Jawaban tas hal itu muncul sedetik kemudian, saat seorang pria tua masuk ke dalam ruangan sambil membawa sebuah mangkok kecil. Pria itu melepas satu senyum ramah, sebelum pada akhirnya menyerahkan mangkuk berisi sup panas pada Sandra. Sandra masih belum dapat mengucapkan apapun saat itu.
Dengan ada sup panas itu, pikirannya kembali terbuka. Dan kini ia teringat kembali dengan horor yang ia alami beberapa jam sebelumnya. Dimana ia kehilangan ketiga temannya secara tragis.
“Tidak ada yang dapat kau lakukan jika berhadapan dengan makhluk itu.” Ucap pria itu, seolah dapat membaca apa yang ada di dalam pikiran Sandra dari raut wajahnya. Sandra mendongak, dan meminta penjelasan lebih lanjut mengenai makhluk itu.
“Kami menyebutnya, The Night Reaper.” Ucap pria tua itu. “Seekor makhluk purba yang sudah hidup selama ribuan tahun di gunung ini. Dan selalu mencari mangsa setiap malam.”
Sandra tidak mencoba untuk membantah cerita mengenai makhluk gunung Elber itu, mengingat ia sudah melihat sendiri.
“Itulah kenapa aku membangun pondok di tempat ini.” Ucap pria tua itu. “Hanya aku yang berani menghadapi makhluk itu, karena hanya akulah yang tahu betul-betul soal makluk itu. Selain itu, tugasku juga untuk mencoba mencegah pendaki memasuki hutan di gunung ini.”
“Dan kau juga menyelamatkanku.” Ucap Sandra tanpa sadar. Pria itu tidak mengatakan apapun selain duduk di sudut ruangan.
“Kenapa makhluk itu bisa hidup disini?” ucap Sandra dengan pikiran kabur, berputar kembali pada kejadian semalam. “Kenapa tidak ada yang mencoba untuk membunuhnya?”
“Kau pikir apa yang bisa membuatnya bertahan selama ribuan tahun?” balas pria tua itu. “Makhluk itu tidak bisa mati, dan akan terus mencari mangsa.”
“Teman-temanku…”
“Kurasa sudah tidak ada yang tersisa dari tubuh mereka.”
Tubuh Sandra tanpa sadar bergetar hebat saat gejolak emosi memenuhi dirinya. Air mata kemudian mentes dari rongga matanya saat ia mengingat kembali wajah ketiga temannya. Makhluk itu…
“Kini kau menjadi saksi hidup.” Ucap pria tua itu kemudian. “Jika kau tidak ingin orang lain berakhir seperti teman-temanmu, kau harus memperingatkan orang lain agar tidak mendaki lagi gunung ini. Hanya kau, yang bisa menceritakannya. Dan mungkin dengan begitu tugasku di tempat ini akan jadi sedikit lebih ringan.”
Sandra tidak akan melupakan kejadian yang ia alami. Mungkin untuk seumur hidup. Dan Sandra sadar, bahwa memang hanya dialah yang mungkin dapat memperingatkan orang lain untuk tidak mendaki lagi gunung Elber itu.
Gunung Elber, yang penuh dengan misteri, masih terus akan menjadi misteri. Segala kemisteriusan dari gunung itu akan terpendam dalam-dalam di hutannya yang lebat. Soal The Night Reaper, dan juga korban-korban yang tewas, hanya Sandralah yang hidup untuk menceritakannya.

****



1 comment: